
JAKARTA - Indonesia terus berupaya mengembangkan hubungan perdagangan dengan Uganda, khususnya melalui peningkatan ekspor sejumlah komoditas strategis. Pemerintah menilai potensi kerja sama kedua negara cukup besar, meski saat ini neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit. Dengan dorongan kuat dari sektor UMKM, Indonesia menargetkan peningkatan ekspor yang berkelanjutan dan menjangkau pasar global.
Komitmen Memperkuat Hubungan Perdagangan
Wakil Menteri Perdagangan RI, Dyah Roro Esti Widya Astuti, menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen memperkuat ekspor ke Uganda. Beberapa produk unggulan yang selama ini menjadi komoditas ekspor, seperti minyak nabati, stainless steel, dan kaca, menjadi fokus utama dalam memperdalam pasar di negara tersebut. Hal ini disampaikan dalam forum bisnis Uganda-Indonesia di Jakarta, sebagai bagian dari upaya mempererat hubungan ekonomi kedua negara.
Baca JugaGenerasi Muda Didorong Aktif Jaga Energi Nasional Berkelanjutan
"Kalau dari kita, ada stainless steel, vegetable oil, sama kaca, itu juga merupakan beberapa komoditas yang selama ini kita ekspor ke sana," ujar Wamendag Dyah Roro.
Neraca Perdagangan dan Tantangan Defisit
Pada kuartal pertama 2025, neraca perdagangan antara Indonesia dan Uganda menunjukkan defisit bagi Indonesia. Nilai impor dari Uganda mencapai 44,3 juta dolar AS, setara dengan Rp720,2 miliar, sementara ekspor Indonesia ke Uganda hanya sebesar 8,4 juta dolar AS atau Rp136 miliar. Produk utama yang diimpor Indonesia dari Uganda adalah kokoa dan tan kulit domba.
Kondisi ini dianggap sebagai tantangan, sekaligus peluang bagi Indonesia untuk memperluas dan mengoptimalkan potensi ekspor ke Uganda. Melihat situasi tersebut sebagai kesempatan, pemerintah mendorong kajian lebih mendalam terkait potensi produk-produk yang bisa didorong ekspornya ke pasar Uganda.
Peluang dan Strategi Pengembangan Ekspor
Wamendag Dyah Roro menyampaikan bahwa upaya memajukan ekspor tidak hanya bertumpu pada perusahaan besar, tetapi juga pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM dinilai memiliki peran penting dalam memperkuat dan memperluas basis ekspor Indonesia.
"Ini menjadi tantangan tentunya, namun kalau kita melihatnya, oportunitas. Jadi oportunitas untuk kita mengetahui lebih dalam lagi potensi yang kita miliki untuk kita ekspor itu apa saja," jelasnya.
Menurutnya, UMKM saat ini sudah berkontribusi sebesar 15,7 persen dari total ekspor Indonesia. Dengan dukungan yang tepat, UMKM dapat semakin berkembang dan ikut mendongkrak target kenaikan ekspor nasional sebesar 9 persen dalam lima tahun mendatang.
Mendorong UMKM Go Global
Salah satu fokus utama Kementerian Perdagangan adalah meningkatkan akses pasar UMKM ke pasar internasional. Pemerintah berupaya memberikan dukungan berupa fasilitasi dan pelatihan agar UMKM tidak hanya bertahan di pasar domestik, tetapi mampu menembus pasar global.
"Jadi, sekarang bagaimana kita bisa semakin mendorong agar UMKM kita itu bisa mendunia. Ini merupakan salah satu target utama kita di Kementerian Perdagangan, bagaimana UMKM kita itu bisa go global," tegas Wamendag Dyah Roro.
Keterlibatan UMKM dalam rantai ekspor diyakini akan membawa dampak positif bagi perekonomian nasional. Selain itu, diversifikasi produk ekspor akan memperkuat daya saing Indonesia di pasar internasional.
Komoditas Andalan Ekspor Indonesia ke Uganda
Minyak nabati menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia yang sudah lama diperdagangkan ke Uganda. Produk ini diminati karena kualitasnya yang kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan pasar Uganda. Selain itu, stainless steel dan kaca juga menjadi produk ekspor yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan industri di Uganda.
Penguatan ekspor produk-produk tersebut diharapkan bisa memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan devisa negara sekaligus membantu Uganda memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Potensi Kerja Sama Ekonomi yang Lebih Luas
Selain ekspor barang, forum bisnis Indonesia-Uganda juga membuka peluang kerja sama yang lebih luas, seperti investasi dan transfer teknologi. Pemerintah melihat peluang untuk mendorong pelaku usaha Indonesia menjalin kemitraan dengan mitra lokal di Uganda, sehingga tidak hanya menjadi pengekspor barang, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan ekonomi Uganda.
Hal ini sesuai dengan semangat kerja sama bilateral yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Fokus Pada Ekonomi Berkelanjutan
Dalam mengembangkan ekspor ke Uganda, pemerintah juga menekankan pentingnya keberlanjutan. Produk-produk ekspor diupayakan memenuhi standar kualitas dan ramah lingkungan, sehingga mendukung tren global yang semakin mengutamakan aspek keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
Kementerian Perdagangan terus mengawal proses ini agar ekspor Indonesia tidak hanya tumbuh dari sisi kuantitas, tetapi juga kualitas dan keberlanjutan.
Indonesia melalui Kementerian Perdagangan menaruh perhatian besar pada penguatan ekspor ke Uganda, khususnya pada komoditas minyak nabati, stainless steel, dan kaca. Meskipun saat ini neraca perdagangan mengalami defisit, pemerintah optimis dengan mendorong peran UMKM dan memanfaatkan peluang pasar yang ada, ekspor Indonesia ke Uganda dapat meningkat signifikan.
Upaya kolaboratif antara pemerintah, pelaku usaha besar, dan UMKM diharapkan menjadi motor penggerak utama dalam mencapai target ekspor nasional yang ambisius. Di sisi lain, kerja sama bilateral yang berkelanjutan juga membuka peluang bagi Indonesia untuk lebih memperluas jaringan perdagangan dan investasi di Afrika Timur.
Dengan strategi yang tepat dan komitmen penuh, masa depan perdagangan Indonesia dengan Uganda diyakini semakin cerah, memberikan manfaat ekonomi yang besar bagi kedua negara.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Properti BSD City Kembali Diminati
- 24 Juli 2025
2.
Infrastruktur Melesat Berkat Pengadaan Lahan
- 24 Juli 2025
3.
4.
5.
Harga Bekas Xiaomi YU7 Lebih Mahal dari Baru
- 24 Juli 2025