
JAKARTA - Ketika imbal hasil (yield) obligasi korporasi mulai menunjukkan tren penurunan, banyak yang menduga minat investor akan ikut menyusut. Namun, kenyataannya tidak demikian. Di tengah kondisi pasar yang perlahan membaik dan iklim ekonomi global yang lebih stabil, investor justru tetap melirik obligasi korporasi sebagai instrumen investasi yang menjanjikan kestabilan.
Hal ini terlihat dari proyeksi yang menunjukkan bahwa penerbitan obligasi korporasi akan kembali meningkat di paruh kedua tahun ini. Dorongan utama dari proyeksi tersebut adalah besarnya nilai obligasi yang akan jatuh tempo, yaitu sekitar Rp96,43 triliun. Nilai tersebut mencerminkan tingginya kebutuhan perusahaan untuk melakukan refinancing atau mendanai pengembangan bisnis melalui penerbitan surat utang baru.
Stabilitas Global dan Suku Bunga Dorong Optimisme
Baca Juga
Di sisi lain, ketenangan geopolitik turut berperan dalam menjaga minat investor tetap tinggi, meskipun yield cenderung turun. Meredanya ketegangan seperti perang tarif membuat kekhawatiran investor ikut mereda, sehingga memberikan ruang bagi pasar obligasi untuk bernafas lebih lega.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto, menilai bahwa situasi ini justru menjadi peluang bagi para penerbit obligasi. Dalam pandangannya, penurunan yield justru memberi daya tarik tersendiri bagi korporasi untuk masuk ke pasar obligasi. Ia menyebut bahwa stabilitas yang terjadi membuat perusahaan lebih percaya diri untuk menerbitkan surat utang baru.
“Ini juga menjadi daya tarik bagi penerbit,” ungkap Ramdhan.
Pemangkasan Suku Bunga Perkuat Arah Positif Pasar
Selain faktor global, keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan turut memperkuat dorongan penerbitan obligasi. Penurunan suku bunga memberi insentif bagi korporasi karena biaya dana menjadi lebih murah, sehingga mendorong mereka untuk mencari pendanaan dari pasar modal.
Tak hanya bagi perusahaan, likuiditas yang membaik juga memberi rasa aman bagi investor. Di tengah upaya mencari portofolio yang stabil dan tahan banting, obligasi korporasi tetap menjadi pilihan menarik.
Menurut Ramdhan, tren penurunan yield tidak serta merta membuat investor menjauh. Sebaliknya, mereka merasa lebih nyaman dan yakin dengan kinerja portofolio investasi mereka, terutama ketika mengalokasikan dana ke surat utang.
Proyeksi Yield dan Stabilitas Jangka Pendek
Melihat pergerakan pasar saat ini, Ramdhan memproyeksikan bahwa yield obligasi akan terus mengalami penurunan, khususnya untuk tenor 10 tahun yang diperkirakan mendekati kisaran 6,5%. Penurunan ini tidak serta-merta diartikan negatif. Dalam kondisi pasar yang stabil, yield rendah justru mencerminkan kepercayaan dan kestabilan risiko kredit dari penerbit.
“Sejauh ini, pasar obligasi ke depan akan cenderung stabil selama kondisi global dan makroekonomi tidak mengalami gejolak signifikan,” katanya.
Faktor kestabilan ini menjadi fondasi utama bagi investor untuk tetap menempatkan dananya di surat utang korporasi. Dalam jangka menengah, tren ini bahkan bisa memperluas basis investor yang masuk ke segmen obligasi.
Penentuan Kupon Bergantung pada Kinerja Penerbit
Meski yield pasar turun, Ramdhan menekankan bahwa penawaran kupon tetap akan menyesuaikan dengan berbagai faktor, seperti durasi obligasi, rating kredit, sektor industri, dan catatan historis dari masing-masing penerbit.
“Jadi kalau memang mereka sudah mempunyai catatan baik di penerbitan utang dan bisa mengelola utang dengan baik, investor di pasar akan semakin confident terhadap portofolio tersebut,” jelasnya lebih lanjut.
Dengan kata lain, penerbit yang mampu menjaga rekam jejak dan manajemen utang dengan baik akan tetap mendapatkan kepercayaan dari investor, bahkan dalam kondisi yield yang lebih rendah.
Investor Cari Aman di Tengah Ketidakpastian
Di tengah pasar yang masih dinamis, investor semakin selektif dalam memilih instrumen investasi. Namun, obligasi korporasi yang dikelola secara profesional dan berasal dari perusahaan dengan fundamental kuat tetap menjadi incaran. Apalagi dalam situasi di mana stabilitas menjadi prioritas, bukan semata-mata imbal hasil tinggi.
Yield yang menurun tidak selalu berarti minat akan menurun pula. Justru, dalam kondisi seperti sekarang, investor cenderung mengutamakan keamanan dan kredibilitas daripada mengejar return agresif. Obligasi korporasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan performa historis baik tetap menjadi favorit, terlebih jika sektor usahanya berada dalam industri yang tahan terhadap siklus ekonomi.
Obligasi Tetap Pilihan Rasional
Kombinasi antara kondisi makro yang stabil, likuiditas pasar yang membaik, serta suku bunga acuan yang rendah menciptakan iklim kondusif bagi penerbit dan investor obligasi. Walau yield menurun, tidak berarti daya tariknya ikut pudar. Justru stabilitas tersebut menjadi pertimbangan utama bagi pelaku pasar dalam menentukan langkah investasi mereka.
Seiring jatuh temponya obligasi dalam jumlah besar, perusahaan memiliki momentum untuk kembali hadir di pasar surat utang, dan investor pun tetap terbuka menyambut, asalkan tata kelola dan kredibilitas penerbit tetap terjaga.
Dengan dasar tersebut, obligasi korporasi masih menunjukkan daya tahannya sebagai instrumen investasi pilihan yang tetap solid di tengah pergeseran tren dan ekspektasi pasar.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Penyeberangan Bali Terganggu Cuaca Ekstrem
- 29 Juli 2025
2.
3.
Bank Sumut Dukung UMKM Lewat KUR dan Pembinaan
- 29 Juli 2025
4.
BPJS Kesehatan Didorong Perkuat Peran dan Manfaat
- 29 Juli 2025
5.
Daftar BPJS Gratis, Ini Syaratnya Lengkap
- 29 Juli 2025