
JAKARTA - Kondisi pasar tradisional di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, saat ini sedang diwarnai oleh lonjakan harga sejumlah komoditas pangan. Fenomena tersebut berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Tidak sedikit warga yang mulai mengeluhkan tingginya harga bahan pokok, terutama bagi mereka yang setiap hari mengandalkan pasar tradisional sebagai sumber utama belanja rumah tangga.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan (Kopurindag) Maros, Agustam, menjelaskan bahwa survei terbaru menunjukkan adanya kenaikan pada beberapa komoditas penting. Kenaikan harga ini bahkan terjadi hanya dalam kurun waktu satu hari.
“Hari ini naik menjadi Rp53 ribu per rak,” ujar Agustam, mengacu pada harga telur ayam boiler yang sehari sebelumnya masih berada di angka Rp50 ribu.
Baca Juga
Perubahan Harga Komoditas Makanan Pokok
Tak hanya telur ayam, daging ayam boiler pun menunjukkan gejala kenaikan. Sebelumnya berada pada angka Rp27 ribu, kini menjadi Rp28.266 per kilogram. Meskipun kenaikannya tidak setinggi komoditas lainnya, tetap saja perubahan ini berpengaruh pada pengeluaran rumah tangga masyarakat Maros yang mayoritas berpenghasilan harian.
Namun, tidak semua bahan pokok mengalami kenaikan. Cabai rawit hijau misalnya, justru mengalami penurunan dari Rp30 ribu menjadi Rp25 ribu per kilogram. Sementara itu, cabai rawit merah yang sebelumnya Rp45 ribu, kini turun menjadi Rp40 ribu.
Sedangkan untuk bawang merah dan bawang putih, keduanya masih berada dalam kisaran harga stabil. Bawang merah tetap pada harga Rp50 ribu, sementara bawang putih dijual seharga Rp45 ribu per kilogram.
Dampak Cuaca Buruk dan Distribusi Terganggu
Lonjakan harga pangan paling terasa terjadi di Pasar Batangase, Kecamatan Mandai, Maros. Dalam tiga pekan terakhir, harga berbagai bahan pokok terus menanjak tanpa tanda-tanda akan turun dalam waktu dekat.
Menurut Mitha Makmur, seorang pedagang di pasar tersebut, penyebab utama kenaikan ini adalah cuaca buruk dan pasokan dari daerah pemasok yang mengalami hambatan. Ia menyebut bahwa pengiriman dari wilayah Malino dan Enrekang mengalami keterlambatan yang cukup signifikan.
“Pengiriman dari Malino dan Enrekang terlambat,” ungkap Mitha saat dijumpai di kiosnya.
Ia menyebutkan, harga bawang merah yang sebelumnya berada di angka Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram, kini menembus Rp50 ribu. Begitu pula dengan cabai keriting yang naik dari Rp25 ribu menjadi Rp40 ribu per kilogram.
Tak ketinggalan, cabai rawit juga mengalami lonjakan harga dari Rp30 ribu menjadi Rp45 ribu per kilogram. Telur ayam, yang sebelumnya berada di kisaran harga Rp40 ribu hingga Rp45 ribu per rak, kini dijual antara Rp50 ribu hingga Rp52 ribu. Harga tersebut tergantung ukuran dan kualitas telur yang ditawarkan.
Tomat Naik Dua Kali Lipat, Pembeli Terpaksa Irit
Yang paling drastis adalah harga tomat, yang melonjak dari Rp10 ribu menjadi Rp25 ribu per kilogram. Mitha menjelaskan bahwa ia kesulitan mendapatkan stok dari para petani, ditambah lagi pengiriman yang semakin jarang dan tidak menentu.
“Kami kesulitan dapat stok dari petani dan pengiriman terbatas,” ujarnya.
Kondisi ini membuat pedagang seperti Mitha turut terdampak. Pembeli yang biasa membeli dalam jumlah besar kini mengurangi belanja mereka secara signifikan. Salah satunya adalah Erni, seorang pembeli setia di pasar tersebut, yang mengungkapkan bahwa ia harus menyesuaikan jumlah belanjaannya dengan kondisi harga saat ini.
“Dulu bisa beli satu kilo, sekarang cuma sanggup setengah,” kata Erni dengan nada khawatir.
Ia mengaku harus lebih selektif dalam memilih barang yang dibeli, mengingat kondisi keuangan rumah tangganya kini tidak bisa lagi mengimbangi lonjakan harga yang terjadi secara bersamaan pada banyak komoditas.
“Kami harus pilih-pilih dulu, mana yang paling penting dibeli,” tambahnya.
Pemerintah Daerah Siapkan Respons Cepat
Bupati Maros, Chaidir Syam, tak tinggal diam menghadapi keluhan warga dan pedagang. Ia menyatakan bahwa pemerintah daerah telah mengambil langkah untuk menggelar operasi pasar sebagai salah satu solusi jangka pendek guna menstabilkan harga.
“Kami sudah minta Dinas Perdagangan dan Bulog untuk turun langsung ke lapangan. Dalam waktu dekat, kami akan gelar operasi pasar guna menekan harga dan meringankan beban masyarakat,” ujar Bupati Maros.
Sebagai mantan Ketua DPRD Maros, Chaidir mengaku memahami situasi yang sedang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ia juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong yang justru bisa memperparah kondisi pasar.
Ia mengajak warga untuk tetap membeli kebutuhan pokok sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan agar stok di pasar tetap terjaga.
Harapan dan Antisipasi ke Depan
Situasi seperti ini bukanlah yang pertama kali dialami masyarakat Maros, namun tetap menjadi pukulan berat terutama bagi keluarga dengan penghasilan menengah ke bawah. Pemerintah diharapkan tidak hanya bertindak saat lonjakan terjadi, namun juga memiliki sistem antisipasi jangka panjang.
Diperlukan strategi penguatan distribusi pangan, pemantauan stok secara berkala, dan koordinasi yang intensif antara daerah penghasil dan distributor agar keterlambatan pasokan seperti yang terjadi saat ini tidak kembali terulang.
Kebijakan darurat seperti operasi pasar memang sangat dibutuhkan, namun ketahanan pangan lokal yang tangguh akan menjadi solusi jangka panjang dalam menekan gejolak harga di masa depan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
3.
Investor Global Bidik Crypto Unggulan Agustus 2025
- 27 Juli 2025
4.
Tips Aman Facial Peeling dari Dokter Kecantikan
- 27 Juli 2025