Harga Minyak Terjaga Setelah Ketegangan Tarif

Harga Minyak Terjaga Setelah Ketegangan Tarif
Harga Minyak Terjaga Setelah Ketegangan Tarif

JAKARTA - Kondisi pasar minyak mentah global kembali mencerminkan ketenangan setelah beberapa pekan diliputi kecemasan akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan. Kali ini, kestabilan harga minyak tidak lepas dari hasil perundingan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa yang berhasil meraih titik temu menjelang tenggat waktu pemberlakuan tarif yang sempat diancamkan Presiden AS, Donald Trump.

Kejelasan arah kebijakan dagang dari dua kawasan ekonomi besar ini memberikan sinyal positif ke pasar energi, terutama setelah pekan lalu harga minyak mengalami tekanan. Kabar tersebut datang di saat pasar tengah menanti hasil pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, serta pengaruh kebijakan produksi dari OPEC+.

Sinyal stabil ini juga menjadi momen penting di tengah bayang-bayang risiko kelebihan pasokan pada akhir tahun. Para pelaku pasar kini mencermati bagaimana dinamika geopolitik dan kebijakan multilateral mampu memengaruhi arah harga minyak dunia dalam beberapa bulan ke depan.

Baca Juga

Konferensi Energi IndoEBTKE 2025 Dukung Visi 2045

Minyak Stabil Setelah UE-AS Capai Kesepakatan Tarif

Harga minyak stabil setelah Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) menyepakati kesepakatan perdagangan menjelang batas waktu tarif Presiden Donald Trump pada 1 Agustus.

Brent berada di atas US$68/barel setelah ditutup melemah 1,1% pada Jumat, dan West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati US$65.

Blok mata uang tunggal tersebut menghadapi pungutan 15% atas sebagian besar ekspornya, meskipun Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen tampaknya berbeda pendapat mengenai beberapa detail penting dari perjanjian tersebut.

Kebijakan perdagangan Trump dan ancaman pembalasan dari negara-negara yang menjadi target telah menimbulkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi global, yang membebani minyak dan komoditas lainnya.

Keputusan OPEC+ untuk segera meningkatkan kuota produksinya juga telah menempatkan pasar pada jalur kelebihan pasokan akhir tahun ini.

Sementara itu, AS dan China diperkirakan akan memperpanjang gencatan senjata tarif mereka selama tiga bulan lagi, menurut laporan South China Morning Post, yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Para pejabat dari kedua negara dijadwalkan bertemu pada Senin untuk perundingan perdagangan.

Harga minyak:

Brent untuk pengiriman September sedikit berubah di level US$68,54/barel pada pukul 07.38 pagi waktu Singapura.

WTI untuk pengiriman September stabil di level US$65,26/barel.

Ketegangan Tarif dan Dampaknya terhadap Minyak

Kesepakatan antara AS dan Uni Eropa berhasil meredakan ketegangan yang sempat meningkat seiring dengan ancaman kebijakan proteksionis Presiden Trump. Sebelumnya, UE menghadapi kemungkinan dikenakan tarif sebesar 15% atas sebagian besar ekspornya ke AS, situasi yang menimbulkan tekanan terhadap sentimen pasar dan potensi perlambatan perdagangan internasional.

Perbedaan pandangan antara Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengenai detail kesepakatan masih menjadi catatan, tetapi pasar menyambut baik tercapainya kerangka umum kesepahaman antara kedua pihak. Hal ini dianggap mampu meredam kekhawatiran terhadap disrupsi perdagangan yang lebih luas.

Sikap agresif Trump dalam kebijakan tarifnya sebelumnya telah memberikan tekanan terhadap harga minyak dan komoditas lain karena dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Dengan membaiknya relasi dagang ini, pasar berharap kestabilan permintaan energi akan lebih terjaga.

Peran OPEC+ dan Ancaman Kelebihan Pasokan

Di sisi lain, kebijakan dari kelompok produsen minyak OPEC+ juga menjadi faktor penting dalam dinamika harga. Keputusan mereka untuk segera meningkatkan kuota produksi memunculkan kekhawatiran bahwa pasar minyak global bisa mengalami kelebihan pasokan pada akhir tahun.

Langkah OPEC+ tersebut diambil seiring dengan upaya untuk mengimbangi permintaan global yang dinilai mulai pulih. Namun, ekspektasi peningkatan pasokan ini justru mengimbangi sentimen positif dari kesepakatan dagang AS-UE dan potensi perpanjangan gencatan senjata tarif antara AS dan China.

Pasar kini menghadapi risiko dari sisi penawaran yang meningkat, sementara permintaan masih dibayangi oleh ketidakpastian ekonomi global. Dalam kondisi seperti ini, investor dan trader cenderung bersikap hati-hati dalam mengambil posisi.

Potensi Perpanjangan Gencatan Tarif AS-China

Selain hubungan dagang AS dengan Eropa, dinamika antara Washington dan Beijing juga menjadi perhatian utama pasar. Menurut laporan yang beredar, AS dan China diperkirakan akan memperpanjang gencatan senjata tarif mereka selama tiga bulan lagi. Jika terealisasi, langkah ini dapat membantu menenangkan pasar lebih lanjut.

Pertemuan pejabat dari kedua negara dijadwalkan berlangsung pada hari Senin, yang menjadi momentum krusial dalam kelanjutan negosiasi dagang dua negara raksasa ekonomi ini. Hasil dari pertemuan tersebut akan menjadi tolok ukur bagi pelaku pasar energi dalam memproyeksikan permintaan jangka menengah.

Gencatan senjata dagang AS-China sebelumnya telah memberikan waktu bagi kedua belah pihak untuk menuntaskan sejumlah isu struktural dalam perdagangan bilateral. Perpanjangan periode ini diharapkan bisa memperkecil kemungkinan kembalinya ketegangan yang bisa berimbas pada pasar minyak.

Stabilitas Harga Minyak: Sementara atau Berkelanjutan?

Saat ini, harga minyak Brent dan WTI menunjukkan stabilitas yang relatif, dengan Brent bertahan di atas US$68 dan WTI sekitar US$65 per barel. Meski demikian, para pelaku pasar tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik dan kebijakan ekonomi global.

Kestabilan harga yang terlihat masih bersifat sementara, tergantung pada konsistensi kebijakan produsen minyak utama, hasil perundingan dagang besar, serta ketahanan permintaan global. Kombinasi dari faktor-faktor ini akan menentukan apakah harga minyak dapat terus bertahan, meningkat, atau kembali turun dalam beberapa pekan mendatang.

Secara teknikal, harga Brent dan WTI berada pada level yang cukup tangguh, namun ketakutan akan jebakan harga di kisaran US$70 serta kekhawatiran surplus tetap menjadi ancaman.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Olahraga 20 Menit Favorit Generasi Sehat Masa Kini

Olahraga 20 Menit Favorit Generasi Sehat Masa Kini

Jadwal Voli Internasional Agustus 2025: Siaran Langsung Lengkap

Jadwal Voli Internasional Agustus 2025: Siaran Langsung Lengkap

Pedro Fernandez, Harapan Baru Barcelona dari La Masia

Pedro Fernandez, Harapan Baru Barcelona dari La Masia

Liverpool Tantang Marinos, Walsh Siap Unjuk Gigi

Liverpool Tantang Marinos, Walsh Siap Unjuk Gigi

Manchester United Fokus Jaga Mainoo dari Tottenham

Manchester United Fokus Jaga Mainoo dari Tottenham