Bank Indonesia Jawa Tengah Bersinergi Kendalikan Inflasi Selama Ramadan 2025
JAKARTA - Menjelang Ramadan dan Lebaran 2025, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jawa Tengah mengintensifkan upaya pengendalian inflasi melalui berbagai strategi sinergis. Dengan risiko peningkatan tekanan inflasi yang tinggi pada momen tersebut, upaya pengendalian dianggap vital untuk menjaga stabilitas ekonomi regional.
Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menyatakan bahwa terdapat beberapa komoditas utama yang menjadi perhatian utama dalam pengendalian inflasi ini, yaitu bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Faktor utama yang mendasari inflasi pada komoditas tersebut adalah masalah pasokan dan distribusi.
"Inflasi yang berada pada rentang sasaran yaitu 2,5±1%, sangat penting untuk dipertahankan. Oleh karena itu, kami bersama Forum TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) Jawa Tengah berkomitmen untuk terus berkoordinasi dan bekerja sama dalam pelaksanaan berbagai program pengendalian inflasi.
Memasuki Ramadan, data inflasi terbaru menunjukkan bahwa Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,78% (month-to-month), lebih dalam daripada tingkat deflasi nasional yang mencapai 0,48% (month-to-month). Dalam basis tahunan, Jawa Tengah mencatat deflasi 0,08% (year-on-year), sedikit lebih tinggi dari rata-rata nasional.
"Seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah menunjukkan tren deflasi, dengan Kabupaten Wonogiri menjadi yang paling menonjol, mencatat deflasi sebesar 1,36% (month-to-month)," tambah Rahmat.
Beberapa faktor yang mendukung penurunan inflasi di Jawa Tengah antara lain kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga yang mengalami penurunan harga sebesar -0,74% (month-to-month), salah satunya berkat diskon 50 persen yang diberikan oleh PLN kepada pelanggan rumah tangga hingga Februari 2025.
Selain itu, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga memberikan kontribusi terhadap deflasi, dengan penurunan sebesar -0,19% (month-to-month). Pemasokan cabai merah yang kembali normal dan didukung oleh cuaca kondusif menjadi salah satu faktor penting yang turut menekan inflasi dari kelompok tersebut.
"Panen bawang merah di daerah sentra seperti Brebes dan Demak turut membantu menekan harga. Pada saat yang sama, pasokan daging ayam dan telur ayam yang mencukupi serta permintaan yang telah normal juga berdampak pada penurunan harga komoditas tersebut," jelas Rahmat.
Namun demikian, inflasi masih terpantau di kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, terutama didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan. Faktor utama kenaikan harga emas ini adalah peningkatan harga emas dunia akibat ketidakpastian global.
"Kenaikan harga emas global dipicu oleh meningkatnya permintaan investor terhadap aset safe haven, seiring dengan tensi geopolitik di Timur Tengah dan ekspektasi relaksasi kebijakan moneter di sejumlah negara," ungkap Rahmat.
Selain tekanan harga emas, kenaikan tarif air minum PAM juga tercatat di daerah seperti Cilacap dan Purwokerto. Pada awal tahun ini, penyesuaian harga bensin non-subsidi oleh PT Pertamina turut mempengaruhi inflasi. Penyesuaian ini disebabkan kenaikan harga crude oil yang dipicu oleh cuaca ekstrem di negara-negara produsen yang mengganggu produksi dan distribusi minyak.
"Segala upaya pengendalian yang kami lakukan bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat, khususnya selama Ramadan dan Lebaran. Kami berharap harga pangan dan energi tetap stabil agar tidak memberatkan masyarakat," tutup Rahmat.
Kondisi ekonomi yang menantang selama periode ini memerlukan sinergi dan pengawasan ketat guna menghindari lonjakan inflasi yang dapat menghambat pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Kerja sama antara pemerintah, BI, dan berbagai pihak terkait dinilai krusial untuk mengamankan kestabilan harga dan kesejahteraan masyarakat.
Rekomendasi
