
JAKARTA - Saat orang tua melihat anak makan dengan lahap, sering kali mereka merasa tenang karena menganggap kebutuhan gizi anak sudah terpenuhi. Namun, rasa kenyang dan porsi makanan yang tampak “cukup” di atas piring belum tentu menjamin bahwa anak benar-benar mendapat nutrisi lengkap. Ada zat gizi penting yang kerap terabaikan, yaitu mikronutrien.
Mikronutrien adalah kelompok zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, namun memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang berbagai fungsi tubuh. Berbeda dengan makronutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang dibutuhkan dalam jumlah besar, mikronutrien hanya diperlukan dalam kadar miligram. Meski demikian, kekurangannya bisa menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, terutama bagi anak-anak.
“Mikronutrien adalah serat-serat makanan yang diperlukan tubuh dalam jumlah relatif sedikit, tetapi jika tidak dipenuhi akan menyebabkan gangguan kesehatan,” ujar dr. M. Bambang Edi Susyanto, Sp.A., M.Kes., dalam keterangannya pada 5 Agustus 2025.
Baca Juga
Jenis-Jenis Mikronutrien yang Penting
Menurut dr. Bambang, mikronutrien terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin dan mineral. Vitamin seperti A, B, C, D, hingga E memiliki fungsi spesifik dalam menjaga metabolisme tubuh, pertumbuhan jaringan, serta memperkuat sistem imun anak. Sementara itu, mineral seperti zat besi, yodium, zinc, dan kalsium sangat dibutuhkan untuk pembentukan darah, menjaga fungsi kelenjar tiroid, pembentukan tulang, dan daya tahan tubuh.
Setiap jenis mikronutrien memiliki peran unik. Misalnya, vitamin A penting untuk kesehatan mata dan kekebalan tubuh, sedangkan vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium yang optimal. Kekurangan salah satu dari zat ini bisa menimbulkan dampak yang nyata bagi pertumbuhan anak, bahkan dalam jangka panjang.
Namun, kesadaran akan pentingnya mikronutrien ini masih rendah di kalangan orang tua. Fokus mereka sering kali hanya pada makronutrien yang lebih mudah terlihat jumlahnya, seperti nasi, lauk, dan sayur dalam porsi besar.
Dampak Kekurangan Mikronutrien
Ketika asupan mikronutrien tidak tercukupi, dampaknya tidak langsung terlihat seperti rasa lapar. Salah satu contoh yang umum terjadi adalah kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia. Anak yang mengalami anemia umumnya tampak pucat, cepat lelah, dan kurang aktif.
“Padahal, jika kebutuhan mikronutrien tidak terpenuhi, anak-anak bisa mengalami gangguan kesehatan yang serius. Salah satu contohnya adalah kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Kondisi ini tak hanya membuat anak tampak pucat dan lesu, tetapi juga menghambat kemampuan konsentrasi mereka di sekolah,” jelas dr. Bambang.
Selain anemia, defisiensi yodium bisa mengganggu fungsi tiroid dan menyebabkan gangguan pertumbuhan, sementara kekurangan vitamin D bisa menyebabkan gangguan pembentukan tulang seperti rakitis. Masalah-masalah ini tidak selalu dikenali sejak dini dan sering baru disadari saat anak sudah mengalami keterlambatan perkembangan atau sakit yang berulang.
Masa Kritis Kebutuhan Mikronutrien
dr. Bambang juga menekankan bahwa ada masa-masa kritis di mana kebutuhan mikronutrien anak meningkat. Salah satunya adalah pada fase 1.000 hari pertama kehidupan, yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Pada masa ini, perkembangan otak, sistem kekebalan, dan tulang berlangsung sangat pesat.
Selain itu, masa pubertas juga menjadi periode penting di mana kebutuhan akan vitamin dan mineral meningkat drastis seiring dengan perubahan hormonal dan pertumbuhan fisik yang cepat. Bila asupan gizi tidak mencukupi, risiko gangguan perkembangan akan semakin tinggi.
“Oleh karena itu, fase-fase ini memerlukan perhatian khusus dari orang tua dalam memastikan anak mendapatkan mikronutrien yang cukup dari pola makan sehari-hari,” tambahnya.
Sumber Mikronutrien yang Mudah Diakses
Mikronutrien sebenarnya tidak sulit ditemukan. dr. Bambang menyebutkan bahwa variasi bahan pangan lokal sudah sangat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan mikronutrien anak. Sayuran hijau, buah-buahan segar, daging, ikan, telur, dan produk olahan susu adalah contoh sumber mikronutrien alami yang mudah didapat.
“Pola makan seimbang dengan variasi bahan pangan lokal sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mikronutrien,” ujarnya.
Namun, pada kondisi tertentu, suplementasi menjadi perlu. Misalnya, bayi di bawah usia dua tahun yang memerlukan tambahan zat besi, atau anak yang sedang mengalami diare dan perlu asupan zinc lebih banyak.
Selain anak-anak, kelompok lain yang juga rawan kekurangan mikronutrien antara lain ibu hamil, remaja, dan lansia. Untuk kelompok ini, suplemen mikronutrien bisa diberikan atas anjuran dokter atau tenaga kesehatan.
Peran Orang Tua dalam Pemenuhan Mikronutrien
Kunci utama dalam menjaga kecukupan mikronutrien adalah kesadaran dan peran aktif orang tua. Tidak cukup hanya memberikan makanan dalam jumlah cukup, namun juga harus memperhatikan kualitas kandungan gizinya. dr. Bambang menyarankan agar orang tua membiasakan diri membaca informasi gizi pada kemasan makanan dan mulai mengenal kandungan mikronutrien dalam setiap bahan pangan.
“Menjadi orang tua berarti bisa mengenali fase-fase penting perkembangan yang memerlukan perhatian ekstra terhadap asupan mikronutrien. Kesehatan anak dimulai dari piring makan di rumah. Jangan tunggu sampai mereka sakit baru menyadari pentingnya mikronutrien,” tutupnya.
Dengan memperhatikan kandungan mikronutrien sejak dini, orang tua telah menyiapkan landasan yang kuat untuk kesehatan, kecerdasan, dan masa depan anak. Pemenuhan nutrisi yang tepat bukanlah tugas yang sulit, selama ada niat dan pengetahuan yang memadai dalam keluarga.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Pertamina Perketat Pengawasan SPBU, Pastikan Distribusi BBM Aman dan Sesuai Standar
- Rabu, 06 Agustus 2025
Pertamina Ambil Langkah Tegas, Lindungi Konsumen dan Jaga Mutu BBM Nasional
- Rabu, 06 Agustus 2025
Terpopuler
1.
WhatsApp Tambah Fitur Baru Lindungi Pengguna
- 06 Agustus 2025
2.
Profil Martin Lorentzon, Sosok Jenius di Balik Spotify
- 06 Agustus 2025
3.
Kolaborasi Digital Bantu Tekan Biaya Logistik
- 06 Agustus 2025
4.
Pilihan Rumah Murah Milenial di Tajurhalang
- 06 Agustus 2025
5.
Dukung Pemerintah, SIG Bangun Perumahan Inovatif
- 06 Agustus 2025