Kolaborasi Lintas Sektor Dorong Masa Depan Energi Berkelanjutan

Senin, 21 Juli 2025 | 11:00:25 WIB
Kolaborasi Lintas Sektor Dorong Masa Depan Energi Berkelanjutan

JAKARTA - Perubahan iklim dan krisis lingkungan bukan lagi isu masa depan. Dampaknya telah nyata dirasakan dan menuntut respons cepat dan kolektif dari seluruh lapisan masyarakat. Di tengah urgensi itu, muncul dorongan untuk mempercepat transisi energi serta memperbaiki pengelolaan sampah nasional. Sebuah forum publik mempertemukan berbagai pemangku kepentingan lintas sektor dari pemerintah, BUMN, swasta, hingga pegiat lingkungan yang mengajak generasi muda turut menjadi bagian dari solusi.

Forum tersebut menjadi panggung kolaborasi gagasan yang menekankan bahwa perubahan besar hanya akan tercapai bila ada sinergi kuat antara kebijakan negara, inovasi teknologi, model bisnis, serta aksi nyata individu. Dalam suasana yang terbuka, para pembicara membagikan pandangan strategis, pengalaman pribadi, serta ajakan untuk bergerak bersama demi masa depan energi dan lingkungan Indonesia yang berkelanjutan.

Indonesia tengah menghadapi tantangan serius terkait ketahanan energi dan pengelolaan sampah. Ketergantungan tinggi terhadap bahan bakar fosil dan rendahnya porsi energi baru terbarukan (EBT) menjadi hambatan besar dalam mencapai target netral karbon. Di sisi lain, masalah sampah baik dari segi volume maupun pengelolaan masih menumpuk, bahkan sebagian besar berakhir di laut dan mencemari ekosistem.

Kondisi tersebut diperburuk oleh minimnya kesadaran publik, keterbatasan infrastruktur, serta lemahnya penegakan regulasi lingkungan. Transformasi sistemik jelas dibutuhkan, namun tidak bisa berjalan hanya dari satu sisi. Perubahan menuntut peran dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk kontribusi aktif generasi muda sebagai pemilik masa depan bangsa.

Salah satu langkah konkret dalam mendorong transformasi energi datang dari PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGN). Sebagai subholding dari Pertamina, PGN memiliki tanggung jawab besar dalam sistem energi nasional, terutama dalam transmisi dan distribusi gas bumi ke berbagai sektor.

"PGN berupaya untuk selalu memenuhi semua persyaratan dan standar yang telah ditetapkan oleh Kementerian ESDM," kata Arief Kurnia Risdianto, Direktur Manajemen Risiko PGN. Arief juga membagikan pengalamannya sebagai salah satu direktur termuda di Pertamina, menekankan pentingnya proses dan ketekunan dalam membangun kepemimpinan. Ia mendorong generasi muda untuk tidak terburu-buru mengejar hasil, melainkan fokus membangun ketahanan pribadi dan kualitas diri.

Dari sisi kebijakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga aktif dalam mempercepat transisi menuju energi bersih. Satya Hangga Yudha Widya Putra, Tenaga Ahli Menteri ESDM, menjelaskan bahwa pemerintah menaruh prioritas pada pengembangan EBT dan gas bumi demi memastikan ketahanan energi nasional.

"Agenda utama Kementerian ESDM adalah memastikan ketersediaan energi untuk berbagai kebutuhan, mulai dari listrik hingga bahan bakar kendaraan," ujar Satya. Ia juga memaparkan struktur internal kementerian serta tugas-tugas strategis seperti regulasi, pengawasan, dan evaluasi kebijakan energi. Dalam sesi inspiratif, ia menekankan pentingnya mengenali passion, menjalani proses kecil secara konsisten, dan tetap optimistis dalam mendorong perubahan.

Selain dari sektor energi, pembicara lain membawa sudut pandang yang lebih spesifik terhadap pengelolaan sampah. Bijaksana Juerasono, CEO Waste4Change sekaligus pendiri Greeneration Indonesia, menekankan bahwa masalah pengelolaan sampah di Indonesia bersifat kronis dan perlu perhatian khusus. Ia menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) tentang waste to energy yang ditargetkan selesai pada akhir tahun.

"Negara-negara maju telah melihatnya sebagai sumber daya dan bagian dari bauran energi alternatif," jelas Bijaksana. Menurutnya, dua faktor penting agar kebijakan ini berhasil adalah model bisnis yang tepat serta penegakan hukum yang konsisten. Tanpa itu, potensi ekonomi dari pengelolaan sampah akan sulit terealisasi dan masalah lingkungan akan terus memburuk.

Sementara itu, dari kalangan masyarakat sipil dan aktivis lingkungan, Nadine Chandrawinata pendiri gerakan Seasoldier mengajak publik untuk melihat isu lingkungan dari sudut yang lebih sederhana. Menurutnya, solusi bisa dimulai dari kebiasaan kecil di rumah.

"Meskipun sampah berakhir di laut, solusinya harus dimulai di daratan," ujar Nadine. Ia percaya bahwa perubahan perilaku individu memiliki dampak besar apabila dilakukan secara kolektif dan berkelanjutan.

Apa yang terlihat dari forum ini adalah bagaimana pendekatan lintas sektor mampu menghasilkan sinergi pemikiran dan solusi. Pemerintah hadir dengan regulasi dan arahan strategis, BUMN serta swasta dengan peran implementatif dan teknologi, sementara aktivis dan generasi muda menggerakkan kesadaran publik dari bawah.

Keberhasilan transisi energi dan perbaikan sistem pengelolaan lingkungan sangat tergantung pada sejauh mana para pemangku kepentingan dapat menyatukan langkah. Kebijakan tanpa implementasi akan kehilangan makna, dan aksi individu tanpa dukungan sistem akan terbatas dampaknya. Oleh karena itu, keterlibatan aktif seluruh pihak, mulai dari pusat hingga komunitas lokal, menjadi sangat krusial.

Diskusi tersebut menunjukkan bahwa harapan terhadap masa depan energi dan lingkungan Indonesia bukan hanya retorika, melainkan bisa dijalankan bersama dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang kuat. Setiap langkah, sekecil apa pun, menjadi bagian dari mozaik besar perubahan.

Melalui forum seperti ini, generasi muda diingatkan bahwa mereka memiliki peran penting bukan hanya sebagai penerima warisan bumi, tetapi juga sebagai pencipta masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Perubahan bisa dimulai dari mana saja dari meja rapat, jalur pipa gas, laboratorium, sampai ruang keluarga. Yang terpenting, langkah pertama harus diambil sekarang.

Terkini