Integrasi Transportasi Nasional Dorong Efisiensi Logistik

Rabu, 06 Agustus 2025 | 13:34:12 WIB
Integrasi Transportasi Nasional Dorong Efisiensi Logistik

JAKARTA - Penguatan sistem transportasi nasional tidak hanya berfokus pada keterhubungan antar wilayah, tetapi juga pada integrasi antarmoda yang berkelanjutan. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terus mengakselerasi upaya integrasi antarmoda guna mendukung efisiensi logistik dan kelancaran mobilitas masyarakat di seluruh Indonesia.

Direktur Prasarana Integrasi Transportasi Antarmoda dari Direktorat Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda, Sigit Irfansyah, menyampaikan bahwa konektivitas transportasi nasional tidak cukup hanya sampai pada titik terhubung, namun juga harus menyatu dan terintegrasi. Hal ini ia ungkapkan dalam acara Press Background bertajuk Integrasi Transportasi Sektor Transportasi Laut dan Udara.

Konektivitas Domestik dan Global

Menurut Sigit, penguatan integrasi dilakukan dengan efisiensi jaringan pelayaran dan penerbangan. Keduanya merupakan bagian vital dari tulang punggung sistem transportasi nasional. Dengan konektivitas yang solid, baik di tingkat domestik maupun global, kegiatan logistik dan pergerakan masyarakat diharapkan lebih efektif dan efisien.

"Kita ingin agar jaringan transportasi di Indonesia tidak hanya terhubung, tetapi juga terpadu hingga akhirnya berkelanjutan," ungkap Sigit.

Selain itu, integrasi juga diarahkan pada penguatan konektivitas antara kawasan-kawasan ekonomi strategis dengan jaringan transportasi nasional. Kawasan seperti kawasan industri, kawasan ekonomi khusus (KEK), dan kawasan pelabuhan bebas menjadi prioritas utama dalam pembangunan konektivitas.

Fokus pada Kawasan Penggerak Ekonomi

Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Lollan Andy Panjaitan, menekankan bahwa integrasi transportasi sangat penting bagi kawasan-kawasan yang memiliki kontribusi besar terhadap pergerakan ekonomi nasional. Contohnya, kawasan industri Sei Mangkei yang berada di jalur perdagangan utama dunia di Selat Malaka.

"Tentunya yang menjadi prioritas adalah integrasi kawasan-kawasan yang menjadi tempat di mana perekonomian itu bergerak lebih besar dan masif, seperti KI, KEK dan KPBPB," terang Lollan.

Dengan memperkuat akses transportasi ke kawasan-kawasan tersebut, diharapkan arus distribusi barang dan jasa dapat berjalan lebih cepat dan murah, sekaligus menciptakan efisiensi dalam rantai pasok nasional.

Pertumbuhan Trayek Perintis Laut

Dari sisi transportasi laut, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut terus memperluas jaringan trayek angkutan laut perintis barang. Sejak awal digulirkan pada tahun 2015, program ini hanya melayani tiga trayek dengan 11 pelabuhan dan 3 kapal. Namun, pada 2025, jumlahnya melonjak menjadi 39 trayek, 104 pelabuhan, dan 39 kapal.

Kehadiran trayek perintis tersebut membuka akses transportasi ke wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau. Hal ini juga menjadi bagian dari strategi integrasi yang menyeluruh antara wilayah terpencil dengan pusat-pusat logistik nasional.

Efisiensi Biaya Logistik Nasional

Dari sisi transportasi udara, integrasi juga ditujukan untuk menurunkan biaya logistik yang masih menjadi tantangan besar. Direktur Navigasi Penerbangan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Syamsu Rizal, menjelaskan bahwa target pemerintah adalah menurunkan biaya logistik menjadi 12,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2029.

"Target kita adalah menurunkan biaya logistik hingga mencapai 12,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 2022 lalu, biaya logistik kita masih 14,29% dari PDB. Di tahun ini menjadi 13,52% dari PDB, dan targetnya menjadi 12,5% dari PDB di tahun 2029," terang Syamsu Rizal.

Dengan integrasi yang solid antarmoda transportasi, diharapkan akan terjadi pengurangan biaya distribusi barang dan jasa ke berbagai wilayah Indonesia.

Mobilitas Masyarakat Daerah Terpencil

Integrasi transportasi juga menyasar aspek mobilitas masyarakat, terutama di daerah terpencil. Program angkutan udara perintis yang digagas Ditjen Perhubungan Udara menjadi salah satu andalan untuk membuka keterisolasian daerah.

Sejak digulirkan, program ini telah menghubungkan 164 bandara, 78 lapangan terbang, 27 provinsi, dan 121 kabupaten/kota. Jumlah penumpang yang terlayani sejak 2011 hingga Juni 2025 mencapai lebih dari 3,2 juta orang. Sementara itu, volume kargo yang terangkut sejak 2018 hingga Juni 2025 mencapai 36.262 ton.

Langkah ini tidak hanya menunjang konektivitas antarwilayah, tetapi juga memperkuat inklusi sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah yang selama ini sulit dijangkau transportasi reguler.

Menuju Sistem Transportasi Terpadu dan Berkelanjutan

Upaya penguatan integrasi antarmoda transportasi merupakan langkah konkret pemerintah untuk menciptakan sistem transportasi yang tidak hanya terpadu, tetapi juga berkelanjutan. Dengan menyinergikan moda transportasi laut dan udara, serta memperkuat konektivitas ke kawasan ekonomi strategis dan daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), Indonesia menuju sistem logistik yang lebih efisien dan layanan transportasi yang merata.

Sinergi antarinstansi di lingkungan Kementerian Perhubungan menjadi kunci dalam menjalankan strategi ini. Selain itu, partisipasi aktif pemda dan pelaku usaha diharapkan dapat mempercepat tercapainya sistem transportasi nasional yang efisien, terjangkau, dan inklusif bagi seluruh masyarakat.

Terkini

Keselamatan Penerbangan Diutamakan di Lanud RSA

Rabu, 06 Agustus 2025 | 13:26:14 WIB

Pemutihan Pajak Kendaraan Jawa Timur Berlanjut

Rabu, 06 Agustus 2025 | 13:29:36 WIB

Tambang Baru China, Harga Batu Bara Tetap Terkendali

Rabu, 06 Agustus 2025 | 14:53:43 WIB

Lima Strategi Turunkan Emisi di Sektor Pertambang

Rabu, 06 Agustus 2025 | 14:57:28 WIB

Membangun Panas Bumi dengan Tata Kelola Inklusif

Rabu, 06 Agustus 2025 | 15:00:52 WIB