
JAKARTA - Transformasi digital yang terus berkembang telah membawa banyak peluang bagi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Namun, agar dapat benar-benar bersaing di pasar nasional bahkan internasional, pelaku UMKM tidak bisa hanya mengandalkan pemasaran digital semata. Peningkatan kualitas produk serta kemasan yang menarik juga menjadi faktor krusial yang tidak boleh diabaikan. Persaingan yang ketat dalam era digital ini menuntut pelaku usaha untuk mampu memberikan kesan pertama yang baik kepada konsumen.
Anggota DPRD Kabupaten Malang, Ahmad Andi, menyoroti pentingnya aspek kualitas produk dan kemasan dalam pengembangan UMKM. Menurutnya, digitalisasi memang telah banyak dilakukan, namun tanpa disertai peningkatan kualitas produk, maka daya saing UMKM akan tetap rendah. Ia menyebutkan bahwa pelatihan e-commerce memang sudah cukup banyak diberikan kepada pelaku usaha, tetapi tantangan terbesar justru ada pada mutu produk dan visual kemasannya.
"Pelatihan e-commerce sudah banyak diberikan. Tapi tantangan terbesar kita adalah soal kualitas dan tampilan produk," ujarnya pada Selasa, 29 Juli 2025.
Baca Juga
Andi mencontohkan banyak produk makanan lokal khas daerah seperti jipang dan keripik yang sebenarnya memiliki rasa yang lezat, namun kurang diminati karena kemasannya masih sangat sederhana dan belum profesional. Menurutnya, penampilan produk sangat memengaruhi minat konsumen, terutama ketika bersaing dengan produk dari industri besar yang telah mapan.
"Kadang pelaku usaha masih takut jual mahal. Padahal makanan yang enak, meskipun mahal, orang tetap beli. Tapi kalau murah dan tidak menarik, ya tetap tidak laku," tambahnya.
Ia juga menyayangkan masih minimnya produk UMKM lokal yang mampu menembus pasar ritel modern seperti supermarket besar. Salah satu kendalanya adalah belum terpenuhinya standar kemasan yang ditetapkan oleh pihak ritel. Kemasan yang berkualitas, menurut Andi, memang membutuhkan biaya lebih, namun hal tersebut adalah investasi yang penting untuk meningkatkan kepercayaan konsumen.
"Plastik pembungkus yang bagus itu mahal, ini jadi kendala. Tapi kalau kemasannya menarik, orang akan percaya dan mau beli," ujarnya lagi.
Tak hanya kualitas dan kemasan, Andi juga menyoroti persoalan permodalan sebagai hambatan utama dalam pengembangan UMKM. Banyak pelaku usaha kecil kesulitan mendapatkan dana tambahan untuk mengembangkan usahanya, apalagi untuk keperluan peningkatan kualitas produk dan desain kemasan.
Menurutnya, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menghadirkan program pembiayaan berbunga rendah atau bahkan skema kredit tanpa bunga yang ramah bagi UMKM. Selain itu, ia juga mendorong adanya relaksasi pajak agar pelaku usaha kecil dapat lebih leluasa dalam mengelola keuangannya.
"Kita dorong agar ada pembiayaan murah, atau tanpa pajak untuk pelaku UMKM. Karena kalau modalnya pas-pasan, ya susah muter," jelasnya.
Andi menegaskan bahwa pemerintah daerah tidak boleh hanya fokus pada penyediaan pelatihan digitalisasi saja, melainkan harus memperhatikan aspek produksi secara menyeluruh. Hal ini mencakup kualitas bahan baku, desain dan kemasan, hingga daya saing produk di pasar.
"Kalau hanya diajarkan cara jualan online, tapi produknya tidak bersaing, hasilnya tidak maksimal. Harus dibarengi dengan peningkatan kualitas dan tampilan," tegasnya.
Ia mendorong pemerintah untuk melakukan pendampingan langsung kepada pelaku UMKM melalui program-program intensif yang mencakup semua aspek produksi. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang memiliki jurusan desain kemasan dan produk untuk membantu para pelaku usaha kecil dalam mengembangkan brand mereka.
Selain itu, Andi juga berharap agar pemerintah membuka akses pasar yang lebih luas bagi pelaku UMKM melalui pameran-pameran produk lokal berskala nasional maupun internasional. Ia percaya bahwa dengan strategi yang tepat, produk UMKM dari Kabupaten Malang bisa bersaing secara lebih luas dan menciptakan peluang pasar baru.
Menurutnya, konsistensi dalam mendampingi UMKM akan memberikan hasil yang signifikan dalam jangka panjang. Pemerintah daerah diharapkan dapat membentuk ekosistem usaha yang kondusif, mulai dari akses pelatihan, pendampingan, hingga pemasaran produk secara berkelanjutan.
Ia juga menyoroti pentingnya membangun kesadaran di kalangan pelaku UMKM itu sendiri. Banyak pelaku usaha yang masih merasa ragu untuk berinovasi dalam pengemasan atau memperbaiki kualitas produk karena takut menambah beban biaya. Padahal, perubahan kecil dalam penampilan produk bisa memberikan dampak besar dalam meningkatkan penjualan.
Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan semangat pelaku UMKM untuk terus belajar dan berkembang, Andi yakin bahwa produk-produk lokal akan mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional. Kunci utamanya adalah tidak berhenti hanya pada digitalisasi, tetapi juga berfokus pada peningkatan kualitas dan kemasan.
Pemerintah Kabupaten Malang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar serta Dinas Komunikasi dan Informatika telah melakukan langkah-langkah positif melalui berbagai pelatihan. Namun, perlu ada upaya yang lebih konkret untuk menjembatani pelaku UMKM menuju pasar yang lebih kompetitif.
Dengan kemasan yang menarik, kualitas produk yang baik, dan strategi pemasaran digital yang tepat, UMKM dapat tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di era digital saat ini. Transformasi UMKM bukan sekadar hadir di platform digital, tetapi bagaimana produk yang ditawarkan mampu menciptakan nilai tambah yang nyata bagi konsumen.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
BMKG Perkirakan Cuaca Jabodetabek Aman Terkendali
- 29 Juli 2025
2.
3.
Diskon KAI Expo Hadirkan Tiket Kereta Api Terjangkau
- 29 Juli 2025
4.
Penerbangan Umrah Langsung Hadir di Sepuluh Kota
- 29 Juli 2025
5.
Bendix Hadirkan Solusi Ekonomis Rem Kendaraan Aman
- 29 Juli 2025