
JAKARTA - Perkembangan pasar properti residensial di Indonesia pada triwulan II 2025 menunjukkan pertumbuhan yang tetap terjaga meskipun dalam batas yang lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini tercermin dari hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Meskipun terdapat perlambatan, indikator pertumbuhan harga tetap positif.
Berdasarkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR), harga properti residensial di pasar primer mengalami pertumbuhan sebesar 0,90% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan II 2025. Angka ini menunjukkan penurunan laju pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan I 2025 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,07% (yoy).
Perlambatan Pertumbuhan Dipengaruhi Kinerja Penjualan
Baca JugaPertamina Tindak Tegas SPBU, Pastikan Perlindungan Konsumen dan Standar Kualitas BBM
Pertumbuhan harga properti yang melambat pada triwulan II ini sebagian besar dipengaruhi oleh perlambatan dalam penjualan unit-unit properti residensial, terutama untuk tipe kecil. Sementara itu, penjualan rumah tipe menengah dan besar justru menunjukkan kontraksi.
Secara keseluruhan, penjualan properti residensial di pasar primer mencatatkan kontraksi sebesar 3,80% (yoy) pada triwulan II 2025. Ini menjadi koreksi dari capaian pertumbuhan sebesar 0,73% (yoy) yang terjadi pada triwulan I 2025. Kondisi ini menggambarkan adanya tekanan pada sisi permintaan, meskipun harga properti tetap mampu menunjukkan pertumbuhan meski terbatas.
Sumber Pendanaan Masih Didominasi Dana Internal
Dari sisi pembiayaan pembangunan, para pengembang properti masih sangat mengandalkan dana internal sebagai sumber utama pendanaan. Berdasarkan survei, sebesar 78,36% pengembang menggunakan dana internal untuk mendanai proyek residensial mereka. Hal ini mencerminkan masih kuatnya ketergantungan terhadap modal sendiri dalam mengembangkan proyek-proyek properti.
Fakta ini menunjukkan bahwa sektor properti belum sepenuhnya beralih ke model pembiayaan eksternal seperti kredit konstruksi atau skema pembiayaan lainnya. Ketergantungan terhadap dana internal bisa menjadi kekuatan sekaligus tantangan, tergantung pada kondisi keuangan masing-masing pengembang.
Skema KPR Dominasi Pembelian Konsumen
Di sisi lain, konsumen yang membeli properti residensial di pasar primer mayoritas menggunakan fasilitas pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Survei mencatat bahwa pangsa pembelian rumah melalui KPR mencapai 73,06% dari total pembiayaan konsumen.
Kondisi ini mencerminkan bahwa KPR masih menjadi solusi utama bagi masyarakat dalam memperoleh kepemilikan rumah. Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap fasilitas KPR sangat memengaruhi keputusan pembelian, terutama di tengah tantangan pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat.
Analisis dan Implikasi Pasar
Meskipun pertumbuhan harga properti pada triwulan II 2025 tidak sekuat triwulan sebelumnya, tetap menunjukkan adanya daya tahan pasar. Perlambatan dalam penjualan unit tipe kecil menunjukkan bahwa konsumen kelas menengah ke bawah mungkin masih menghadapi tantangan dalam menjangkau harga rumah, terutama dengan kondisi perekonomian yang mungkin belum sepenuhnya pulih.
Kontraksi pada penjualan rumah tipe menengah dan besar juga mencerminkan adanya kehati-hatian dari konsumen kelas atas dalam melakukan pembelian. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor-faktor seperti preferensi investasi yang beralih atau pertimbangan stabilitas ekonomi jangka panjang.
Dominasi penggunaan dana internal oleh pengembang menunjukkan adanya ruang bagi penguatan kolaborasi antara sektor properti dan lembaga keuangan. Dengan pembiayaan yang lebih beragam, pengembang bisa mendapatkan fleksibilitas dalam ekspansi dan pengembangan proyek, sekaligus mendorong pertumbuhan yang lebih cepat dan berkelanjutan.
Sementara itu, tingginya penggunaan KPR oleh konsumen menunjukkan pentingnya stabilitas suku bunga dan kemudahan syarat kredit dalam mendukung sektor properti. Bank dan lembaga keuangan diharapkan terus menghadirkan skema pembiayaan yang inklusif dan menjangkau berbagai lapisan masyarakat.
Perkembangan harga dan penjualan properti residensial di triwulan II 2025 memberikan gambaran penting bagi pelaku industri properti maupun regulator. Penurunan laju pertumbuhan harga dan kontraksi penjualan perlu menjadi perhatian bersama.
Dibutuhkan strategi untuk meningkatkan daya beli masyarakat, seperti insentif pajak, dukungan pembiayaan, serta penyediaan rumah subsidi yang terjangkau. Sektor properti yang sehat tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menyediakan kebutuhan dasar bagi masyarakat berupa hunian yang layak.
Kolaborasi antara pengembang, perbankan, dan pemerintah menjadi kunci dalam mendorong keberlanjutan pertumbuhan sektor properti residensial. Dengan kondisi pasar yang dinamis, adaptasi terhadap perubahan preferensi konsumen dan kebijakan yang tepat akan menentukan arah pertumbuhan sektor ini di masa mendatang.
Secara umum, pasar properti residensial tetap menunjukkan potensi pertumbuhan yang stabil di tengah tantangan. Hal ini memberikan optimisme bahwa dengan dukungan yang tepat, sektor properti masih akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional di waktu mendatang.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Pertamina Perketat Pengawasan SPBU, Pastikan Distribusi BBM Aman dan Sesuai Standar
- Rabu, 06 Agustus 2025
Pertamina Ambil Langkah Tegas, Lindungi Konsumen dan Jaga Mutu BBM Nasional
- Rabu, 06 Agustus 2025
Terpopuler
1.
WhatsApp Tambah Fitur Baru Lindungi Pengguna
- 06 Agustus 2025
2.
Profil Martin Lorentzon, Sosok Jenius di Balik Spotify
- 06 Agustus 2025
3.
Kolaborasi Digital Bantu Tekan Biaya Logistik
- 06 Agustus 2025
4.
Pilihan Rumah Murah Milenial di Tajurhalang
- 06 Agustus 2025
5.
Dukung Pemerintah, SIG Bangun Perumahan Inovatif
- 06 Agustus 2025