
JAKARTA - Upaya memperkuat kolaborasi antarnegara di bidang ekonomi kreatif kembali ditunjukkan Indonesia, kali ini dengan Prancis sebagai mitra strategis. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Ekraf) menjalin kerja sama lebih erat dengan Prancis dalam pengembangan subsektor fesyen dan kriya melalui program residensi bersama. Program ini dirancang untuk membuka ruang kolaboratif antara desainer kedua negara dan memperluas daya saing talenta ekraf Indonesia di kancah internasional.
Wakil Menteri Ekraf Irene Umar menjelaskan bahwa inisiatif ini memiliki arti penting dalam memperkuat subsektor fesyen dan kriya sebagai kekuatan baru pertumbuhan industri kreatif.
“Pertukaran talenta, lokakarya kolaboratif, dan co-creation produk menjadi elemen kunci dalam mendorong subsektor fesyen dan kriya sebagai the new engine of growth sekaligus mendukung peningkatan daya saing ekraf secara global," ungkap Irene dalam keterangan pers, Rabu, 30 Juli 2025.
Baca JugaMomen Tepat Beli iPhone: 7 Seri Populer Turun Harga Mulai Rp8 Jutaan
Irene menambahkan bahwa setiap bentuk kerja sama internasional seharusnya membawa dampak konkret bagi pelaku industri kreatif. Menurutnya, hal itu hanya dapat dicapai melalui proses alih ilmu, penciptaan peluang bisnis, dan penguatan ekosistem yang menyentuh langsung para pelaku.
Kolaborasi Lewat Platform PINTU dan Dukungan Ekosistem Hexahelix
Salah satu bentuk nyata dari kemitraan ini adalah platform inkubasi PINTU yang telah diluncurkan dan dikembangkan untuk menghubungkan pelaku kreatif Indonesia dan Prancis. Tahun ini, PINTU menyelenggarakan Residency Program dan Focus Week di Jakarta dan Yogyakarta, mempertemukan desainer serta perajin dari kedua negara dalam rangka menciptakan produk bersama dan saling bertukar perspektif kreatif.
Wamen Ekraf Irene juga menyoroti pendekatan kolaboratif yang diusung, yakni konsep hexahelix. Pendekatan ini melibatkan unsur pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, media, dan masyarakat secara luas. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa hasil dari kolaborasi ini dapat dirasakan oleh banyak pihak dan memiliki dampak jangka panjang terhadap industri kreatif nasional.
"Program lintas negara seperti ini harus memperluas manfaat melalui sinergi antara berbagai elemen," jelasnya.
Momentum Baru Setelah Kunjungan Presiden Prancis
Kerja sama ini semakin solid sejak akhir Mei 2025, bertepatan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Jakarta. Dalam kunjungan tersebut, kedua negara menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) yang mencakup kerja sama di beberapa subsektor ekonomi kreatif seperti fesyen, kriya, desain, film, hingga pengembangan gim.
Penandatanganan MoU ini menjadi landasan kuat bagi Indonesia dan Prancis untuk membangun ekosistem kreatif lintas negara yang berakar pada inovasi dan nilai-nilai budaya. Ini juga menandai babak baru hubungan bilateral yang semakin fokus pada pemanfaatan kekuatan budaya sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan.
Diplomasi Budaya sebagai Strategi Masa Depan
Duta Besar Prancis untuk Indonesia, H.E. Fabien Penone, menyampaikan pandangannya bahwa kerja sama budaya seperti ini bukan hanya sebatas pertukaran karya seni. Ia memandang sektor kreatif sebagai salah satu cara efektif dalam membangun hubungan diplomatik yang lebih inklusif dan berjangka panjang.
“Kami percaya bahwa budaya bukan hanya warisan, tetapi juga kekuatan yang mampu menyatukan bangsa-bangsa dan membuka peluang baru dalam kerja sama global,” ujarnya.
Fabien juga menekankan bahwa diplomasi budaya memiliki nilai strategis dalam menciptakan dunia yang lebih terbuka dan toleran, di mana kreativitas menjadi bahasa universal yang bisa menjembatani perbedaan.
Peran Strategis Program PINTU bagi Pelaku Industri
Ketua Jakarta Fashion & Food Festival (JF3), Soegianto Nagaria, mengapresiasi pelaksanaan program PINTU sebagai wadah pembelajaran sekaligus inkubasi yang bermakna bagi desainer dan perajin dari Indonesia maupun Prancis. Baginya, interaksi langsung dalam proses kreatif bersama menghadirkan pengalaman yang jauh lebih dalam dibandingkan sekadar mengikuti pameran atau promosi.
“Melalui PINTU, kami melihat bagaimana kerja sama bisa menciptakan dampak konkret. Desainer dan perajin tidak hanya memamerkan karya, tapi juga membangun jejaring, menciptakan produk bersama, dan berbagi nilai budaya,” tutur Soegianto.
Menuju Ekosistem Kreatif yang Berdaya Saing Global
Seminar dan program yang digagas ini mempertegas posisi subsektor fesyen dan kriya sebagai bagian penting dari visi Indonesia dalam mengembangkan ekonomi kreatif. Tidak hanya sebagai bagian dari ekspresi budaya, tetapi juga sebagai pilar penting dalam strategi diplomasi budaya dan sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Kolaborasi dengan Prancis ini juga selaras dengan prioritas pemerintah melalui program Sinergi Ekraf dalam kerangka Asta Ekraf. Program tersebut menekankan pentingnya kemitraan antarpelaku industri untuk membangun ekosistem kreatif yang terhubung, kolaboratif, dan memiliki daya saing tinggi di tingkat internasional.
Dengan semakin banyaknya bentuk kolaborasi seperti ini, Indonesia berharap subsektor fesyen dan kriya tidak hanya dikenal sebagai produk budaya semata, tetapi juga sebagai bagian dari kekuatan ekonomi yang menjanjikan.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
Makhachev Siap Tunjukkan Dominasi di UFC Lagi
- 30 Juli 2025
3.
Gabriel Batistuta, Sang Raja Gol Serie A Abadi
- 30 Juli 2025
4.
Max Dowman, Harapan Cerah Arsenal Masa Depan
- 30 Juli 2025