
JAKARTA - Makanan berbasis mie memang bukan hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Dari mie ayam hingga bakmi goreng, kuliner ini sangat akrab dalam keseharian. Namun, ada satu jenis mie yang berhasil mencuri perhatian masyarakat luas dalam dua dekade terakhir: ramen. Bukan hanya dikenal karena kelezatannya, ramen juga berhasil membangun citra sebagai kuliner internasional yang kini semakin mudah ditemukan di berbagai penjuru Indonesia.
Popularitas ramen sebagai makanan Jepang yang kini banyak dijumpai di Indonesia bukanlah terjadi secara instan. Kehadirannya telah melalui proses panjang, mulai dari dikenalnya hanya di kalangan terbatas hingga kini merambah lapisan masyarakat yang lebih luas. Meskipun bukan makanan asli Indonesia, kehadiran ramen diterima dengan sangat baik oleh masyarakat, bahkan menjadi salah satu menu wajib di banyak restoran Jepang maupun lokal.
Dikenal berasal dari Jepang, ramen adalah hidangan berbahan dasar mie dengan kuah kaldu yang kaya rasa. Ramen bukan sekadar mie kuah biasa, melainkan simbol dari perpaduan budaya dan tradisi kuliner Jepang yang khas. Di negara asalnya, ramen bahkan memiliki beragam jenis, tergantung dari daerah asal dan gaya memasak yang digunakan, seperti Tonkotsu dari Fukuoka yang berbasis kaldu tulang babi, hingga Shoyu dari Tokyo yang menggunakan kecap asin sebagai bahan utama kuahnya.
Baca Juga
Masuknya ramen ke Indonesia dimulai pada tahun 1970. Saat itu, keberadaan restoran Jepang masih terbatas di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Ramen dikenal hanya oleh kalangan tertentu, seperti ekspatriat Jepang atau warga lokal yang memiliki hubungan erat dengan budaya Jepang. Maka tak heran, pada masa itu ramen dianggap sebagai hidangan yang cukup eksklusif dan belum menjangkau masyarakat luas.
Namun, seiring berkembangnya zaman dan meningkatnya hubungan antara Indonesia dan Jepang, baik dari segi ekonomi maupun budaya, restoran Jepang pun mulai menjamur. Kota Bandung, misalnya, turut menjadi salah satu kota yang mengalami peningkatan pesat dalam jumlah restoran Jepang. Ramen, sebagai salah satu menu andalan dari Jepang, ikut menyebar ke berbagai wilayah dan mulai diterima oleh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan.
Uniknya, meskipun ramen merupakan kuliner otentik Jepang, saat masuk ke Indonesia, ia mengalami berbagai penyesuaian, terutama dalam hal rasa. Penyesuaian ini dilakukan bukan untuk mengubah identitas asli ramen, tetapi lebih untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia yang memiliki preferensi cita rasa tersendiri. Banyak restoran yang akhirnya menambahkan unsur lokal pada kuah, topping, bahkan cara penyajiannya.
Adaptasi rasa lokal ini menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa restoran misalnya menghadirkan ramen dengan kuah rasa pedas khas sambal Indonesia, atau menggunakan topping seperti ayam goreng tepung, telur balado, hingga bakso. Tak sedikit pula yang membuat ramen halal, dengan mengganti bahan-bahan seperti kaldu babi dengan kaldu ayam atau sapi, agar dapat dinikmati lebih luas oleh masyarakat Muslim di Indonesia.
Rasa otentik berpadu dengan kreativitas lokal ini menjadikan ramen sebagai hidangan lintas budaya yang memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Berbagai variasi kuah seperti miso, kari, dan bahkan tom yum ala Thailand juga diadopsi, menciptakan perpaduan rasa Asia yang semakin kaya. Konsumen tidak hanya datang untuk menikmati makanan, tetapi juga untuk merasakan pengalaman kuliner yang berbeda dari biasanya.
Hingga kini, ramen telah menjelma menjadi salah satu kuliner favorit masyarakat Indonesia. Tidak hanya dijajakan di restoran-restoran Jepang kelas atas, ramen juga banyak dijual di gerai-gerai kecil, kedai kaki lima, hingga menjadi menu instan favorit yang tersedia di minimarket. Popularitasnya yang tinggi menjadikannya sebagai bagian dari kuliner global yang berhasil membaur dengan baik di tengah ragam makanan khas Indonesia.
Kelebihan ramen sebagai hidangan terletak pada fleksibilitas bahan dan inovasi penyajiannya. Bagi para pencinta makanan, ramen memberikan ruang eksplorasi rasa yang luas. Seseorang bisa memilih ramen berkuah kental, atau yang lebih ringan. Bisa memilih mie yang tebal dan kenyal, atau justru mie yang tipis dan halus. Topping-nya pun beragam, dari sayuran, daging, telur, hingga seafood.
Fenomena ini menunjukkan bahwa ramen lebih dari sekadar makanan. Ia merupakan contoh nyata bagaimana makanan dari satu budaya bisa diterima dengan sangat baik oleh masyarakat dari budaya lain. Dengan tetap menghormati cita rasa aslinya, namun tidak ragu untuk menggabungkan elemen-elemen lokal, ramen menunjukkan bahwa kuliner bisa menjadi jembatan budaya yang efektif.
Kini, ketika seseorang menyebut "makan ramen", yang terbayang bukan hanya rasa Jepang yang kuat, tetapi juga ragam kreativitas yang ditampilkan para koki Indonesia dalam menyajikannya. Ramen menjadi bukti bahwa di tengah globalisasi, budaya lokal tidak harus tersisih, melainkan bisa berdampingan dan menciptakan sesuatu yang baru dan menarik.
Dengan semua kelebihan dan daya tarik yang dimilikinya, tak heran bila ramen terus menjadi favorit lintas generasi. Bukan hanya karena rasa, tetapi juga karena kemampuannya beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya. Ramen memang bukan makanan asli Indonesia, tapi kehadirannya telah menjadi bagian dari kekayaan kuliner nusantara.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Ramen, Kuliner Jepang yang Kini Populer di Indonesia
- 22 Juli 2025
2.
Promo Diskon Camilan di Indomaret Hari Ini
- 22 Juli 2025
3.
4.
Bryan Mbeumo Resmi ke Manchester United
- 22 Juli 2025