Nikel Jadi Prioritas Hilirisasi Nasional Dongkrak Investasi Triliunan Rupiah
- Selasa, 22 Juli 2025

JAKARTA - Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan membutuhkan strategi jangka panjang yang bertumpu pada sektor-sektor strategis. Pemerintah Indonesia kini menaruh perhatian serius terhadap program hilirisasi, menjadikannya sebagai pilar utama dalam transformasi industri. Dari berbagai komoditas, nikel muncul sebagai tulang punggung utama dalam roadmap hilirisasi yang dirancang untuk periode 2025–2029.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM telah menetapkan target ambisius, yaitu investasi sebesar Rp3.839 triliun untuk hilirisasi, dengan porsi terbesar berasal dari sektor nikel. Strategi ini bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, tetapi juga untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, sekaligus menciptakan struktur ekonomi yang lebih kuat dan mandiri.
Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Rizwan Aryadi Ramdhan, dalam gelaran Indonesia Smart Mining Conference 2025 di Jakarta, menyampaikan bahwa hilirisasi menjadi elemen kunci dalam pemerintahan Presiden Prabowo lima tahun ke depan.
Baca Juga
“Transformasi ekonomi harus bertumpu pada hilirisasi dan nikel menjadi kunci utama karena Indonesia memegang 42% cadangan nikel dunia,” ujarnya dalam forum yang berlangsung di Shangri-La Hotel.
Dalam paparannya, Rizwan menjelaskan bahwa pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 8% per tahun. Untuk mencapainya, dibutuhkan investasi total dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) hingga Rp13.032,8 triliun selama periode 2025–2029. Dari angka tersebut, Rp3.839 triliun dialokasikan khusus untuk sektor hilirisasi. Nikel menjadi kontributor terbesar, menyumbang Rp365 triliun, mengungguli komoditas lainnya seperti tembaga, minyak bumi, gas, dan bauksit.
Kinerja hilirisasi pada tahun sebelumnya memberikan sinyal positif. Pada 2024, realisasi investasi di sektor hilirisasi tercatat mencapai Rp407,8 triliun, sebagian besar berasal dari sektor mineral, terutama nikel. Peran strategis nikel semakin kuat karena menyokong tumbuhnya industri kendaraan listrik (EV) nasional yang menjadi prioritas dalam peta jalan transisi energi.
Meskipun roadmap hilirisasi nasional mencakup 28 komoditas dalam delapan sektor prioritas, pemerintah mempersempit fokusnya ke 15 komoditas strategis yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Di antara semua itu, nikel diposisikan sebagai yang teratas karena kesiapan dari sisi cadangan, infrastruktur hilir, serta tingginya permintaan global.
Komoditas lain yang juga menjadi bagian dari fokus strategis pemerintah meliputi tembaga, migas, bauksit, timah, besi baja, pasir silika, serta produk kelautan dan perikanan seperti udang dan ikan tilapia. Namun, keberadaan nikel dinilai paling siap menopang target-target besar pemerintah karena rantai pasoknya sudah terbentuk, dan sejumlah proyek besar seperti pembangunan smelter dan pabrik baterai telah berjalan.
Rencana hilirisasi yang dikembangkan sejak 2022 memproyeksikan potensi investasi mencapai US$618 miliar hingga 2040. Tak hanya itu, pemerintah juga memperkirakan bahwa kontribusi hilirisasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) bisa menembus angka US$235,9 miliar. Selain aspek ekonomi makro, program ini diproyeksikan membuka lebih dari 3 juta lapangan kerja baru dan mendorong ekspor nasional mencapai angka US$857,9 miliar.
Pemerintah menyadari bahwa kekuatan Indonesia terletak pada sumber daya alamnya. Namun, keunggulan tersebut harus dimaksimalkan melalui proses hilirisasi agar tidak hanya mengandalkan ekspor bahan mentah yang nilainya rendah. Transformasi yang sedang dijalankan melalui hilirisasi bertujuan untuk menggeser struktur ekonomi nasional menjadi berbasis manufaktur dan teknologi.
Investasi besar-besaran dalam sektor nikel juga berkaitan erat dengan agenda global terkait energi bersih dan netralitas karbon. Sebagai komponen utama dalam baterai kendaraan listrik, nikel memainkan peran penting dalam mendukung transisi menuju energi hijau. Pemerintah melihat hal ini sebagai peluang emas untuk memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok industri kendaraan listrik dunia.
Lebih jauh, kehadiran industri nikel yang terintegrasi dari hulu ke hilir diproyeksikan menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang luas, termasuk dalam pengembangan kawasan industri berbasis mineral, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil nikel. Hal ini menciptakan efek berganda (multiplier effect) terhadap pertumbuhan UMKM, penyerapan tenaga kerja, dan pembangunan infrastruktur pendukung.
Di tengah dinamika pasar global yang terus berubah, strategi hilirisasi berbasis nikel yang dijalankan pemerintah menjadi bentuk respons yang adaptif dan progresif. Dengan menetapkan target yang realistis dan dukungan kebijakan yang kuat, pemerintah berharap program ini akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Langkah pemerintah dalam menempatkan nikel sebagai komoditas andalan di era hilirisasi merupakan upaya menyeluruh untuk memastikan bahwa potensi kekayaan alam Indonesia dapat dikonversi menjadi kekuatan ekonomi yang konkret. Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, hilirisasi nikel diyakini mampu membawa Indonesia ke level industri baru yang lebih maju.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.