.jpg)
JAKARTA - Wilayah Long Apari, yang berada di ujung timur Kabupaten Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, kini menghadapi tantangan berat akibat musim kemarau berkepanjangan. Kekeringan yang terjadi di sejumlah kampung membuat distribusi logistik terhambat, terutama karena akses menuju lokasi yang sulit dijangkau. Di tengah kondisi tersebut, Wakil Bupati Mahakam Ulu, Yohanes Avun, meminta perhatian lebih terhadap penyediaan sarana transportasi darurat yang dapat menjangkau kawasan terdampak.
Dalam sebuah rapat virtual yang digelar oleh Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (TRC-PB) dan dihadiri berbagai sektor, Yohanes menekankan pentingnya mengantisipasi gangguan logistik di wilayah Long Apari dengan langkah cepat dan nyata. Ia menegaskan bahwa dukungan transportasi udara seperti helikopter menjadi sangat mendesak untuk menjangkau kampung-kampung yang terisolasi.
“Kita perlu kesiapan untuk melapor ke atas, termasuk ke provinsi, kalau kita butuh alat angkut cepat seperti helikopter. Jangan sampai barang diangkut hanya sampai Ujoh Bilang, lalu kita lagi yang repot,” tegas Yohanes.
Baca Juga
Menurut Yohanes, proses distribusi logistik yang tidak tepat sasaran akan memperpanjang penderitaan masyarakat yang terdampak. Ia menyarankan agar logistik tidak hanya dikirim hingga titik tengah saja, tetapi langsung menuju lokasi terdalam seperti Long Pahangai, Tiong Ohang, dan kampung-kampung hulu lainnya.
Kondisi geografis yang sulit dan infrastruktur jalan yang belum sepenuhnya memadai menjadi hambatan nyata dalam distribusi bantuan. Yohanes menyebut, jalur darat seperti ruas Riam 611 kerap kali terputus akibat kondisi medan, sehingga perlu alternatif distribusi yang lebih cepat dan efisien.
Masih dalam rapat yang sama, Yohanes mengungkapkan perlunya mempercepat pembangunan jalan yang telah dirintis sejak lama. Ia menyoroti ruas Long Lunuk–Tiong Ohang dan Long Lunuk–Long Pakaq yang dahulu sudah pernah dibuka dengan biaya mencapai Rp40–45 miliar. Namun hingga kini, pembangunan itu belum berlanjut secara maksimal karena masih terhambat oleh persoalan status lahan.
Sebagai solusi, ia mendorong pembangunan dilakukan secara bertahap melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Bahkan, dia mengusulkan agar pendekatan kerja sama kembali dilakukan bersama TNI, sebagaimana pernah diterapkan di wilayah perbatasan Kalimantan Utara.
“Kalau memang perlu, kita gandeng lagi TNI untuk buka jalan. Ini pernah dilakukan di Kaltara dan terbukti bisa mempercepat pembangunan,” ujar Yohanes memberi contoh.
Di sisi lain, ia juga menekankan pentingnya menetapkan status siaga darurat untuk memungkinkan pengeluaran dana tanggap darurat, seperti subsidi ongkos angkut (SOA) dan biaya tak terduga (BTT). Tanpa status resmi, pengeluaran dana dari kas daerah akan menghadapi kendala regulasi.
“Kalau tidak ditetapkan statusnya, agak sulit kita keluarkan dana. Ini perlu segera dikonsultasikan dengan bagian hukum,” katanya.
Dalam konteks efisiensi distribusi, Yohanes menyarankan agar pengiriman logistik dialihkan melalui Long Pakaq. Namun, dua jembatan darurat di jalur Long Lunuk Long Pakaq harus segera diperbaiki. Jika tidak, maka jalur tersebut pun akan menjadi hambatan baru dalam pengiriman bantuan.
Selain itu, Yohanes juga meminta agar seluruh sektor, baik dari level kabupaten hingga pusat, meningkatkan koordinasi dan mempercepat proses laporan, usulan, serta eksekusi di lapangan. Ia menegaskan, kecepatan dalam merespons menjadi hal yang sangat vital ketika masyarakat menghadapi bencana.
“Yang penting itu kecepatan respons. Kalau semua menunggu laporan baru bertindak, warga kita bisa makin terdampak. Jadi mari kita percepat semua proses ini,” tegasnya lagi.
Ia mengingatkan bahwa inisiatif pemerintah daerah tetap harus berjalan walaupun bantuan dari pemerintah pusat belum sepenuhnya turun. Menurutnya, sikap proaktif akan menentukan efektivitas dan keberhasilan upaya tanggap bencana.
Situasi kekeringan yang terjadi di Long Apari bukanlah yang pertama kali terjadi. Wilayah ini memang dikenal dengan keterbatasan akses serta kondisi geografis yang cukup ekstrem. Karena itu, pelajaran dari kejadian ini harus menjadi dasar untuk memperkuat strategi logistik dan kesiapsiagaan bencana di masa mendatang.
Dengan dukungan sarana transportasi yang memadai, perbaikan infrastruktur dasar, serta kolaborasi lintas sektor yang kuat, diharapkan proses penanganan kekeringan dan dampak musim kemarau di Mahakam Ulu, khususnya Long Apari, bisa berjalan lebih optimal. Langkah cepat dan terukur akan sangat membantu masyarakat untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan dasar mereka, meski berada di tengah keterbatasan akses.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Kolaborasi IPB NUS Dorong Transformasi Sistem Pangan
- 29 Juli 2025
3.
MIND ID Targetkan Produksi Aluminium 900 Ribu Ton
- 29 Juli 2025
4.
Danantara Siap Luncurkan Holding Investasi BUMN
- 29 Juli 2025