Apa Itu Skizofrenia Katatonik Panduan Lengkap Mengenai Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya
- Sabtu, 21 Juni 2025

JAKARTA - Apa itu skizofrenia katatonik? Skizofrenia katatonik adalah salah satu subtipe langka dari gangguan jiwa skizofrenia yang ditandai dengan gejala motorik ekstrem, baik berupa kelumpuhan (stupor) maupun aktivitas berlebihan (agitasi). Meskipun jarang, kondisi ini memerlukan perhatian medis segera karena dampaknya yang signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya.
Pengertian Skizofrenia Katatonik
Skizofrenia katatonik merupakan bentuk skizofrenia yang ditandai dengan gangguan motorik yang mencolok. Penderita dapat mengalami kondisi diam total (stupor), kekakuan tubuh (katalepsi), atau gerakan berulang tanpa tujuan (stereotipi). Meskipun gejala motorik dominan, penderita tetap sadar dan dapat merasakan lingkungan sekitarnya.
Baca Juga
Gejala Utama Skizofrenia Katatonik
Gejala skizofrenia katatonik dapat dibagi menjadi dua kategori utama:
1. Gejala Psikiatrik (Skizofrenia)
- Delusi: Keyakinan yang salah dan tidak sesuai kenyataan.
- Halusinasi: Persepsi sensorik tanpa rangsangan nyata, seperti mendengar suara yang tidak ada.
- Gangguan bicara: Kesulitan dalam berbicara atau berbicara tidak jelas.
- Perilaku tidak terkontrol: Perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial.
- Gejala negatif: Kehilangan minat, emosi datar, dan penurunan kemampuan berfungsi sehari-hari.
2. Gejala Katatonik
- Stupor: Tidak bergerak atau berbicara sama sekali.
- Katalepsi: Kekakuan tubuh yang ekstrem.
- Fleksibilitas lilin: Anggota tubuh tetap pada posisi yang ditentukan.
- Negativisme: Menolak untuk bergerak atau berbicara meskipun diminta.
- Posturing: Mempertahankan posisi tubuh yang tidak biasa.
- Grimacing: Ekspresi wajah yang tidak biasa, seperti meringis atau menyeringai.
- Echolalia: Mengulangi kata-kata orang lain.
- Echopraxia: Meniru gerakan orang lain.
- Agitasi: Perilaku gelisah dan tidak terkendali.
- Mannerism: Gerakan berlebihan yang tidak bermakna.
- Stereotipi: Gerakan berulang tanpa tujuan.
Gejala-gejala ini dapat berlangsung dari beberapa menit hingga berhari-hari dan dapat bervariasi intensitasnya.
Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab pasti skizofrenia katatonik belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor yang diduga berkontribusi meliputi:
- Genetik: Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa meningkatkan risiko.
- Ketidakseimbangan kimia otak: Gangguan pada neurotransmitter seperti dopamin dan GABA.
- Kelainan struktur otak: Perubahan pada bagian otak yang mengatur gerakan.
- Faktor lingkungan: Stres berat, trauma, atau infeksi selama masa kehamilan.
- Penyalahgunaan zat: Penggunaan alkohol atau narkoba dapat memicu atau memperburuk kondisi.
Diagnosis Skizofrenia Katatonik
Diagnosis skizofrenia katatonik melibatkan:
- Wawancara klinis: Menilai gejala psikiatrik dan motorik.
- Pemeriksaan fisik dan neurologis: Untuk menilai fungsi tubuh dan sistem saraf.
- Tes penunjang: Seperti CT scan atau MRI otak untuk mendeteksi kelainan struktural.
- Skala penilaian katatonik: Seperti Bush-Francis Catatonia Rating Scale (BFCRS) untuk menilai tingkat keparahan gejala katatonik.
Diagnosis ditegakkan jika terdapat gejala skizofrenia disertai dengan minimal tiga gejala katatonik.
Pengobatan Skizofrenia Katatonik
Pengobatan skizofrenia katatonik bertujuan untuk mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi. Pendekatan pengobatan meliputi:
1. Obat-obatan
- Benzodiazepin: Obat seperti lorazepam diberikan untuk mengurangi gejala katatonik.
- Antipsikotik: Digunakan untuk mengatasi gejala skizofrenia, namun harus hati-hati karena dapat memperburuk katatonik.
- Antidepresan dan penstabil suasana hati: Jika terdapat gejala depresi atau gangguan suasana hati.
2. Terapi Kejut Listrik (ECT)
Digunakan pada kasus yang tidak merespon obat, ECT dapat efektif dalam mengatasi gejala katatonik. Sebuah laporan kasus menunjukkan bahwa ECT berhasil mengurangi halusinasi dan meningkatkan interaksi sosial pada pasien skizofrenia katatonik yang resisten terhadap pengobatan .
3. Psikoterapi dan Rehabilitasi
Setelah gejala terkendali, terapi psikososial membantu pasien dalam beradaptasi dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi ini juga dapat membantu pasien dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Akibat Skizofrenia Katatonik
Jika skizofrenia katatonik tidak ditangani dengan tepat dan segera, berbagai komplikasi serius bisa muncul, antara lain:
- Malnutrisi dan Dehidrasi: Kelumpuhan dan stupor membuat pasien sulit makan dan minum, sehingga tubuh kekurangan nutrisi dan cairan penting.
- Pneumonia Aspirasi: Pasien dengan kesulitan menelan berisiko tersedak dan mengalami infeksi paru akibat makanan atau cairan masuk ke saluran pernapasan.
- Pembekuan Darah dan Emboli: Pasien yang tidak bergerak dalam waktu lama rentan mengalami pembekuan darah di pembuluh vena, yang bisa berakibat fatal jika pecah dan menyumbat pembuluh darah vital.
- Cedera Fisik: Agitasi atau gerakan tidak terkendali bisa menyebabkan jatuh atau cedera akibat benturan.
- Gangguan Mental Berkepanjangan: Jika gejala psikiatrik tidak terkontrol, risiko gangguan mental yang lebih parah dan penurunan fungsi kognitif meningkat.
Prognosis dan Harapan Hidup
Prognosis skizofrenia katatonik bervariasi tergantung pada kecepatan diagnosis dan efektivitas pengobatan. Banyak pasien yang berhasil mengalami perbaikan signifikan dengan pengobatan tepat, termasuk ECT dan terapi obat.
Namun, skizofrenia katatonik juga dapat menjadi kronis dan berulang, sehingga pasien memerlukan pengawasan jangka panjang dan dukungan psikososial agar tetap bisa menjalani kehidupan yang bermakna.
Dukungan Keluarga dan Lingkungan
Dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial sangat penting dalam membantu penderita skizofrenia katatonik. Keluarga perlu memahami kondisi pasien, bersabar, dan menyediakan lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang. Selain itu, edukasi mengenai gangguan ini dapat mengurangi stigma dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Pencegahan Skizofrenia Katatonik
Karena penyebab skizofrenia katatonik belum sepenuhnya diketahui, pencegahan spesifik sulit dilakukan. Namun, beberapa langkah berikut bisa membantu mengurangi risiko atau meminimalkan dampak:
- Deteksi Dini: Mengenali tanda-tanda awal gangguan psikiatrik dan katatonik serta segera mendapatkan penanganan.
- Konsultasi Psikiatri Rutin: Terutama bagi mereka dengan riwayat keluarga gangguan jiwa.
- Hindari Penyalahgunaan Zat: Mengurangi risiko pemicu episode katatonik.
- Pengelolaan Stres: Melakukan aktivitas relaksasi dan menjaga kesehatan mental.
- Perawatan Medis Teratur: Bagi penderita skizofrenia, pengobatan dan kontrol rutin sangat penting untuk mencegah kekambuhan.
Apa itu skizofrenia katatonik? Skizofrenia katatonik adalah subtipe skizofrenia yang ditandai dengan gangguan motorik ekstrem yang bisa berupa kelumpuhan hingga agitasi. Kondisi ini merupakan gangguan serius yang memerlukan diagnosis cepat dan penanganan tepat untuk mencegah komplikasi berbahaya dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Meski jarang dan kompleks, kemajuan dalam pengobatan seperti penggunaan benzodiazepin dan terapi kejut listrik telah memberikan harapan bagi penderita. Peran keluarga, lingkungan, serta dukungan psikososial menjadi kunci penting dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi.
Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan gejala-gejala yang mengarah ke skizofrenia katatonik, jangan tunda untuk mendapatkan bantuan profesional agar penanganan dapat dilakukan secepat mungkin.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
2.
Properti Mewah BSD City Terus Menarik Minat Konsumen
- 24 Juli 2025
3.
4.
Ganti Faskes BPJS via Aplikasi JKN, Mudah Lewat HP
- 24 Juli 2025
5.
UMKM Digital Tumbuh Sehat Lewat Sistem Pajak Tertib
- 24 Juli 2025