
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menegaskan posisinya sebagai salah satu lembaga keuangan terkuat di Indonesia, dengan mencatatkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp26,28 triliun pada semester I/2025. Capaian tersebut mencerminkan daya tahan bisnis perbankan BRI di tengah dinamika ekonomi yang penuh tantangan dan perubahan cepat.
Meskipun terdapat penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 11,53% dari Rp29,7 triliun pada semester I/2024, kinerja BRI tetap tergolong solid secara fundamental. Bila memperhitungkan kepentingan non-pengendali, laba bersih periode berjalan BRI tercatat sebesar Rp26,53 triliun hingga akhir Juni 2025.
Dari sisi pendapatan operasional, BRI berhasil mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 2,8% secara tahunan atau year-on-year (YoY). Pada semester I/2024, pendapatan bunga bersih berada di angka Rp71,28 triliun, dan meningkat menjadi Rp73,27 triliun di semester I/2025. Ini menandakan bahwa aktivitas penyaluran kredit dan pengelolaan aset produktif masih memberikan hasil positif.
Baca Juga
Namun demikian, peningkatan beban operasional menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Kerugian terkait risiko operasional tercatat melonjak signifikan dari sebelumnya Rp63,89 miliar menjadi Rp686,73 miliar. Selain itu, beban pencadangan atau impairment juga mengalami kenaikan sebesar 25,8%, menjadi Rp23,27 triliun. Kenaikan dua komponen beban ini turut memberikan tekanan terhadap capaian laba bersih.
Meskipun tekanan dari sisi beban meningkat, BRI tetap mampu menunjukkan performa positif dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Penyaluran kredit secara konsolidasian mencapai Rp1.416,62 triliun pada akhir Juni 2025, meningkat 5,97% dari Rp1.336,78 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini memperlihatkan komitmen BRI dalam mendukung sektor riil melalui penyaluran pembiayaan.
Kredit ke segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih menjadi tulang punggung portofolio kredit BRI. Tercatat, sebesar 80,32% dari total kredit disalurkan ke sektor UMKM atau setara dengan Rp1.137,84 triliun. Strategi fokus pada UMKM terbukti tetap menjadi kekuatan utama BRI dalam menjaga pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, total aset BRI juga mengalami peningkatan. Per Juni 2025, aset konsolidasian BRI mencapai Rp2.106,37 triliun, naik 6,52% dibandingkan dengan posisi akhir semester I/2024 sebesar Rp1.977,37 triliun. Kenaikan ini menjadi bukti ekspansi bisnis yang terjaga serta kemampuan BRI dalam mempertahankan kepercayaan nasabah dan investor.
Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) BRI tetap relatif stabil. NPL gross berada pada angka 3,23%, sedikit meningkat dari sebelumnya 3,21%. Sementara itu, NPL net tercatat naik dari 0,86% menjadi 0,99%. Angka ini menunjukkan bahwa manajemen risiko kredit tetap terkendali, meskipun dalam suasana yang masih penuh ketidakpastian.
Pendanaan juga menjadi sorotan positif dalam laporan keuangan BRI. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BRI meningkat sebesar 6,65% secara YoY, menjadi Rp1.482,12 triliun pada semester I/2025. Pada periode yang sama tahun lalu, DPK tercatat sebesar Rp1.389,66 triliun. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BRI sebagai tempat menyimpan dana tetap tinggi.
Lebih lanjut, komposisi dana murah atau CASA (current account saving account) memberikan kontribusi signifikan terhadap struktur DPK. CASA meningkat 10,6% YoY menjadi Rp970,94 triliun, yang mencerminkan 65,51% dari total simpanan BRI. Rasio CASA yang tinggi merupakan indikator efisiensi biaya dana, yang sangat penting bagi profitabilitas bank.
Namun demikian, margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) BRI sedikit menurun dari 6,81% menjadi 6,58%. Penurunan ini menggambarkan adanya tekanan margin akibat kompetisi antarbank dan dinamika suku bunga pasar. Meskipun demikian, NIM BRI masih tergolong tinggi di industri perbankan nasional.
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) konsolidasian BRI tercatat berada di level yang sangat kuat, yaitu 25,01%. Ini menunjukkan bahwa BRI memiliki buffer permodalan yang lebih dari cukup untuk menopang pertumbuhan kredit serta memenuhi ketentuan regulator. Dengan posisi modal yang kokoh, BRI dapat terus melakukan ekspansi usaha secara berkelanjutan.
Rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan-to-deposit ratio (LDR) BRI berada di angka 84,97% pada semester I/2025. Rasio ini mengindikasikan bahwa sebagian besar dana yang dihimpun berhasil dialokasikan menjadi kredit, namun masih dalam batas aman dan sehat menurut standar industri.
Meskipun laba bersih mengalami koreksi secara tahunan, seluruh indikator keuangan BRI memperlihatkan pondasi yang kuat dan pengelolaan yang sehat. Fokus kepada UMKM, efisiensi biaya dana melalui CASA yang tinggi, serta kestabilan rasio permodalan dan kualitas aset menjadi modal penting bagi BRI untuk terus bertumbuh ke depan.
Kinerja BRI dalam enam bulan pertama tahun 2025 memperlihatkan bahwa strategi transformasi digital, inklusi keuangan, serta penguatan layanan berbasis komunitas UMKM tetap relevan dan mampu memberikan hasil. Dengan demikian, meski menghadapi tekanan biaya dan fluktuasi makroekonomi, BRI tetap mencatatkan kinerja yang solid dan menjanjikan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Legenda Sepak Bola Dunia Paling Berpengaruh Sepanjang Masa
- 01 Agustus 2025
2.
Jadwal dan Tarif Penyeberangan Feri Terbaru TAA Bangka Belitung
- 01 Agustus 2025
3.
Kereta Api Pasundan Baru, Nyaman dan Ramah Penumpang
- 01 Agustus 2025
4.
Oppo Find X9 Pro Usung Kamera 200MP dan Baterai Jumbo
- 01 Agustus 2025
5.
Kuliner Soto Lamongan: Jejak Tradisi dan Perantauan
- 01 Agustus 2025