
JAKARTA - Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi industri asuransi jiwa di Indonesia dalam menatap peluang pemulihan dan pertumbuhan. Di tengah dinamika ekonomi global dan domestik yang masih penuh tantangan, pelaku industri tetap menunjukkan optimisme yang tinggi terhadap arah perkembangan bisnis asuransi jiwa. Keyakinan ini salah satunya disuarakan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), yang melihat adanya potensi pertumbuhan pendapatan premi hingga akhir tahun.
Optimisme tersebut berlandaskan pada sejumlah indikator kinerja yang menunjukkan arah positif. Salah satu penggerak utama yang menjadi andalan industri saat ini adalah performa dari produk asuransi jiwa tradisional. Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, menjelaskan bahwa produk ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 15,6% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal pertama 2025, menjadikannya sebagai penyumbang dominan terhadap pendapatan premi keseluruhan industri.
Namun demikian, Togar tidak menampik bahwa sejumlah tantangan eksternal masih perlu diantisipasi. Kondisi makro ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, baik di tingkat global maupun domestik, tetap menjadi hambatan bagi laju industri. Selain itu, daya beli masyarakat yang masih dalam tahap pemulihan serta lonjakan klaim di lini asuransi kesehatan akibat inflasi medis yang tinggi turut memberikan tekanan tersendiri.
Baca Juga
“Tantangan ini bersifat jangka pendek dan wajar terjadi sebagai bagian dari siklus bisnis. Industri asuransi jiwa memiliki ketahanan yang sudah terbukti dalam melewati berbagai krisis sebelumnya,” jelas Togar dalam keterangannya, Jumat, 25 Juli 2025.
Di balik tantangan tersebut, peluang baru juga terus bermunculan. Salah satunya datang dari meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan finansial melalui asuransi jiwa. Berdasarkan data yang dihimpun, angka literasi asuransi jiwa saat ini telah mencapai 45,45%, sementara tingkat inklusi tercatat sebesar 28,5%. Capaian ini menunjukkan tren peningkatan dalam pemahaman dan penggunaan produk asuransi jiwa oleh masyarakat.
Sejalan dengan itu, Togar menilai bahwa penguatan portofolio produk menjadi strategi utama yang harus dijalankan oleh pelaku industri untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan. Produk-produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat, adaptif terhadap regulasi, serta menawarkan nilai tambah menjadi kunci dalam menarik minat nasabah baru.
“Penyesuaian produk sesuai regulasi baru serta berlanjutnya pemulihan ekonomi diharapkan dapat menjadi faktor penguat kinerja industri asuransi jiwa di paruh kedua tahun 2025,” ungkapnya.
Meski demikian, data terkini dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat adanya kontraksi pendapatan premi asuransi jiwa sebesar 1,33% secara YoY hingga Mei 2025. Penurunan ini terjadi setelah bulan sebelumnya masih mencatat pertumbuhan positif sebesar 1,03% YoY. Meski data ini menunjukkan fluktuasi, Togar menyampaikan bahwa dinamika tersebut bersifat temporer dan tidak mencerminkan arah jangka panjang industri.
“Volatilitas jangka pendek adalah bagian dari siklus usaha di industri asuransi maupun bisnis lainnya. Oleh karena itu, penting bagi industri untuk tetap berfokus pada strategi jangka panjang,” tambahnya.
Lebih jauh, AAJI menekankan pentingnya perluasan kanal distribusi digital sebagai respons terhadap perubahan perilaku konsumen. Digitalisasi diharapkan mampu memperluas jangkauan layanan sekaligus meningkatkan efisiensi dalam proses pemasaran dan klaim. Selain itu, penguatan manajemen risiko juga menjadi sorotan penting, terutama dalam memastikan ketahanan industri terhadap potensi guncangan di masa depan.
Togar menjelaskan bahwa kolaborasi antara pelaku industri dan otoritas juga perlu terus ditingkatkan. Hal ini diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang kondusif dalam mendukung pertumbuhan industri yang sehat dan berkelanjutan. Di saat yang sama, AAJI mendorong peningkatan literasi dan penetrasi asuransi ke berbagai lapisan masyarakat melalui program edukasi yang lebih luas dan terstruktur.
“Dengan strategi yang tepat dan fokus pada peningkatan literasi, perluasan pasar, serta efisiensi operasional, kami optimistis industri asuransi jiwa dapat melewati tantangan ini dan tetap memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional,” ujarnya.
AAJI juga menyoroti pentingnya pengembangan kemitraan strategis, baik dengan institusi keuangan lain maupun dengan sektor teknologi. Kemitraan ini diyakini dapat memperluas basis konsumen serta menciptakan inovasi produk yang lebih relevan dengan kebutuhan masa kini.
Secara keseluruhan, AAJI melihat bahwa industri asuransi jiwa Indonesia sudah berada di jalur yang tepat menuju pemulihan. Dengan kombinasi antara peningkatan kesadaran masyarakat, dukungan regulasi, serta adopsi teknologi digital yang semakin masif, industri ini diharapkan mampu mencetak kinerja yang positif pada akhir tahun 2025.
“Inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan regulasi menjadi elemen penting yang akan memperkuat posisi industri asuransi jiwa. Kami percaya bahwa sektor ini akan semakin tangguh dan mampu memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat luas,” tutup Togar.
Dengan terus menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan perlindungan konsumen, asuransi jiwa di Indonesia berpotensi menjadi pilar penting dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
3.
Investor Global Bidik Crypto Unggulan Agustus 2025
- 27 Juli 2025
4.
Tips Aman Facial Peeling dari Dokter Kecantikan
- 27 Juli 2025