
JAKARTA - Pasar energi global kembali mencatatkan pergerakan yang signifikan, dengan harga minyak mentah mengalami kenaikan tipis pada perdagangan Rabu, 23 Juli 2025. Kenaikan ini dipicu oleh sejumlah faktor eksternal, salah satunya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Jepang yang memberikan dampak psikologis positif terhadap prospek ekonomi global.
Kenaikan harga ini tercermin dari pergerakan harga minyak Brent yang naik sebesar 33 sen atau 0,48 persen menjadi USD 68,92 per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan sebesar 33 sen atau 0,51 persen ke level USD 65,64 per barel. Perdagangan berlangsung pada pukul 00.23 GMT.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyampaikan bahwa kesepakatan tarif telah dicapai antara AS dan Jepang. Kesepakatan tersebut mencakup tarif sebesar 15 persen atas impor AS dari Jepang, serta komitmen Jepang untuk melakukan investasi sebesar USD 550 miliar di Amerika Serikat. Hal ini menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar, karena menunjukkan kemungkinan peningkatan aktivitas ekonomi dari kerja sama bilateral dua negara besar tersebut.
Baca JugaKilang dan Tangki Minyak Disiapkan Prabowo Jaga Energi Nasional
Meski demikian, pergerakan harga minyak tidak lepas dari dinamika sebelumnya. Pada sesi sebelumnya, harga sempat melemah akibat pernyataan Uni Eropa yang menyatakan sedang mempertimbangkan langkah balasan terhadap kebijakan tarif AS. Ketegangan perdagangan global memberikan tekanan terhadap optimisme pasar, terutama menjelang tenggat waktu perundingan pada 1 Agustus.
Di sisi lain, kondisi pasokan minyak dalam negeri AS memberikan sinyal kuat mengenai permintaan. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan menjelang rilis data mingguan, sembilan analis memproyeksikan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan sekitar 1,6 juta barel dalam seminggu hingga 18 Juli.
Penurunan stok minyak ini dinilai menjadi indikator membaiknya permintaan energi di pasar domestik AS. Tak hanya minyak mentah, penurunan juga terjadi pada stok bensin, meski persediaan sulingan menunjukkan peningkatan. Hal ini dilaporkan berdasarkan angka yang dirilis oleh American Petroleum Institute.
Pergerakan pasokan dan permintaan menjadi pertimbangan penting dalam menilai arah harga minyak. Penurunan inventaris menjadi sinyal bullish yang memperkuat pandangan bahwa permintaan energi tetap stabil di tengah dinamika ekonomi global.
Sementara itu, isu geopolitik juga menjadi sorotan utama. Menteri Energi AS menyampaikan bahwa negaranya akan mempertimbangkan pemberlakuan sanksi terhadap minyak Rusia sebagai langkah strategis untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Pernyataan ini memberikan tekanan baru terhadap stabilitas pasokan global, yang pada akhirnya berpotensi mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah ke depan.
Sebagai respons atas situasi geopolitik yang berkembang, Uni Eropa juga telah menyetujui paket sanksi ke-18 terhadap Rusia. Paket sanksi ini mencakup penurunan batas harga minyak mentah Rusia. Meski demikian, para analis menilai efektivitas kebijakan tersebut masih akan bergantung pada sejauh mana Amerika Serikat terlibat secara aktif dalam implementasinya. Tanpa dukungan penuh dari AS, kekuatan paket sanksi itu diperkirakan tidak akan mampu menekan secara maksimal.
Dengan banyaknya faktor yang memengaruhi harga minyak global, mulai dari kesepakatan perdagangan, data pasokan minyak, hingga isu geopolitik, pasar minyak global terus berfluktuasi. Investor dan pelaku pasar harus mencermati berbagai indikator ini guna mengambil keputusan yang tepat dalam merespons tren harga.
Momentum kesepakatan AS dan Jepang sendiri memberikan dorongan jangka pendek terhadap optimisme pasar. Namun, pasar tetap harus mewaspadai kemungkinan gejolak dari aspek lain seperti kebijakan Uni Eropa, sikap Rusia terhadap sanksi, serta pergerakan inventaris minyak AS yang lebih rinci.
Situasi ini mencerminkan bahwa harga minyak saat ini tidak hanya ditentukan oleh satu faktor tunggal, melainkan oleh campuran antara kebijakan perdagangan, dinamika pasokan-permintaan, serta tekanan geopolitik yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, volatilitas harga minyak kemungkinan besar akan terus berlanjut dalam waktu dekat.
Sebagai komoditas strategis, pergerakan harga minyak mentah menjadi cerminan dari kondisi ekonomi global secara keseluruhan. Kenaikan harga minyak, meski tipis, merupakan sinyal bahwa pelaku pasar saat ini cukup optimis terhadap prospek ekonomi, meskipun tantangan global masih membayangi.
Dengan pendekatan kehati-hatian, pelaku pasar dan pemangku kepentingan di sektor energi diharapkan dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang bisa muncul dalam waktu dekat. Termasuk juga mempersiapkan respons terhadap perubahan kebijakan dari negara-negara produsen dan konsumen utama minyak dunia.
Kebijakan lanjutan dari AS terkait sanksi terhadap Rusia, pergerakan stok minyak mingguan, dan tindak lanjut kesepakatan dagang dengan Jepang akan menjadi penentu utama arah harga dalam beberapa pekan ke depan. Dalam situasi seperti ini, ketahanan energi dan kebijakan yang adaptif menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah gejolak global.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
3.
Ramalan Keuangan Shio 24 Juli 2025
- 23 Juli 2025
4.
KUR BCA 2025: Pinjaman Rp50 Juta dan Cara Ajukannya
- 23 Juli 2025
5.
KUR BNI 2025: UMKM Bisa Dapat Rp50 Juta
- 23 Juli 2025