
JAKARTA - Di tengah peluang besar bonus demografi Indonesia hingga 2040, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) memposisikan diri sebagai katalis penting dalam mendorong investasi hijau. Dengan semangat membangun ekonomi berkelanjutan, BSI menegaskan komitmennya terhadap prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai fondasi dalam menjalankan strategi bisnis.
Wakil Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menyampaikan bahwa investasi hijau memiliki peran sentral dalam mempersiapkan tenaga kerja berkualitas untuk masa depan Indonesia. Tidak hanya bicara soal pelestarian lingkungan, investasi ini juga membuka peluang bagi penciptaan lapangan kerja bermutu di sektor-sektor baru yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Kita semua butuh lebih banyak investasi yang mampu menciptakan lapangan kerja berkualitas dan mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujarnya dalam pernyataan yang disampaikan di Jakarta.
Baca Juga
Dua Tantangan Besar Indonesia: Demografi dan Emisi
Indonesia tengah menghadapi dua tantangan besar secara bersamaan. Pertama, ledakan jumlah penduduk usia produktif yang menjadi peluang besar jika dikelola dengan tepat. Kedua, target penurunan emisi karbon sebagai bagian dari komitmen nasional terhadap perubahan iklim global.
Bob menjelaskan bahwa untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan langkah konkret melalui investasi pada sektor energi bersih dan teknologi hijau, sekaligus pengembangan sumber daya manusia. Menurutnya, green investment akan menjadi solusi strategis karena mampu menyentuh dua sisi sekaligus: pembangunan infrastruktur transisi energi dan peningkatan kualitas SDM.
“Green investment mampu menjawab tantangan ganda, mendanai infrastruktur transisi energi dan menyiapkan SDM unggul yang siap mengisi peluang kerja masa depan,” tegasnya.
Langkah Nyata BSI dalam Mewujudkan Transisi Hijau
Sebagai bagian dari sistem keuangan syariah nasional, BSI telah menyiapkan strategi jangka panjang melalui visi untuk menjadi The Best Global Bank Based on Implementation of Sustainable Finance. Dengan visi ini, BSI menghadirkan berbagai layanan keuangan berkelanjutan melalui produk dan jasa yang menyasar kebutuhan nasabah sekaligus mendukung agenda hijau nasional.
Bob menjelaskan bahwa BSI telah memiliki Sustainability Framework dan roadmap keberlanjutan yang diselaraskan dengan regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan berbagai standar internasional.
Lebih lanjut, BSI juga aktif secara global dengan menjadi anggota United Nations Environment Programme-Finance Initiative (UNEP-FI) dan mengimplementasikan Principles for Responsible Banking (PRB).
“BSI juga memiliki misi untuk menjadi bank yang berkontribusi secara signifikan kepada ekonomi, lingkungan dan juga masyarakat,” tutur Bob.
Penguatan Ketahanan Lewat Climate Risk Stress Testing
Dalam upaya mengelola risiko iklim, BSI telah menjalankan Climate Risk Stress Testing (CRST) sebagai bagian dari roadmap jangka panjangnya. Tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana portofolio pembiayaan BSI mampu bertahan dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
Langkah ini sekaligus menunjukkan kesiapan BSI sebagai bank kelompok KBMI 3 yang tanggap terhadap risiko iklim. Pada tahap awal implementasi CRST, cakupan portofolio yang diuji telah mencapai 51 persen dari total pembiayaan.
Capaian Portofolio Pembiayaan Berkelanjutan
Hingga kuartal pertama tahun 2025, BSI mencatatkan total portofolio pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp 72,6 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 14,6 triliun difokuskan pada pembiayaan hijau.
Sektor prioritas dalam pembiayaan hijau BSI mencakup energi terbarukan, transportasi bersih, pengelolaan air dan limbah yang berkelanjutan, serta produk-produk ramah lingkungan lainnya.
Penerbitan Sukuk ESG: Bukti Komitmen Nyata
Dalam rangka memperluas dukungan terhadap proyek-proyek hijau, pada tahun 2025 BSI telah menerbitkan Sukuk ESG Tahap II senilai Rp 5 triliun. Penerbitan ini melanjutkan keberhasilan Tahap I pada tahun 2024 dengan nilai sebesar Rp 3 triliun.
“Dana tersebut dialokasikan untuk proyek-proyek strategis seperti energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, dan pemberdayaan UMKM berkelanjutan,” ungkap Bob.
Penerbitan sukuk ini tidak hanya memperkuat posisi BSI di sektor keuangan hijau, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam memperluas akses masyarakat terhadap sektor vital seperti pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, dan pemberdayaan ekonomi.
Membangun Budaya Hijau Sejak Dari Dalam
Komitmen BSI terhadap keberlanjutan tidak hanya sebatas pembiayaan dan investasi. Perusahaan juga membangun budaya bisnis hijau secara menyeluruh di internal, dengan mengedepankan prinsip efisiensi energi dan keberlanjutan dalam operasional sehari-hari.
Sejumlah inisiatif yang dijalankan antara lain penerapan Green Business Culture, pengembangan Green Building, penggunaan kendaraan listrik, pemasangan panel surya, pelatihan ESG bagi ribuan karyawan, serta program literasi ESG berskala nasional dan global.
Generasi Muda sebagai Pilar Masa Depan Hijau
Menutup pernyataannya, Bob Tyasika Ananta menggarisbawahi peran generasi muda dalam menyukseskan agenda transisi energi dan ekonomi hijau Indonesia. Bonus demografi bukan hanya peluang ekonomi, tetapi juga menjadi tanggung jawab kolektif untuk menyiapkan SDM yang sadar lingkungan.
“Peran aktif generasi muda. Bonus demografi ini akan menjadi kekuatan, jika diisi oleh talenta muda yang sadar lingkungan dan siap membangun masa depan hijau bagi Indonesia,” pungkasnya.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Asia Eropa Dorong Pemulihan Investasi ESG Global
- 25 Juli 2025
3.
IHSG Tertahan, Saham Ini Layak Dicermati Hari Ini
- 25 Juli 2025
4.
IHSG Menguat Ikuti Sentimen Positif Bursa Asia
- 25 Juli 2025
5.
Validasi SPPT Ditingkatkan Demi Pajak Akurat
- 25 Juli 2025