
JAKARTA - Perkembangan industri asuransi dan upaya mitigasi bencana, seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla), kini semakin mengandalkan pendekatan ilmiah yang berbasis data dan analisis. Salah satu pendekatan yang menonjol adalah pemodelan matematika dan aktuaria, sebagaimana disampaikan oleh Guru Besar Sekolah Sains Data, Matematika, dan Informatika IPB University, Prof Endar Hasafah Nugrahani.
Dalam penjelasannya, Prof Endar menegaskan bahwa pemodelan matematika dan aktuaria memegang peranan fundamental dalam mendukung pengelolaan risiko serta pengambilan keputusan, khususnya di sektor keuangan dan industri asuransi. Bahkan, penerapan metode ini telah diperluas hingga mencakup upaya mitigasi bencana alam seperti karhutla.
“Pemodelan matematika dan aktuaria merupakan fondasi utama dalam industri asuransi dan pengelolaan risiko,” jelasnya. Ia menyebutkan bahwa pendekatan ini tidak hanya relevan untuk sektor keuangan, tetapi juga untuk tantangan lingkungan yang membutuhkan prediksi dan perencanaan berbasis data.
Baca Juga
Menurutnya, ilmu aktuaria memiliki klasifikasi model yang secara umum terbagi menjadi tiga kelompok besar. Ketiganya adalah model kehidupan (life models), model non-kehidupan (non-life models), serta model finansial dan finansial stokastik. Setiap kelompok model ini memiliki aplikasi luas dalam industri asuransi.
“Aplikasi dari model-model ini sangat luas, mulai dari model mortalitas dan morbiditas dalam asuransi jiwa, hingga model frekuensi dan severitas klaim dalam asuransi umum,” terang Prof Endar lebih lanjut.
Di sektor keuangan, model finansial memainkan peran penting dalam pengelolaan portofolio dan perlindungan risiko. Salah satu aplikasi konkret adalah strategi hedging atau lindung nilai, yang melibatkan kombinasi opsi beli dan jual untuk mengurangi potensi kerugian akibat fluktuasi pasar.
Lebih dari itu, pendekatan pemodelan juga digunakan dalam proses penilaian risiko, penentuan premi asuransi yang tepat, serta pengembangan produk-produk asuransi baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Namun manfaat pemodelan matematika tak hanya terbatas pada ranah finansial. Prof Endar menunjukkan bahwa pendekatan ini juga dapat digunakan dalam konteks manajemen risiko kebencanaan, termasuk karhutla yang menjadi ancaman tahunan di Indonesia.
“Salah satu studinya menunjukkan bahwa karhutla di Indonesia dapat diprediksi melalui analisis hotspot menggunakan citra satelit,” ujarnya. Model seperti ini memungkinkan pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan untuk merancang strategi mitigasi yang lebih efektif dan berbasis bukti.
Pemodelan juga mendukung sektor asuransi pertanian, yang dianggap vital bagi negara agraris seperti Indonesia. Melalui pendekatan ini, risiko gagal panen, bencana iklim, serta fluktuasi hasil produksi dapat dipetakan secara lebih akurat.
“Tak hanya di sektor asuransi umum, pemodelan matematika juga sangat penting dalam asuransi pertanian, sebuah program vital bagi negara agraris seperti Indonesia,” tambah Prof Endar.
Namun demikian, ia juga mengakui bahwa tantangan implementasi asuransi pertanian masih cukup besar. Salah satu hambatan utama adalah rendahnya tingkat literasi petani mengenai manfaat dan mekanisme perlindungan asuransi.
“Diperlukan dukungan lebih lanjut dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk memperluas sosialisasi dan edukasi,” tegasnya.
Dengan kata lain, meski pendekatan pemodelan matematika dan aktuaria menawarkan solusi berbasis ilmu pengetahuan yang komprehensif, keberhasilannya tetap sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor. Keterlibatan pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci dalam menjadikan inovasi ini berdampak nyata.
Secara keseluruhan, Prof Endar menyampaikan bahwa integrasi antara sains data, pemodelan matematika, dan kebijakan publik sangat penting dalam menghadapi kompleksitas risiko di berbagai sektor. Terutama di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan dinamika ekonomi, metode ilmiah menjadi landasan yang tak tergantikan dalam merancang kebijakan yang tangguh dan adaptif.
Dengan pendekatan ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat sistem perlindungan risiko yang tidak hanya mencakup industri asuransi, tetapi juga aspek keberlanjutan lingkungan dan ketahanan nasional terhadap bencana.
Melalui pemanfaatan pemodelan matematika yang tepat guna, Indonesia dapat membangun sistem yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan masa depan. Kolaborasi antarpemangku kepentingan menjadi kunci untuk mengoptimalkan berbagai potensi tersebut, baik dalam bentuk riset lanjutan, penyusunan kebijakan berbasis data, maupun edukasi publik secara berkelanjutan.
Pemahaman mendalam terhadap data dan kemauan untuk menerjemahkannya menjadi strategi nyata dapat membawa industri asuransi dan sistem mitigasi bencana Indonesia ke arah yang lebih maju dan berdaya saing. Hal ini juga sekaligus memperkuat fondasi kebijakan nasional dalam menjawab tantangan risiko yang semakin kompleks dan multidimensi.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Kolaborasi IPB NUS Dorong Transformasi Sistem Pangan
- 29 Juli 2025
3.
MIND ID Targetkan Produksi Aluminium 900 Ribu Ton
- 29 Juli 2025
4.
Danantara Siap Luncurkan Holding Investasi BUMN
- 29 Juli 2025