
JAKARTA - Optimisme yang terus tumbuh di kalangan pelaku pasar mendorong pasar modal Indonesia ke zona hijau. Sepanjang awal pekan terakhir bulan Juli 2025, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren positif yang menandakan bahwa kepercayaan terhadap prospek ekonomi nasional semakin menguat.
Hingga penutupan perdagangan Senin, 28 Juli 2025, IHSG tercatat naik signifikan sebesar 1,57 persen atau 118 poin, sehingga berada pada level 7.661. Lonjakan ini tidak hanya mencerminkan kinerja bursa yang menggembirakan, tetapi juga menjadi sinyal kuat dari arah arus modal yang mulai kembali deras masuk ke pasar domestik.
Chief Executive Officer Danantara Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, menilai bahwa kondisi ini merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor positif yang menyelimuti perekonomian nasional. Ia menyebutkan bahwa sentimen pasar secara keseluruhan bergerak selaras dengan indikator fundamental ekonomi yang solid.
Baca Juga
"Semua positif, mulai dari makroekonomi, kebijakan fiskal, inflasi yang terkendali, dan kestabilan nilai tukar. Itu semua mendukung penguatan pasar," ungkap Nafan.
Menurutnya, stabilitas makroekonomi dan keberhasilan pemerintah menjaga kinerja fiskal menjadi penopang utama kepercayaan investor. Ia menambahkan bahwa ekspektasi terhadap laporan keuangan emiten pada kuartal II 2025 juga memberikan dorongan tambahan terhadap sentimen pasar yang sudah membaik sejak awal tahun.
Tak hanya dari sisi domestik, kinerja pasar modal juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal. Nafan menyampaikan bahwa pelonggaran kebijakan moneter global, termasuk indikasi penurunan suku bunga oleh bank sentral negara maju, menjadi angin segar bagi negara berkembang seperti Indonesia.
“Dengan sinyal bahwa suku bunga acuan global akan turun, capital inflow ke negara berkembang seperti Indonesia bisa semakin menguat. Ini memperkuat likuiditas di pasar,” tuturnya.
Selain itu, arus modal asing yang kembali masuk ke pasar saham domestik menjadi bukti nyata bahwa pasar modal Indonesia masih menarik di mata global. Menurut Nafan, investor asing menaruh kepercayaan besar terhadap reformasi struktural yang sedang dijalankan oleh pemerintah Indonesia.
"Investor asing melihat Indonesia punya fundamental yang baik. Mereka menaruh kepercayaan terhadap reformasi struktural yang tengah dijalankan," jelasnya.
Faktor lain yang turut mendorong penguatan IHSG adalah ekspektasi terhadap pertumbuhan laba emiten, terutama pada sektor-sektor yang memiliki daya tahan tinggi terhadap gejolak ekonomi. Nafan mengungkapkan bahwa sektor infrastruktur, konsumer, dan perbankan menjadi penopang utama dalam penguatan pasar saat ini.
“Dari sisi valuasi, pasar kita masih atraktif. Investor asing juga melihat potensi pertumbuhan di Indonesia masih sangat baik,” lanjut Nafan.
Pergerakan positif IHSG juga tercermin dari saham-saham yang mencatatkan penguatan signifikan, khususnya di sektor infrastruktur dan energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan dan transisi menuju energi bersih. Menurut Nafan, saham perusahaan BUMN karya serta perusahaan energi menjadi incaran utama investor.
“Program transisi energi dan pembangunan IKN (Ibu Kota Nusantara) menjadi tema besar yang terus mendorong optimisme pelaku pasar,” katanya.
Tak kalah penting, sektor keuangan turut menjadi motor penggerak dalam penguatan IHSG. Kinerja positif bank-bank besar, stabilnya pertumbuhan kredit, serta perbaikan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) menjadi indikator bahwa sektor ini tetap solid dan tangguh.
Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang tetap tinggi juga menjadi penegas bahwa sektor keuangan Indonesia masih mampu menghadapi potensi tekanan eksternal dalam jangka pendek maupun menengah.
Nafan memproyeksikan bahwa tren positif di pasar modal akan terus berlanjut, terlebih menjelang rilis laporan keuangan kuartal kedua serta data ekonomi penting lainnya. Ia mendorong investor untuk tetap fokus pada sektor-sektor yang memiliki prospek jangka menengah dan panjang, serta menyesuaikan strategi investasinya dengan kondisi pasar yang dinamis.
Meski demikian, ia tetap mengingatkan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Menurutnya, fluktuasi global dan dinamika geopolitik tetap menjadi faktor yang harus diantisipasi oleh para pelaku pasar.
“Bagi investor ritel, penting untuk tetap disiplin dengan strategi investasi masing-masing. Perhatikan juga faktor-faktor eksternal dan jangan terlalu agresif mengejar momentum,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa investor harus mampu membaca arah kebijakan ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri, agar keputusan investasi tetap rasional dan sesuai profil risiko masing-masing.
Kondisi pasar yang saat ini stabil dan mengalami pertumbuhan menjadi bukti bahwa pasar modal Indonesia berada pada jalur yang tepat menuju penguatan jangka panjang. Tidak hanya mencerminkan keberhasilan kebijakan pemerintah, tetapi juga menunjukkan bahwa koordinasi antar-stakeholder dalam menjaga kepercayaan investor berjalan efektif.
Dengan penguatan fundamental ekonomi, kebijakan fiskal yang bijak, dan strategi pengembangan pasar yang inklusif, pasar modal Indonesia diharapkan dapat terus menjadi pilar utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Ke depan, dengan dukungan sinergis dari regulator, pelaku industri, dan investor, momentum positif ini diharapkan tidak hanya bertahan, tetapi juga meningkat secara berkelanjutan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Kolaborasi IPB NUS Dorong Transformasi Sistem Pangan
- 29 Juli 2025
3.
MIND ID Targetkan Produksi Aluminium 900 Ribu Ton
- 29 Juli 2025
4.
Danantara Siap Luncurkan Holding Investasi BUMN
- 29 Juli 2025