Panduan Waktu Aman Anak Main Gadget dari Psikolog

Panduan Waktu Aman Anak Main Gadget dari Psikolog
Panduan Waktu Aman Anak Main Gadget dari Psikolog

JAKARTA - Di tengah era digital yang terus berkembang, gadget sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, termasuk anak-anak. Dalam banyak kasus, orang tua menghadapi tantangan besar untuk mengatur waktu penggunaan gadget oleh anak-anak mereka. Kapan waktu yang tepat mengenalkan gadget? Berapa lama anak boleh menggunakan handphone dalam sehari? Pertanyaan-pertanyaan ini kerap muncul, terutama di tengah situasi di mana teknologi semakin mendominasi aktivitas sehari-hari.

Meski memberikan manfaat, penggunaan gadget oleh anak perlu diawasi secara ketat. Tanpa pendampingan dan pengaturan waktu yang tepat, paparan layar secara berlebihan dapat menimbulkan risiko bagi tumbuh kembang anak. Dalam rangka memberikan panduan bagi para orang tua, psikolog Yusdiranti Barus membagikan penjelasan mengenai batasan waktu ideal penggunaan gadget oleh anak berdasarkan tahapan usia.

Yusdiranti merupakan Ketua Himpunan Psikologi Indonesia Wilayah Papua Barat dan juga pemilik Biro Psikologi Bina Insan Papua di Sorong. Ia menyampaikan pandangannya secara terbuka saat berdialog di studio Pro 2 RRI Sorong. Penjelasannya memberikan pemahaman lebih dalam mengenai pentingnya kontrol waktu penggunaan gadget sesuai tahapan perkembangan anak.

Baca Juga

Wisata Teluk Wondama Makin Siap Sambut Turis

Batas Aman Anak Gunakan Gadget Menurut Psikolog

Yusdiranti menegaskan bahwa anak-anak dengan rentang usia tertentu memiliki kebutuhan dan kemampuan kognitif yang berbeda, sehingga perlu pendekatan yang disesuaikan ketika menggunakan perangkat digital.

Untuk anak usia 0 hingga 2 tahun, menurutnya, tidak disarankan untuk diberikan akses gadget sama sekali. Ia memperbolehkan penggunaan hanya sebatas video call dengan anggota keluarga jika benar-benar diperlukan. Namun, selain itu, menonton konten atau video tidak dianjurkan sama sekali.

“Tetapi bukan dengan menonton konten atau video-video,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa pada usia ini, anak-anak belum siap secara perkembangan otak maupun psikologis untuk menerima paparan layar. Penggunaan gadget pada fase ini justru berisiko menurunkan kemampuan interaksi sosial dan memperlambat perkembangan bahasa.

Selanjutnya, untuk anak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, Yusdiranti masih membolehkan penggunaan gadget, namun dibatasi hanya 1 jam per hari. Ia menyarankan agar waktu ini dibagi ke dalam beberapa sesi agar anak tidak terpaku terlalu lama di depan layar secara terus-menerus.

Bagi anak-anak yang sudah menginjak usia sekolah dasar, yaitu usia 6 hingga 12 tahun, batasan waktu yang disarankan sedikit lebih panjang, yakni maksimal 1,5 jam per hari. Dalam masa ini, anak sudah mulai menggunakan gadget untuk kebutuhan sekolah, namun penggunaannya di luar kegiatan akademik tetap perlu dibatasi secara konsisten.

Adapun bagi anak usia 12 sampai 18 tahun, batas maksimal waktu penggunaan gadget yang direkomendasikan adalah 2 jam per hari. Remaja di usia ini biasanya sudah memiliki aktivitas digital yang lebih luas, termasuk bermain media sosial, menonton video, hingga bermain gim. Oleh karena itu, selain batas waktu, pengawasan terhadap jenis konten yang mereka konsumsi juga sangat penting.

Lebih dari sekadar durasi waktu, Yusdiranti menekankan bahwa penggunaan gadget tidak boleh mengganggu aktivitas penting lainnya dalam keseharian anak.

“Yang penting, waktu penggunaan handphone jangan sampai mengganggu waktu belajar, istirahat, ibadah, atau quality time sama keluarga,” tutur Yusdiranti.

Dampak Jika Tidak Ada Batasan

Kecanduan layar pada anak bisa berakibat serius. Anak bisa mengalami gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, mudah marah, bahkan penurunan kemampuan komunikasi sosial. Terlalu banyak waktu dengan layar juga bisa menghambat kreativitas anak, serta membuat mereka kurang aktif secara fisik.

Oleh karena itu, pembatasan bukanlah bentuk larangan mutlak, melainkan strategi pencegahan agar anak tetap tumbuh sehat secara mental dan fisik. Anak-anak yang terbiasa dengan batasan waktu akan belajar mengelola diri, membangun disiplin, serta lebih mudah membedakan antara waktu bermain dan waktu untuk kegiatan lain yang penting.

Peran Orang Tua dalam Pendampingan Digital

Dalam era digital, peran orang tua tidak hanya sebatas memberikan izin atau larangan. Orang tua harus aktif menjadi pendamping yang hadir saat anak menggunakan gadget. Misalnya, ketika anak menonton video edukatif, orang tua bisa menemani dan mengajak diskusi tentang isi kontennya. Jika anak bermain gim, penting untuk mengetahui gim apa yang dimainkan, apakah sesuai dengan usianya, serta apakah ada unsur kekerasan atau interaksi terbuka dengan orang asing.

Pendekatan yang dilakukan bukan dengan memaksa atau melarang total, tetapi membangun kesadaran dan aturan bersama. Anak perlu tahu alasan di balik pembatasan tersebut, agar mereka lebih mudah menerima dan menerapkannya.

Membentuk Kebiasaan Sehat dari Rumah

Rutinitas yang sehat harus dibangun dari rumah. Orang tua sebaiknya menciptakan aktivitas alternatif selain gadget, seperti bermain di luar rumah, membaca buku bersama, atau melakukan kegiatan seni. Anak yang memiliki pilihan kegiatan menarik selain layar akan lebih mudah meninggalkan ketergantungan terhadap gadget.

Kebiasaan keluarga seperti makan tanpa gawai, mengatur waktu bebas layar sebelum tidur, dan membangun komunikasi aktif antara anak dan orang tua dapat menjadi fondasi kuat dalam membentuk perilaku digital yang sehat.

Apa yang disampaikan oleh psikolog Yusdiranti Barus menjadi peringatan sekaligus panduan yang relevan bagi setiap orang tua. Di tengah dunia yang serba digital, anak tetap membutuhkan bimbingan dan kontrol agar tidak terjebak dalam paparan layar yang berlebihan.

Dengan menerapkan batas waktu yang sesuai berdasarkan usia, serta melakukan pendampingan aktif, orang tua dapat membantu anak membentuk hubungan yang sehat dengan teknologi. Gadget bisa menjadi alat bantu yang berguna, selama penggunaannya dilakukan secara bijak, terarah, dan tetap mengutamakan kebutuhan perkembangan anak secara menyeluruh.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BNI Dukung Rumah Subsidi, Salurkan 25.000 Unit KPR FLPP

BNI Dukung Rumah Subsidi, Salurkan 25.000 Unit KPR FLPP

Bank Indonesia Buka Beasiswa 2025, Ini Tahapan Seleksinya

Bank Indonesia Buka Beasiswa 2025, Ini Tahapan Seleksinya

OJK dan Kemenkum Perkuat Pertukaran Data Jaminan Fidusia

OJK dan Kemenkum Perkuat Pertukaran Data Jaminan Fidusia

Investor Syariah Aktif Dongkrak Transaksi Pasar Modal Syariah

Investor Syariah Aktif Dongkrak Transaksi Pasar Modal Syariah

Harga BBM Malaysia Turun, Beban Hidup Rakyat Diringankan Pemerintah

Harga BBM Malaysia Turun, Beban Hidup Rakyat Diringankan Pemerintah