
JAKARTA - Paruh kedua tahun 2025 dibuka dengan sentimen positif dari sektor keuangan. Optimisme terhadap arah perekonomian nasional mulai menguat, seiring indikator global dan domestik yang menunjukkan perbaikan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagai lembaga pengawas industri keuangan, menilai bahwa berbagai peluang ekonomi yang muncul dapat dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi.
Dalam pernyataan resminya yang disampaikan di Jakarta pada Senin, 5 Agustus 2025, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan keyakinannya terhadap potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurutnya, semester kedua 2025 diperkirakan akan menjadi momentum penting bagi pemulihan ekonomi nasional.
Mahendra mengungkapkan bahwa ada tiga faktor utama yang mendasari optimisme tersebut. Pertama adalah tren pemulihan ekonomi global, kedua adalah mulai meredanya ketegangan dagang internasional, dan ketiga adalah kesepakatan tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat yang memberikan kepastian baru bagi dunia usaha.
Baca Juga
“Ini menunjukkan bahwa sekalipun kebijakan (tarif) Amerika Serikat itu menimbulkan disrupsi besar, tapi dengan dicapainya kesepakatan, setidaknya memberikan satu sinyal dan kepastian mengenai bagaimana ini akan berujung pada keputusan yang kemudian akan menjadi masukan bagi pergerakan ekspor-impor,” ujar Mahendra dalam konferensi pers daring pada hari yang sama.
Kesepakatan tarif sebesar 19 persen antara Indonesia dan Amerika Serikat dipandang sebagai langkah konkret dalam menciptakan hubungan dagang yang saling menguntungkan. Selain membuka akses pasar yang lebih luas, kesepakatan ini juga memberikan ketenangan bagi pelaku industri yang selama ini terdampak ketidakpastian kebijakan luar negeri.
Mahendra juga menyoroti peran sektor jasa keuangan dalam menyambut peluang ini. Menurutnya, stabilitas sistem keuangan menjadi fondasi penting untuk menyerap manfaat dari berbagai perbaikan global yang tengah berlangsung.
Optimisme tersebut turut diperkuat oleh proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF), yang merevisi naik prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025 dan 2026, dari 4,7 persen menjadi 4,8 persen. Perubahan ini disebut sebagai refleksi kepercayaan terhadap potensi ekonomi Indonesia yang dinilai semakin solid.
“Ini membawa angin segar baik untuk pertumbuhan ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri. Dan tentu kami berharap dalam pelaksanaannya apabila dalam realisasinya kita bisa melihat dampak positif dari peluang-peluang itu, maka ada kemungkinan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan bisa direvisi ke atas lebih lanjut lagi,” tambah Mahendra.
Dalam paparannya, Mahendra juga mengungkapkan data pertumbuhan dari dua negara besar dunia, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok. Kedua negara mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada kuartal kedua 2025, masing-masing sebesar 3 persen dan 5,2 persen. Kinerja ini disebut berperan dalam menguatkan perdagangan global serta mendorong stabilitas pasar keuangan internasional.
Dari sisi domestik, berbagai indikator makroekonomi menunjukkan ketahanan. Permintaan dalam negeri tetap stabil, inflasi berada pada level rendah, dan pertumbuhan uang beredar meningkat secara bertahap. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa ekonomi dalam negeri tetap terjaga, meskipun menghadapi tantangan global.
Neraca perdagangan Indonesia juga masih mencatatkan surplus, sementara cadangan devisa berada dalam posisi yang tinggi. Namun demikian, Purchasing Managers’ Index (PMI) untuk sektor manufaktur nasional masih berada di zona kontraksi. Mahendra menekankan bahwa sektor ini tetap menjadi perhatian, mengingat peran strategisnya dalam struktur ekonomi nasional.
Lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor’s juga memberikan sinyal positif terhadap perekonomian Indonesia. Peringkat kredit Indonesia dipertahankan pada level BBB untuk jangka panjang dan A-2 untuk jangka pendek dengan outlook stabil. Ini menandakan kepercayaan investor global terhadap manajemen fiskal dan stabilitas sistem keuangan nasional.
Menanggapi hal tersebut, Mahendra menyatakan bahwa OJK terus berkomitmen untuk menjaga tata kelola yang baik di sektor keuangan. Lembaga-lembaga keuangan diminta untuk tetap fokus pada pembiayaan sektor prioritas, namun dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
"OJK akan terus mendorong lembaga keuangan mendukung pembiayaan sektor prioritas. Mahendra menekankan pentingnya tetap menjaga prinsip kehati-hatian dan tata kelola,” ujarnya.
Ia juga menegaskan dukungan penuh terhadap kebijakan pemerintah dalam menciptakan ekosistem usaha yang kompetitif, inklusif, dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan upaya memperkuat daya tahan ekonomi nasional dalam menghadapi ketidakpastian global.
“Kami mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kompetitif dan berkelanjutan, melalui penguatan ekosistem jasa keuangan yang inklusif dan sehat,” lanjut Mahendra.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2025 pada Selasa, 5 Agustus 2025. Data ini diharapkan memperkuat proyeksi optimis dari lembaga-lembaga internasional dan nasional terkait laju pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini.
Dengan situasi global yang membaik, komitmen kebijakan dalam negeri yang kuat, serta indikator stabil dari sektor keuangan, OJK melihat semester II 2025 sebagai peluang untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Berbagai tantangan masih membayangi, namun peluang yang ada diharapkan mampu menjadi pemicu akselerasi menuju pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Ekspor Kopi Sumsel Naik, Petani Tetap Optimis
- 06 Agustus 2025
2.
BRI Tambah Kuota FLPP, Warga Makin Terbantu
- 06 Agustus 2025
3.
Usaha Lancar Lewat KUR Syariah BSI 2025
- 06 Agustus 2025
4.
Pertumbuhan Positif BCA Syariah di Semester I 2025
- 06 Agustus 2025
5.
Langkat Lindungi Ribuan Nelayan Lewat Program Asuransi
- 06 Agustus 2025