
JAKARTA - Di tengah maraknya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menyebabkan kabut asap di sejumlah wilayah Provinsi Riau, aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru masih berlangsung normal. Situasi ini memberikan sedikit kelegaan di tengah meningkatnya kekhawatiran masyarakat atas dampak kabut asap terhadap transportasi udara.
Executive General Manager (EGM) Bandara SSK II Pekanbaru, Radityo Ari Purwoko, menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada gangguan terhadap jadwal penerbangan yang beroperasi di bandara tersebut. Ia menegaskan bahwa situasi penerbangan tetap terkendali.
"Sampai dengan saat ini belum ada penerbangan di SSK II yang terganggu atau terdampak karena kabut asap," ujar Radityo, yang akrab disapa Oki.
Baca Juga
Hal ini menunjukkan bahwa operasional bandara masih dalam kategori aman. Pihak pengelola terus memantau situasi dengan cermat untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan para penumpang maupun awak pesawat.
Jarak Pandang Masih dalam Batas Aman
Salah satu indikator utama kelancaran operasional penerbangan di tengah kabut asap adalah jarak pandang di area landasan pacu. Berdasarkan laporan dari pihak bandara, jarak pandang saat ini masih berada dalam batas yang memungkinkan aktivitas penerbangan dilakukan dengan aman.
"Jarak pandang masih cukup baik, yakni 7 kilometer," jelas Radityo. Dengan jarak pandang tersebut, aktivitas lepas landas dan pendaratan pesawat masih dapat dilakukan sesuai prosedur penerbangan yang berlaku.
Kondisi jarak pandang yang baik ini menjadi faktor penentu utama dalam kelangsungan operasional bandara, meski lingkungan sekitarnya mulai diselimuti kabut asap akibat meningkatnya titik-titik panas di berbagai wilayah.
Titik Panas Meningkat Tajam di Riau
Meski penerbangan belum terganggu, kondisi di Provinsi Riau secara umum menunjukkan adanya peningkatan risiko terkait karhutla. Berdasarkan data pemantauan satelit oleh pihak terkait, saat ini terdeteksi sebanyak 582 titik panas (hotspot) tersebar di berbagai wilayah provinsi tersebut.
Jumlah titik panas yang cukup tinggi ini menjadi indikator nyata meningkatnya aktivitas pembakaran lahan dan hutan. Selain mengganggu ekosistem, karhutla juga memicu terjadinya kabut asap yang membahayakan kualitas udara di berbagai daerah.
Situasi ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah maupun otoritas pengelola bandara, mengingat kabut asap bukan hanya mengancam kesehatan masyarakat, tetapi juga bisa berdampak pada sektor transportasi dan mobilitas regional.
Kualitas Udara Mulai Menurun di Beberapa Wilayah
Dampak dari kabut asap yang ditimbulkan oleh karhutla tidak hanya terbatas pada sektor penerbangan. Di sejumlah daerah di Riau, kualitas udara mulai menunjukkan penurunan signifikan. Kelompok masyarakat yang rentan, seperti anak-anak, lansia, serta mereka yang memiliki riwayat penyakit pernapasan, menjadi pihak yang paling terdampak.
Kondisi ini menjadi sinyal bahwa penanganan karhutla perlu mendapat perhatian ekstra. Pemerintah setempat bersama instansi terkait diharapkan segera mengambil langkah-langkah antisipatif, baik dari sisi pemadaman titik api maupun penyediaan fasilitas kesehatan bagi warga terdampak.
Koordinasi Intensif dengan Instansi Terkait
Meskipun operasional Bandara SSK II masih normal, pihak bandara tidak tinggal diam. Pemantauan dilakukan secara intensif, terutama terhadap perubahan jarak pandang dan perkembangan kualitas udara. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa operasional dapat tetap berjalan tanpa mengesampingkan aspek keselamatan.
Pihak bandara juga telah melakukan koordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta sejumlah instansi terkait lainnya. Koordinasi ini penting guna memperkuat langkah-langkah mitigasi apabila situasi kabut asap memburuk dalam waktu dekat.
Langkah-langkah antisipasi pun telah disiapkan, termasuk skenario penyesuaian jadwal penerbangan jika diperlukan, serta penyediaan informasi berkala kepada para pengguna jasa bandara mengenai kondisi cuaca dan jadwal keberangkatan.
Dukungan dan Harapan dari Masyarakat
Situasi seperti ini menjadi pengingat pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan pencegahan karhutla sejak dini. Masyarakat berharap pihak berwenang terus memperkuat pengawasan dan penindakan terhadap praktik pembakaran hutan dan lahan yang tidak bertanggung jawab.
Selain itu, publik juga menaruh harapan besar pada kelancaran sektor transportasi udara, khususnya di Riau yang menjadi jalur penting mobilitas penduduk dan penggerak perekonomian kawasan. Bandara SSK II Pekanbaru menjadi pintu gerbang utama yang menghubungkan Riau dengan wilayah lain di Indonesia.
Meski diselimuti kabut asap akibat karhutla yang terus meluas, aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru tetap berjalan normal hingga saat ini. Keamanan operasional tetap terjaga dengan pengawasan ketat terhadap jarak pandang dan kualitas udara.
Dengan langkah antisipatif dan koordinasi lintas sektor, diharapkan bandara dapat terus beroperasi dengan aman, sembari menanti upaya lebih serius dalam menangani akar persoalan kabut asap di wilayah Riau.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.