Capaian Stabil, Perbankan Nasional Terus Tumbuh

Capaian Stabil, Perbankan Nasional Terus Tumbuh
Capaian Stabil, Perbankan Nasional Terus Tumbuh

JAKARTA - Stabilitas sektor perbankan Indonesia terus menunjukkan ketangguhannya di tengah dinamika perekonomian global. Bukti terbaru datang dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat pertumbuhan positif di berbagai indikator utama, mulai dari intermediasi kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), hingga kualitas aset dan rasio likuiditas.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK secara daring, menyampaikan bahwa perbankan nasional saat ini berada dalam posisi stabil dan tangguh. Kinerja intermediasi kredit terus meningkat, menunjukkan komitmen sektor perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

“Intermediasi perbankan dalam posisi stabil dengan profil risiko yang tetap terjaga. Kredit perbankan tumbuh 7,77 persen yoy,” ujar Dian.

Baca Juga

BRI Tambah Kuota FLPP, Warga Makin Terbantu

Hingga Mei 2025, kredit yang disalurkan oleh perbankan tumbuh sebesar 7,77 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp8.059,79 triliun. Angka ini mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap sistem perbankan nasional, sekaligus menandai momentum positif bagi dunia usaha.

Dari sisi penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 12,53 persen yoy, disusul oleh kredit konsumsi sebesar 8,49 persen, dan kredit modal kerja sebesar 4,45 persen. Berdasarkan kepemilikan bank, bank umum swasta nasional domestik menjadi kontributor utama dengan pertumbuhan kredit mencapai 10,78 persen yoy.

Dian juga menyoroti bahwa kredit berdasarkan kategori debitur memperlihatkan kinerja yang baik. Khususnya pada segmen korporasi, terjadi pertumbuhan sebesar 10,78 persen yoy. Sementara itu, kredit untuk sektor UMKM meningkat secara moderat sebesar 2,18 persen yoy. Menurutnya, hal ini mencerminkan fokus perbankan dalam memperkuat kualitas kredit di sektor usaha kecil dan menengah.

Jika dilihat dari sektor ekonomi, penyaluran kredit tumbuh pesat di beberapa sektor strategis. Sektor pertambangan dan penggalian mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 20,69 persen yoy, diikuti oleh sektor jasa (19,17 persen), transportasi dan komunikasi (17,94 persen), serta listrik, gas, dan air (11,23 persen). Pencapaian ini mengindikasikan bahwa sektor perbankan berperan aktif dalam mendukung sektor-sektor produktif nasional.

Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 6,96 persen yoy menjadi Rp9.329 triliun. Komponen giro tumbuh 10,35 persen, tabungan meningkat 6,84 persen, dan deposito tumbuh 4,19 persen. Dian menambahkan bahwa penurunan suku bunga acuan turut berdampak terhadap penurunan suku bunga kredit perbankan.

“Hal ini didorong oleh penurunan pada suku bunga kredit produktif. Sementara itu, rata-rata tertimbang suku bunga DPK juga mulai menurun dibandingkan bulan sebelumnya,” jelasnya.

Rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat turun sebesar 11 basis poin menjadi 8,99 persen. Di sisi lain, rata-rata suku bunga DPK juga menunjukkan tren penurunan, yang secara tidak langsung memberikan ruang bagi perbankan untuk mendorong penyaluran kredit lebih lanjut.

Dari sisi likuiditas, perbankan nasional dalam kondisi yang sangat baik. Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) berada di posisi 118,78 persen, dan rasio Alat Likuid terhadap DPK (AL/DPK) tercatat sebesar 27,05 persen. Kedua rasio ini jauh melampaui ambang batas minimum masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Selain itu, indikator Liquidity Coverage Ratio (LCR) mencapai 169,04 persen, mencerminkan ketahanan likuiditas sektor perbankan yang kuat dalam menghadapi tekanan keuangan jangka pendek maupun volatilitas pasar.

Di bidang manajemen risiko, kualitas aset perbankan tetap terkendali. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross tercatat sebesar 2,22 persen, sementara NPL net berada di level 0,84 persen. Selain itu, Loan at Risk (LAR) menurun menjadi 9,73 persen, menandai pemulihan yang konsisten dan kini telah kembali ke kondisi stabil sebelum pandemi.

Dari sisi permodalan, perbankan nasional juga menunjukkan ketahanan yang tinggi. Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di angka 25,81 persen, memberikan bantalan yang cukup untuk menghadapi potensi risiko eksternal, termasuk ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut hingga saat ini.

Sementara itu, meskipun porsinya masih relatif kecil, portofolio pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) dalam sektor perbankan menunjukkan dinamika yang menarik. Per Juni 2025, outstanding kredit BNPL yang tercatat dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) tumbuh sebesar 29,72 persen yoy, mencapai Rp22,99 triliun, dengan jumlah rekening mencapai 26,96 juta.

Dengan semua indikator utama menunjukkan performa yang solid, sektor perbankan Indonesia terbukti mampu menjaga stabilitas dan ketangguhannya. Ke depan, kinerja ini diharapkan terus berlanjut, memberikan kontribusi nyata terhadap pemulihan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pertamina Tutup Sementara SPBU, Jamin Perlindungan Konsumen dan Proses Investigasi Menyeluruh

Pertamina Tutup Sementara SPBU, Jamin Perlindungan Konsumen dan Proses Investigasi Menyeluruh

Pertamina Perketat Pengawasan SPBU, Pastikan Distribusi BBM Aman dan Sesuai Standar

Pertamina Perketat Pengawasan SPBU, Pastikan Distribusi BBM Aman dan Sesuai Standar

Pertamina Ambil Langkah Tegas, Lindungi Konsumen dan Jaga Mutu BBM Nasional

Pertamina Ambil Langkah Tegas, Lindungi Konsumen dan Jaga Mutu BBM Nasional

Keselamatan Penerbangan Diutamakan di Lanud RSA

Keselamatan Penerbangan Diutamakan di Lanud RSA

Pemutihan Pajak Kendaraan Jawa Timur Berlanjut

Pemutihan Pajak Kendaraan Jawa Timur Berlanjut