
JAKARTA - Pemerintah akan memulai program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk peserta didik mulai Senin, 4 Agustus 2025. Pelaksanaan perdana dilakukan di 12 sekolah yang tersebar di beberapa wilayah, bertepatan dengan awal tahun ajaran baru. Program ini menjadi langkah strategis pemerintah dalam mewujudkan generasi sehat dan produktif sejak usia sekolah.
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi, menyampaikan bahwa program CKG menyasar peserta didik di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
“Program ini akan dilaksanakan untuk tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas,” ujar Maria dalam konferensi pers daring pada Kamis, 31 Juli 2025.
Baca Juga
Secara keseluruhan, cakupan program sangat luas. Pemerintah menargetkan 53,8 juta anak di 282.317 satuan pendidikan di seluruh Indonesia sebagai penerima manfaat program ini. Dari jumlah tersebut, terdapat 28 juta peserta didik dari 176.550 SD, sekitar 13 juta siswa dari 63.000 SMP, serta 12 juta siswa dari 39.811 SMA.
“Pada tingkat SMA itu ada tiga puluh sembilan ribu delapan ratus sebelas dengan peserta didik dua belas juta,” jelas Maria.
Tak hanya sekolah umum, CKG juga menyasar siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dan sekolah rakyat. Untuk SLB, pemerintah menargetkan 161 ribu anak dari 2.389 sekolah, dan 9.755 peserta didik di 100 sekolah rakyat juga akan menerima layanan pemeriksaan kesehatan ini.
Program yang digagas sebagai salah satu program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini menempatkan kesehatan anak sebagai fokus utama. Melalui pemeriksaan menyeluruh, pemerintah berharap dapat mendeteksi potensi gangguan kesehatan sejak dini dan memberikan intervensi yang tepat waktu.
Jenis pemeriksaan yang dilakukan bervariasi sesuai jenjang pendidikan. Untuk siswa SD, akan dilakukan 13 jenis pemeriksaan, mencakup antara lain:
Pemeriksaan gigi
Deteksi perilaku berisiko
Aktivitas fisik
Tekanan darah
Gula darah
Tuberkulosis
Pemeriksaan telinga dan mata
Kesehatan jiwa
Hepatitis
Kesehatan reproduksi
Riwayat imunisasi
Sementara untuk siswa SMP, terdapat 15 jenis pemeriksaan, dan siswa SMA akan menjalani 14 jenis pemeriksaan. Salah satu pemeriksaan tambahan yang dilakukan pada jenjang SMP dan SMA adalah deteksi talasemia, yakni kelainan darah yang dapat bersifat genetik dan memerlukan pemantauan jangka panjang.
Persiapan pelaksanaan program ini telah dilakukan sejak sepekan lalu. Sekolah-sekolah telah membagikan kuesioner kepada siswa dan orang tua untuk mengumpulkan data awal kondisi kesehatan peserta didik. Selain itu, sekolah juga telah menjalin koordinasi dengan puskesmas di wilayah masing-masing.
“Pelaksanaannya nanti hari apa, kemudian juga kebutuhannya apa. Itu diidentifikasi terlebih dulu antara puskesmas dengan sekolah,” jelas Maria.
Pemeriksaan akan dilakukan di lingkungan sekolah dengan pengaturan sesuai jenjang dan usia siswa. Untuk siswa kelas 1 sampai 3 SD, pemeriksaan akan dilakukan di dua ruangan berbeda. Ruang pertama akan digunakan untuk mengecek gigi, tekanan darah, berat dan tinggi badan. Sedangkan ruang kedua digunakan untuk pemeriksaan telinga dan mata.
Bagi siswa kelas 4 hingga 6 SD, akan ada pemeriksaan kebugaran yang memerlukan penggunaan lapangan sekolah. Maria menekankan bahwa anak SD tidak akan diambil darah selama pemeriksaan berlangsung. “Tidak disuntik untuk anak-anak SD,” ujarnya menegaskan.
Hasil pemeriksaan kesehatan siswa akan digunakan sebagai dasar rujukan untuk puskesmas dalam menentukan apakah siswa memerlukan pengobatan lebih lanjut. Selain itu, sekolah dapat menggunakan data ini untuk menyusun program kesehatan yang relevan sesuai kondisi peserta didik.
"Misalnya ditemukan banyak kasus berat badan. Nantinya akan dibuat program untuk menurunkan berat badan," ujar Maria. Ia menjelaskan bahwa kolaborasi antara sekolah dan puskesmas akan menjadi dasar dalam menyusun intervensi kesehatan lanjutan di lingkungan sekolah.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa program ini telah dilakukan uji coba di 72 sekolah rakyat, yang melibatkan sekitar 7.000 anak. Dari hasil pemeriksaan tersebut, ditemukan bahwa masalah kesehatan yang paling banyak dijumpai adalah masalah gigi, diikuti oleh gangguan mata, anemia, dan penyakit menular seperti tuberkulosis (TB).
Di luar peserta didik, sejak peluncuran program pada Februari 2025, layanan Cek Kesehatan Gratis telah dimanfaatkan oleh 16,4 juta orang dari berbagai kalangan masyarakat. Ini menunjukkan antusiasme dan kebutuhan tinggi masyarakat terhadap layanan kesehatan yang mudah diakses dan gratis.
Program CKG dirancang tidak hanya untuk mendeteksi penyakit, tetapi juga untuk membangun budaya sadar kesehatan sejak usia dini. Pemerintah berharap, hasil program ini dapat menurunkan angka penyakit tidak menular dan meningkatkan kualitas hidup pelajar di masa depan.
Dengan langkah kolaboratif antara sekolah, orang tua, dan fasilitas kesehatan, CKG diharapkan menjadi fondasi kuat bagi terciptanya lingkungan pendidikan yang sehat dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Made in RI, Solusi Logistik Berkelanjutan Nasional
- 31 Juli 2025
2.
Kuliner Siomay Onoki Hadirkan Rasa Berbeda
- 31 Juli 2025
3.
Cemilan Favorit Diskon Spesial Indomaret Sore Ini
- 31 Juli 2025
4.
Duel Petarung Kelas Jerami Ramaikan Noche UFC 3
- 31 Juli 2025