Lima Gempa Terakhir BMKG: Pohuwato Diguncang Magnitudo 6,3

Lima Gempa Terakhir BMKG: Pohuwato Diguncang Magnitudo 6,3
Lima Gempa Terakhir BMKG: Pohuwato Diguncang Magnitudo 6,3

JAKARTA - Kamis dini hari, 24 Juli 2025, kawasan Pohuwato, Gorontalo, dikejutkan oleh gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,3. Getaran yang cukup kuat ini dilaporkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan pusat gempa berada di wilayah daratan, sekitar delapan kilometer di tenggara Pohuwato.

BMKG mencatat waktu kejadian secara tepat: Kamis, 24 Juli 2025, pukul 03:50:45 WIB. Menurut data resmi, gempa tersebut berada di koordinat 0.43 Lintang Utara dan 122.02 Bujur Timur. “Gempa dirasakan Magnitudo: 6,3 pada Kamis, 24 Juli 2025 03:50:45 WIB,” tulis BMKG dalam keterangan rilisnya.

Gempa tersebut termasuk dalam daftar aktivitas seismik yang signifikan dan dirasakan selama sepekan terakhir di wilayah Indonesia. BMKG melaporkan bahwa selama periode tersebut, telah terjadi 21 kali aktivitas gempa yang terasa oleh masyarakat. Masing-masing bervariasi dalam hal kekuatan dan kedalaman, menandai tingginya dinamika tektonik di berbagai wilayah nusantara.

Baca Juga

Harga Sembako Jogja Stabil, Cabai Alami Kenaikan Wajar

Intensitas Gempa Dirasakan di Beberapa Daerah

Guncangan dari gempa Pohuwato terasa tidak hanya di lokasi pusat gempa saja, melainkan juga menjangkau sejumlah wilayah lain. Skala MMI (Modified Mercalli Intensity), yang digunakan untuk mengukur intensitas gempa berdasarkan dampaknya di permukaan, menunjukkan variasi tingkat guncangan di beberapa daerah sebagai berikut:

Pohuwato: III–IV MMI

Gorontalo: III MMI

Bulungan: III MMI

Manado: II–III MMI

Minahasa: II–III MMI

Skala III pada MMI menunjukkan bahwa guncangan dirasakan oleh beberapa orang di dalam rumah, tetapi umumnya tidak menimbulkan kerusakan berarti. Getaran mungkin menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang, serta membuat kaca jendela bergetar. Sementara itu, skala IV menunjukkan guncangan lebih terasa, bisa menyebabkan jendela berderak, dinding bergetar, dan menimbulkan kepanikan ringan.

Wilayah Pohuwato yang menjadi pusat episentrum mengalami guncangan paling kuat di antara wilayah lainnya, dengan intensitas mencapai III–IV MMI. Getaran ini cukup untuk membuat warga terbangun dan siaga, meski belum ada laporan kerusakan atau korban dari peristiwa tersebut.

Aktivitas Seismik dalam Seminggu Terakhir

Dalam laporan mingguan yang dirilis oleh BMKG, disebutkan bahwa aktivitas gempa bumi di Indonesia dalam satu minggu terakhir terbilang aktif, dengan 21 kejadian gempa yang terasa oleh masyarakat. Peristiwa-peristiwa ini tersebar di berbagai wilayah di tanah air dan melibatkan kombinasi berbagai kekuatan magnitudo serta kedalaman.

Kondisi ini menegaskan bahwa Indonesia memang termasuk dalam kawasan Cincin Api Pasifik (Ring of Fire), yang dikenal memiliki tingkat aktivitas seismik tinggi. Posisi geologis ini membuat tanah air rentan terhadap gempa bumi akibat pertemuan dan pergeseran lempeng tektonik besar dunia.

Masyarakat diimbau untuk senantiasa waspada, mengingat gempa dapat terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan. Meski teknologi pemantauan terus berkembang, namun prediksi gempa dengan akurasi waktu dan lokasi masih merupakan tantangan global. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan edukasi kebencanaan menjadi penting.

Edukasi Skala MMI dan Dampaknya

Untuk memahami lebih lanjut bagaimana gempa bumi dapat berdampak pada kehidupan sehari-hari, penting mengenali sistem pengukuran intensitas gempa seperti Skala MMI. Tidak seperti magnitudo yang mengukur energi gempa secara keseluruhan, skala MMI menunjukkan bagaimana gempa dirasakan oleh manusia serta efeknya terhadap struktur dan lingkungan sekitar.

Sebagai contoh, intensitas III MMI menandakan getaran dirasakan dalam ruangan oleh sebagian orang, tanpa kerusakan struktural. Benda ringan yang tergantung biasanya akan mulai berayun. Pada tingkat IV, guncangan mulai terasa secara luas dan bisa menyebabkan jendela berderak atau bunyi berisik dari dinding bangunan.

Dengan memahami indikator ini, masyarakat diharapkan dapat menilai sendiri tingkat risiko dan merespons dengan tepat saat gempa terjadi.

Peran Penting Pemantauan Gempa oleh BMKG

Rilis dan informasi cepat dari BMKG sangat penting dalam penanggulangan bencana geologi seperti gempa bumi. Dengan data real-time dan sistem pemantauan berbasis sensor seismograf yang tersebar di seluruh Indonesia, masyarakat dapat menerima peringatan dini serta informasi valid tentang lokasi, kekuatan, dan potensi dampak gempa.

Dalam konteks gempa Pohuwato yang terjadi pada Kamis, 24 Juli 2025 ini, respon cepat BMKG menjadi acuan utama bagi masyarakat dan pemangku kebijakan untuk mengambil langkah awal dalam penilaian risiko serta tindakan tanggap darurat, apabila diperlukan.

BMKG juga secara berkala merilis peta seismisitas dan laporan mingguan terkait frekuensi dan distribusi gempa yang terjadi di Indonesia, yang dapat diakses publik. Dengan begitu, kesadaran dan kesiapan kolektif dalam menghadapi risiko gempa bumi dapat terus ditingkatkan.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

BNI Dukung Rumah Subsidi, Salurkan 25.000 Unit KPR FLPP

BNI Dukung Rumah Subsidi, Salurkan 25.000 Unit KPR FLPP

Bank Indonesia Buka Beasiswa 2025, Ini Tahapan Seleksinya

Bank Indonesia Buka Beasiswa 2025, Ini Tahapan Seleksinya

OJK dan Kemenkum Perkuat Pertukaran Data Jaminan Fidusia

OJK dan Kemenkum Perkuat Pertukaran Data Jaminan Fidusia

Investor Syariah Aktif Dongkrak Transaksi Pasar Modal Syariah

Investor Syariah Aktif Dongkrak Transaksi Pasar Modal Syariah

Harga BBM Malaysia Turun, Beban Hidup Rakyat Diringankan Pemerintah

Harga BBM Malaysia Turun, Beban Hidup Rakyat Diringankan Pemerintah