Fenomena Kecanduan Belanja Online: Dampak pada Kesehatan Mental dan Ekonomi Masyarakat

Fenomena Kecanduan Belanja Online: Dampak pada Kesehatan Mental dan Ekonomi Masyarakat
Fenomena Kecanduan Belanja Online: Dampak pada Kesehatan Mental dan Ekonomi Masyarakat

JAKARTA - Kecanduan belanja online telah menjadi fenomena yang mengkhawatirkan di tengah masyarakat modern. Dengan kemajuan teknologi digital, akses yang mudah dan cepat terhadap berbagai platform e-commerce telah mengubah pola konsumsi masyarakat secara signifikan. Hal ini menjadi topik utama dalam kuliah umum yang diadakan oleh Magister Sains Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) Malang. Kuliah umum bertajuk "Kesehatan Mental di Era Ekonomi Digital" ini menyoroti dampak psikologis dan ekonomi dari kebiasaan belanja online yang berlebihan.

Belanja Instan dan Konsumtivisme

Di era digital ini, belanja online memberikan kenyamanan yang luar biasa. Tidak perlu lagi mengunjungi toko fisik untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Cukup dengan perangkat smartphone dan koneksi internet, kita dapat membeli hampir segala sesuatu yang diinginkan. Namun, kenyamanan ini datang dengan harga yang tidak terlihat: kecanduan belanja online.

Dekan FISIP Universitas Brawijaya, Prof. Anang Sujoko, menyoroti bahwa kemudahan berbelanja online dapat memberikan dampak negatif pada psikologi individu. Terutama dengan fasilitas pembayaran yang semakin memudahkan, seperti layanan "paylater", yang memungkinkan pembelian meski tanpa uang tunai di tangan. "Hal-hal seperti itu memicu seseorang yang seharusnya tidak butuh sesuatu, tetapi karena ada iming-iming bahwa nanti membayar bisa nyicil, itu ternyata telah mengarahkan kepada perilaku-perilaku yang di luar kemampuan seseorang tersebut," ungkap Prof Anang.

Dampak Psikologis dan Finansial

Psikologi manusia rentan terhadap strategi pemasaran yang agresif dan fasilitas pembayaran yang memudahkan. Menurut Prof Anang, ini dapat memicu perubahan gaya berpikir dari yang awalnya tidak membutuhkan sesuatu menjadi merasa perlu untuk membeli hanya karena adanya penawaran menarik. Kondisi ini bisa berujung pada masalah keuangan, seperti terpaksa melakukan pinjaman online atau bahkan membuat kartu kredit yang tidak diperlukan.

Permasalahan ini tidak hanya berakhir dengan masalah finansial. Prof Anang menambahkan bahwa dampak psikologis dari kecanduan belanja online sangat signifikan. Kebiasaan membeli yang melebihi kemampuan ekonomi bisa menimbulkan perasaan cemas, stress, dan bahkan depresi ketika harus menghadapi tumpukan hutang. "Hingga kemudian terpaksa melakukan pinjaman online (pinjol) atau membuat kartu kredit, padahal itu kita gak butuh," tambahnya.

Tanggung Jawab Bersama

Mengatasi masalah kecanduan belanja online memerlukan pendekatan yang komprehensif, melibatkan berbagai pihak mulai dari individu hingga pemerintah dan pelaku bisnis digital. Pendidikan mengenai manajemen keuangan dan pemahaman akan kesehatan mental harus ditingkatkan. Pemerintah diharapkan dapat memperketat regulasi mengenai layanan pembayaran yang memicu perilaku konsumtif berlebihan.

Di tingkat individu, self-awareness atau kesadaran diri mengenai kebiasaan konsumsi adalah langkah awal yang penting. Sementara itu, para pelaku bisnis e-commerce diharapkan untuk lebih bertanggung jawab dalam menjalankan bisnisnya dengan tidak semata-mata mengejar keuntungan tanpa memperhatikan dampak sosial yang mungkin timbul.

David

David

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Pajak E Commerce Tak Berlaku untuk Usaha Mikro

Pajak E Commerce Tak Berlaku untuk Usaha Mikro

Saham Bangkit di Awal Sesi, IHSG Kembali Menguat

Saham Bangkit di Awal Sesi, IHSG Kembali Menguat

Harga Emas Antam Hari Ini Naik, Tembus Rp 1,95 Juta per Gram

Harga Emas Antam Hari Ini Naik, Tembus Rp 1,95 Juta per Gram

Kilang Pertamina Internasional Dukung Transisi Energi di Indonesia, Ini Strateginya

Kilang Pertamina Internasional Dukung Transisi Energi di Indonesia, Ini Strateginya

Capaian Stabil, Perbankan Nasional Terus Tumbuh

Capaian Stabil, Perbankan Nasional Terus Tumbuh