Penyeberangan Sungai Brantas Meningkat Berkat TMMD

Penyeberangan Sungai Brantas Meningkat Berkat TMMD

JAKARTA - Kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125 yang tengah berlangsung di Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, telah menunjukkan bukti nyata dampak positifnya terhadap kehidupan masyarakat, tidak hanya dari sisi pembangunan infrastruktur. Program yang digelar oleh Kodim 0814/Jombang ini secara tidak langsung turut menggerakkan roda perekonomian warga sekitar, terutama di sektor transportasi tradisional yang selama ini kurang terdengar gaungnya.

Salah satu manfaat signifikan dari kegiatan TMMD ini dirasakan langsung oleh Tikno, seorang pelaku usaha penyeberangan sungai Brantas yang telah puluhan tahun menggantungkan hidupnya dari layanan perahu tradisional. Pria berusia 50 tahun ini tidak menyangka bahwa kehadiran Satgas TMMD justru membawa berkah tak terduga bagi usaha kecil yang ia jalankan.

“Alhamdulillah, sebelumnya paling banyak Rp 150 ribu per hari, sekarang bisa dapat sekitar Rp 200 ribu lebih. Soalnya banyak tentara yang setiap hari naik perahu untuk menyeberang,” ujar Tikno.

Baca Juga

Pertamina Tindak Tegas SPBU, Pastikan Perlindungan Konsumen dan Standar Kualitas BBM

Kondisi ini jauh berbeda dibandingkan sebelum adanya TMMD, di mana aktivitas penyeberangan sungai cenderung sepi dan kurang menguntungkan. Kini, setiap pagi dan sore, perahunya selalu digunakan oleh personel TNI untuk menyeberang menuju lokasi kegiatan.

“Selama ini kadang sepi. Tapi sekarang jadi ramai dan alhamdulillah membawa rezeki,” tambah Tikno dengan senyum sumringah.

Bagi Tikno, peningkatan aktivitas tersebut bukan hanya soal uang, tetapi juga menjadi penyemangat baru untuk terus menjalankan profesi yang selama ini mulai ia ragukan keberlanjutannya. Dalam beberapa tahun terakhir, keberadaan transportasi sungai sempat terpinggirkan oleh akses jalan darat yang lebih cepat dan efisien. Namun, kondisi geografis Kecamatan Kudu yang masih memiliki keterbatasan infrastruktur darat membuat peran jalur air tetap penting, terlebih ketika akses darat tengah dalam proses pembangunan seperti saat ini.

Perahu Tikno kini menjadi bagian dari jalur utama penghubung antara lokasi pemukiman warga dengan titik-titik kegiatan TMMD. Setiap hari, perahu tersebut digunakan oleh puluhan personel Satgas TMMD sebagai moda transportasi tercepat. Hal ini diungkapkan oleh Koptu Dwi, anggota Koramil 02/Diwek yang tergabung dalam Satgas TMMD.

“Untuk mempersingkat waktu perjalanan ke lokasi kegiatan, banyak personel memilih naik perahu pagi dan sore hari,” ungkapnya dalam keterangan tertulis.

Pernyataan tersebut menguatkan posisi strategis transportasi sungai dalam mendukung kelancaran aktivitas pembangunan fisik yang tengah dilakukan. Dengan intensitas mobilitas yang tinggi, penyeberangan menjadi alternatif yang efektif, sekaligus menyumbang nilai tambah bagi pelaku usaha lokal.

TMMD ke-125 memang tidak sekadar fokus pada pembangunan jalan dan jembatan. Program ini juga berupaya mendorong keterlibatan masyarakat dalam pembangunan desa secara menyeluruh. Kehadiran Satgas di tengah masyarakat membawa efek domino yang tidak hanya menyentuh sisi fisik, tetapi juga memengaruhi geliat ekonomi setempat.

Di tengah aktivitas pembangunan yang padat, berbagai sektor pendukung pun ikut terdorong. Mulai dari warung makan hingga jasa transportasi, semuanya bergerak seiring meningkatnya kebutuhan personel selama bertugas. Tikno hanyalah satu dari sekian warga yang merasakan langsung bagaimana roda ekonomi berputar lebih cepat berkat adanya program tersebut.

Fakta ini menegaskan bahwa TMMD bukan hanya membangun desa secara fisik, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi lokal. Aktivitas para personel TNI yang menggunakan jasa transportasi sungai, belanja kebutuhan sehari-hari, hingga berinteraksi dengan masyarakat sekitar, menciptakan suasana yang lebih hidup dan dinamis.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sinergi antara TNI dan masyarakat dalam pelaksanaan TMMD menjadi kunci keberhasilan program ini. Kolaborasi tersebut tidak hanya mempercepat penyelesaian pembangunan fisik, tetapi juga membangun rasa kebersamaan dan kepercayaan di antara keduanya. Warga merasa dihargai dan didengar, sementara TNI pun mendapat dukungan moral serta logistik dari masyarakat sekitar.

Program TMMD juga memperlihatkan bagaimana strategi pembangunan berbasis kebutuhan lokal mampu memberikan dampak yang lebih luas dari sekadar perbaikan infrastruktur. Ketika pembangunan dilakukan dengan pendekatan partisipatif, masyarakat akan merasakan manfaat yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan.

Seperti yang terjadi di Kecamatan Kudu, sektor-sektor yang selama ini kurang mendapatkan perhatian mulai bangkit. Tikno, yang sempat pesimistis terhadap masa depan usaha perahunya, kini kembali memiliki harapan. Peningkatan pendapatan yang ia terima menjadi simbol bahwa pembangunan bisa berpihak kepada rakyat kecil jika dikelola dengan pendekatan yang tepat.

Lebih dari itu, program seperti TMMD juga memberikan contoh bagaimana proyek pemerintah dapat mendorong pemberdayaan ekonomi lokal. Pelibatan warga tidak hanya sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai mitra aktif dalam proses, menjadi langkah penting untuk mewujudkan pembangunan yang adil dan merata.

Dengan berakhirnya TMMD ke-125 nantinya, diharapkan dampak positif seperti yang dirasakan Tikno tidak berhenti begitu saja. Infrastruktur yang telah dibangun akan membuka akses baru, sementara pengalaman dan interaksi yang telah terjalin dapat menjadi modal sosial bagi masyarakat dalam menghadapi tantangan pembangunan ke depan.

Kisah Tikno dan perahunya hanyalah satu dari banyak kisah inspiratif di balik kegiatan TMMD. Dari jalur sungai yang sederhana, lahirlah harapan baru yang menyentuh langsung kehidupan warga desa. Ini menjadi bukti bahwa setiap elemen pembangunan, sekecil apa pun, bisa menjadi sumber perubahan jika dikelola dengan baik.