
JAKARTA - Penguatan sistem keuangan nasional tidak hanya ditopang oleh kebijakan moneter dan fiskal, tetapi juga strategi adaptif yang dijalankan oleh otoritas terhadap tantangan global. Salah satu langkah konkret adalah pemanfaatan Local Currency Transaction (LCT), yang kini semakin menjadi tulang punggung dalam memperkuat stabilitas ekonomi Indonesia.
Hingga pertengahan tahun 2025, Bank Indonesia mencatat bahwa nilai transaksi LCT telah mencapai USD 11,7 miliar atau sekitar Rp 191,04 triliun (menggunakan kurs Rp 16.328 per dolar AS). Nilai ini menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan dibandingkan Semester I 2024 lalu, yang hanya mencatatkan angka USD 4,07 miliar atau Rp 66,48 triliun.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menyampaikan bahwa tidak hanya nilai transaksi yang mengalami lonjakan, tetapi jumlah nasabah yang terlibat dalam sistem LCT juga menunjukkan peningkatan yang besar.
Baca Juga
“Bukan hanya nilai transaksinya, tetapi rata-rata jumlah nasabah LCT juga tumbuh signifikan, atau meningkat sekitar 45 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” jelas Denny.
Fenomena ini tidak lepas dari serangkaian strategi intensif yang dilakukan Bank Indonesia bersama otoritas terkait dalam memperluas partisipasi LCT. Salah satu pendekatan utamanya adalah dengan menambah jumlah negara mitra serta memperluas skema transaksi yang bisa dilakukan dengan menggunakan mata uang lokal masing-masing negara.
Langkah konkret dalam memperluas mitra kerja sama telah dilakukan. Pada September 2024, Korea Selatan secara resmi bergabung sebagai negara mitra dalam sistem LCT Indonesia. Kemudian disusul oleh Uni Emirat Arab (UEA) yang mulai aktif pada Januari 2025. Keberadaan dua negara mitra baru ini menambah cakupan kerja sama lintas negara yang sebelumnya telah dilakukan bersama Malaysia dan Thailand.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, menyebut bahwa keberhasilan perluasan LCT tidak hanya memberikan manfaat jangka pendek berupa efisiensi transaksi, tetapi juga memiliki dampak makro yang mendalam terhadap ekonomi nasional.
“Perluasan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas negara diharapkan dapat semakin berkontribusi nyata terhadap penguatan stabilitas makroekonomi nasional, sekaligus memitigasi risiko volatilitas nilai tukar yang bersumber dari dinamika global,” tuturnya.
Pemanfaatan mata uang lokal dalam transaksi internasional juga menjadi bentuk mitigasi risiko terhadap ketergantungan pada dolar AS. Dengan begitu, Indonesia memiliki lebih banyak ruang gerak dalam menjaga stabilitas kurs rupiah, terutama ketika terjadi gejolak keuangan global.
Selain memperluas mitra, penguatan transaksi LCT juga mencakup implementasi untuk mendukung investasi portofolio. Misalnya, dengan Malaysia dan Thailand, transaksi portofolio mulai diimplementasikan sejak Maret 2025. Tidak hanya itu, Indonesia juga memperkuat kerja sama dengan Tiongkok melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait penguatan sistem LCT antara kedua negara.
Di balik lonjakan capaian ini, terdapat peran penting dari Satuan Tugas Nasional (Satgasnas) LCT. Satgas ini berkomitmen dalam mendorong peningkatan penggunaan mata uang lokal pada transaksi lintas negara guna memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Komitmen tersebut tercermin dalam berbagai kegiatan strategis yang dilakukan oleh Satgasnas. Salah satunya adalah Pertemuan Komite Kerja Tingkat Deputi Satgasnas LCT yang digelar di Bank Indonesia. Pertemuan ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk memperkuat sinergi dan membahas arah strategis implementasi LCT ke depan.
Dalam pertemuan itu, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Ferry Irawan, menekankan pentingnya peran LCT sebagai penyangga stabilitas ekonomi nasional, terutama dalam situasi global yang penuh ketidakpastian.
Langkah Satgasnas tidak hanya sebatas kebijakan makro, tetapi juga menyentuh langsung para pelaku usaha ekspor-impor. Melalui pendekatan sosialisasi yang terintegrasi, terarah, dan menyasar kelompok strategis, Satgasnas memastikan bahwa manfaat dan mekanisme LCT bisa dipahami serta dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia usaha.
Satgasnas juga turut menyesuaikan kebijakan insentif dan mendukung kemudahan dalam prosedur transaksi, agar semakin banyak pelaku usaha yang terdorong untuk menggunakan mata uang lokal dalam kegiatan ekspor-impor mereka. Dengan demikian, ekosistem perdagangan berbasis mata uang lokal bisa tumbuh secara inklusif dan berkelanjutan.
Peningkatan transaksi LCT ini menegaskan bahwa strategi yang dijalankan otoritas moneter berada pada jalur yang tepat. Sistem ini tidak hanya menjadi alternatif praktis dalam transaksi lintas negara, tetapi juga menjadi pondasi dalam memperkuat ketahanan ekonomi dari ancaman eksternal.
Melihat keberhasilan ini, Indonesia optimis untuk memperluas kerja sama LCT dengan lebih banyak negara di masa mendatang. Harapannya, penggunaan LCT tidak hanya menjadi instrumen pelengkap, melainkan bagian utama dalam perdagangan internasional dan pengelolaan ekonomi makro Indonesia ke depan.
Dengan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk Bank Indonesia, pemerintah, serta dunia usaha, LCT akan semakin berkontribusi dalam mendorong stabilitas keuangan, mendukung integrasi ekonomi kawasan, dan memperkuat posisi Indonesia dalam arsitektur keuangan global yang terus berubah.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Cek Tarif Listrik 2025 Lengkap per Golongan
- 26 Juli 2025
3.
4.
Empat Tambang Nikel RI Masuk Daftar Dunia
- 26 Juli 2025
5.
Intip Rumah Murah Majalengka Rp 160 Jutaan
- 26 Juli 2025