Dokter Beri Panduan Atasi Batuk Pilek pada Anak

Dokter Beri Panduan Atasi Batuk Pilek pada Anak
Dokter Beri Panduan Atasi Batuk Pilek pada Anak

JAKARTA - Bagi banyak orangtua, melihat si kecil terserang batuk pilek bisa terasa mengkhawatirkan, apalagi bila terjadi berulang. Faktanya, kondisi ini sangat umum dialami anak-anak, khususnya yang berusia di bawah lima tahun. Dalam satu tahun, mereka bahkan bisa mengalami batuk pilek sebanyak 6 hingga 10 kali. Hal ini dijelaskan oleh dr. Kanya Ayu Paramastri, Sp.A, dalam sebuah acara peluncuran produk kesehatan anak di Jakarta.

“Common cold itu adalah infeksi yang paling sering terjadi di anak-anak, khususnya di bawah lima tahun. Bisa terjadi sepanjang tahun, bisa berulang, dan satu periode itu bisa berlangsung sampai 14 hari,” ungkap dr. Kanya.

Dengan frekuensi kejadian yang tinggi, orangtua perlu memahami kapan kondisi ini bisa ditangani sendiri di rumah dan kapan harus segera berkonsultasi ke dokter. Sebab, meskipun umumnya disebabkan oleh virus dan tidak memerlukan antibiotik, batuk pilek tetap tidak bisa dianggap remeh.

Baca Juga

Momen Tepat Beli iPhone: 7 Seri Populer Turun Harga Mulai Rp8 Jutaan

Anak Batuk Pilek, Kapan Harus Dibawa ke Dokter?

Salah satu pertanyaan yang sering diajukan orangtua adalah kapan sebenarnya anak harus diperiksakan ke dokter saat mengalami batuk pilek. Dr. Kanya menjelaskan, tanda paling utama adalah saat gejala mulai mengganggu aktivitas anak.

“Kapan harus ke dokter adalah bila sudah ada tanda kegawatan atau paling utama adalah bila sudah mengganggu aktivitasnya anak. Jadi mengganggu tidur, makan, menimbulkan anaknya jadi tidak nyaman saat tidur, atau dehidrasi karena tidak mau makan minum,” jelasnya.

Apabila gejala yang dialami tidak juga membaik setelah diberikan obat yang sesuai, orangtua juga disarankan untuk segera menghubungi tenaga medis. Kondisi seperti sesak napas, anak tampak lemas, atau demam tinggi yang tak kunjung turun termasuk kategori tanda gawat yang tidak boleh diabaikan.

“Begitu ada kegawatan, seperti sesak misalnya, anak jadi lemes, dehidrasi karena kekurangan asupan makan dan minuman, segera dibawa ke dokter,” tambah dr. Kanya.

Pemberian Obat, Kapan Diperlukan?

Saat batuk pilek belum terlalu mengganggu, perawatan di rumah sebenarnya sudah cukup membantu. Dr. Kanya menyebutkan bahwa selama anak masih bisa tidur, makan, dan beraktivitas seperti biasa, pengobatan medis belum tentu diperlukan.

“Kalau keluhannya tidak sampai mengganggu aktivitas, tidur, atau makan, bisa diberi tambahan seperti cuci hidung, kecukupan cairan, dan menaikkan nutrisi,” ucapnya.

Namun, saat anak mulai tampak terganggu, seperti sulit tidur karena hidung mampet atau menjadi lebih rewel, barulah pemberian obat bisa dilakukan.

“Begitu keluhannya mengganggu, boleh dibantu untuk memberikan obat-obatan yang sesuai gejala untuk meringankan,” tuturnya.

Cuci Hidung Bisa Bantu Ringankan Gejala

Salah satu metode yang cukup populer dan sering dianjurkan adalah mencuci hidung. Menurut dr. Kanya, cara ini terbukti efektif dalam membantu mengeluarkan lendir dan partikel virus dari saluran pernapasan.

“Sudah ada penelitiannya dan terbukti efektif. Kita menggunakan cairan infus, yaitu NaCl, untuk mencuci lendir-lendir, virus yang nempel. Anak jadi lebih lega, virus kebuang, dan proses penyembuhan bisa lebih cepat,” jelasnya.

Walau demikian, orangtua tetap disarankan berkonsultasi terlebih dahulu agar teknik cuci hidung dilakukan dengan benar dan aman untuk anak.

Pencegahan, Kunci Agar Anak Tidak Mudah Tertular

Selain menangani gejala, pencegahan tetap menjadi langkah utama agar anak tidak mudah tertular batuk pilek. Gaya hidup sehat, pola makan seimbang, istirahat cukup, serta imunisasi adalah elemen penting dalam membentuk daya tahan tubuh anak.

Dr. Kanya menggambarkan sistem imun anak seperti struktur rumah yang dibangun dari berbagai fondasi penting.

“Fondasinya dari nutrisi, dinding-dindingnya dari jam tidur dan aktivitas, atapnya dari imunisasi. Semuanya harus holistik,” paparnya.

Tidak kalah penting, membiasakan kebersihan sejak dini juga sangat berperan besar. Mencuci tangan secara rutin, mengajarkan anak menutup mulut saat bersin atau batuk, serta menjaga lingkungan tetap bersih menjadi kebiasaan kecil dengan dampak besar.

“Sering cuci tangan, kalau habis batuk atau bersin, ajarkan anak menutup mulutnya. Itu harus dibiasakan dari rumah,” kata dr. Kanya menegaskan.

Tetap Waspada dan Responsif

Pada akhirnya, batuk pilek memang termasuk penyakit ringan dan umum, tetapi tetap membutuhkan perhatian. Mengetahui batas kapan anak masih bisa dirawat di rumah dan kapan harus segera dibawa ke dokter adalah keterampilan penting bagi setiap orangtua.

Dengan memahami tanda-tanda awal yang mengarah ke kondisi serius, serta memberikan perawatan dan dukungan nutrisi yang tepat, anak dapat pulih lebih cepat dan tetap sehat.

Ingat, respons cepat dan tepat bisa membuat perbedaan besar dalam proses pemulihan si kecil. Jangan ragu berkonsultasi jika kondisi tidak kunjung membaik. Lebih baik waspada daripada terlambat.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Investasi Semester I 2025 Tembus Rp942,9 T Berkat Hilirisasi

Investasi Semester I 2025 Tembus Rp942,9 T Berkat Hilirisasi

Asuransi Jadi Fokus LPS dalam Skema Penjaminan Polis 2028

Asuransi Jadi Fokus LPS dalam Skema Penjaminan Polis 2028

Penyaluran KUR BRI Tembus Rp 83 Triliun

Penyaluran KUR BRI Tembus Rp 83 Triliun

BCA Permudah Bayar Perawatan di RSU San Medical

BCA Permudah Bayar Perawatan di RSU San Medical

BNI Permudah Bayar Virtual Account

BNI Permudah Bayar Virtual Account