Slag Nikel Jadi Solusi Abrasi Pantai di Takalar

Rabu, 23 Juli 2025 | 15:22:01 WIB
Slag Nikel Jadi Solusi Abrasi Pantai di Takalar

JAKARTA - Upaya penanganan abrasi di wilayah pesisir kini mendapatkan pendekatan baru yang tidak hanya praktis, tetapi juga inovatif dan ramah lingkungan. Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan menjadi salah satu wilayah yang mulai menerapkan pemanfaatan slag nikel sebagai material utama dalam menangani abrasi, merekonstruksi pesisir, hingga reklamasi pantai.

Pemanfaatan slag nikel tersebut merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Takalar dengan PT Huadi Nickel Alloy Indonesia, didukung penuh oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam sebuah pertemuan antara Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, Bupati Takalar Firdaus Dg Manye, dan pihak direksi PT Huadi Nickel, disepakati bahwa slag nikel akan digunakan untuk mempercepat penanganan abrasi di sejumlah titik rawan di pesisir Takalar.

Gubernur Andi Sudirman menekankan bahwa abrasi yang terjadi di pesisir Takalar membutuhkan perhatian lebih karena berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat pesisir, khususnya para nelayan. “Lokasi-lokasi yang rawan abrasi dan kritis perlu didesain sesuai toleransi dan harus bersentuhan langsung dengan masyarakat pesisir sehingga dapat berkontribusi untuk daerah dan terpenting ini menguntungkan nelayan kita,” ujarnya.

Menurut Andi Sudirman, penanganan abrasi bukan hanya sekadar proyek konstruksi biasa, tetapi harus diarahkan untuk memberi dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat sekitar. Karena itu, kehadiran slag nikel sebagai alternatif material konstruksi dinilai dapat menjawab dua tantangan sekaligus: mitigasi bencana abrasi dan pemanfaatan limbah industri secara produktif.

Slag nikel selama ini dikenal sebagai limbah industri dari proses peleburan bijih nikel. Namun, dalam praktiknya, slag ini memiliki karakteristik fisik yang cukup kokoh dan stabil, sehingga berpotensi tinggi untuk digunakan kembali sebagai bahan konstruksi. Beberapa potensi pemanfaatannya antara lain sebagai bahan pengganti agregat kasar pada beton dan campuran aspal, bahan pembuatan batako, serta material pengisi dalam konstruksi jalan.

Wilayah pesisir Kabupaten Takalar yang akan mendapatkan penanganan menggunakan slag nikel mencakup Galesong Utara, Galesong, Galesong Selatan, Sanrobone, Mappakasunggu (Mapsu), hingga Mangarabombang (Marbo). Wilayah-wilayah ini selama bertahun-tahun memang menjadi titik kritis abrasi yang menyebabkan kerusakan lingkungan pesisir dan mengancam pemukiman warga.

Bupati Takalar Firdaus Daeng Manye menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Gubernur Sulsel atas perhatian serius terhadap abrasi yang terjadi di daerahnya. Ia pun menyambut baik penunjukan pesisir Takalar sebagai lokasi penyaluran program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari PT Huadi Nickel.

“Setiap tahun kita menghadapi persoalan abrasi pantai, makanya kita berterima kasih kepada pak gubernur karena memberikan perhatian yang besar terhadap pesisir Takalar,” ujar Daeng Manye, sapaan akrab Bupati Takalar.

Ia berharap kolaborasi seperti ini bisa menjadi solusi nyata bagi masyarakat pesisir yang selama ini terdampak langsung oleh abrasi, sekaligus mendorong penggunaan material konstruksi alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Dalam pertemuan tersebut, hadir pula perwakilan dari Lantamal Makassar dan Kepala Dinas PUTRPKP Kabupaten Takalar, Budiar Rosal. Keterlibatan berbagai pihak ini menunjukkan bahwa persoalan abrasi di Takalar tidak hanya menjadi tanggung jawab daerah semata, melainkan menjadi isu bersama yang harus ditangani secara lintas sektor dan kolaboratif.

Lantas, apa sebenarnya slag nikel itu?

Slag nikel adalah limbah padat yang terbentuk dari proses pemisahan logam nikel murni dengan unsur-unsur pengotor dalam bijih nikel. Dalam proses ini, bijih dipanaskan pada suhu sangat tinggi, dan setelah logam nikel diambil, sisa material yang tidak diinginkan menjadi slag.

Secara fisik, slag nikel berbentuk bongkahan keras berwarna abu-abu gelap atau hitam, dengan kandungan seperti silika, alumina, magnesium oksida, serta sisa logam berat dalam jumlah kecil. Karena jumlahnya yang besar dan sifatnya yang tidak mudah terurai secara alami, slag nikel selama ini menjadi perhatian dalam pengelolaan limbah industri.

Meski begitu, slag nikel tidak selalu dianggap sebagai limbah berbahaya. Di banyak wilayah, termasuk negara-negara industri besar, slag nikel telah dimanfaatkan kembali sebagai bahan konstruksi. Salah satunya adalah campuran beton dan aspal, atau sebagai pengisi dalam timbunan jalan dan tanggul. Bahkan dalam beberapa studi, slag nikel memiliki kualitas yang baik dalam meredam gelombang, sehingga cocok digunakan dalam proyek pengendalian abrasi.

Namun demikian, pemanfaatan slag nikel tetap harus dilakukan secara hati-hati dan memenuhi standar keselamatan serta perlindungan lingkungan. Jika tidak dikelola secara tepat, slag nikel yang mengandung logam berat berpotensi mencemari tanah dan air di sekitarnya.

Untuk itu, inovasi dan riset berkelanjutan sangat diperlukan agar slag nikel bisa diolah menjadi material yang aman dan berdaya guna. Langkah Pemerintah Kabupaten Takalar, yang menggandeng sektor industri serta dukungan penuh dari pemerintah provinsi, menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi lintas sektor dapat menghadirkan solusi lingkungan yang sekaligus mendorong pembangunan berkelanjutan.

Dengan langkah ini, bukan hanya abrasi yang bisa dikendalikan, tetapi juga ada potensi ekonomi baru dari limbah industri yang selama ini belum sepenuhnya dimanfaatkan. Upaya ini sekaligus mengangkat kesadaran pentingnya menjadikan limbah sebagai sumber daya alternatif sebuah pendekatan modern yang patut dikembangkan di daerah-daerah lain di Indonesia.

Terkini