
JAKARTA - Kondisi pasar modal Indonesia kembali menunjukkan geliat optimisme. Kamis, 10 Juli 2025 pagi, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membuka perdagangan dengan penguatan yang cukup solid. Penguatan tersebut tidak terjadi secara kebetulan, melainkan didorong oleh antusiasme investor terhadap maraknya aksi pencatatan saham baru (IPO) yang berlangsung sepanjang pekan ini.
IHSG dibuka menguat sebesar 22,35 poin atau 0,32 persen dan berada di posisi 6.966,27. Sementara itu, indeks saham unggulan LQ45 juga turut mencatatkan kenaikan, naik 2,59 poin atau 0,34 persen ke level 771,37. Momentum positif ini mengisyaratkan bahwa pasar tengah digerakkan oleh faktor domestik yang kuat, khususnya dalam bentuk euforia terhadap IPO.
Lonjakan IHSG Dipicu Gelombang IPO Baru
Baca JugaPenyaluran KUR BRI Dukung Ketahanan Pangan dan Ekonomi Rakyat
Analis memperkirakan bahwa penguatan IHSG kali ini bukanlah dorongan teknikal semata, melainkan reaksi positif terhadap ramainya transaksi saham dari emiten-emiten baru yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia. Tim Riset Lotus Andalan menyebut bahwa lonjakan IHSG masih akan berlanjut seiring meningkatnya antusiasme terhadap saham IPO.
“Pergerakan IHSG diperkirakan akan kembali melaju di zona penguatan merespons ramainya transaksi saham-saham IPO,” tulis tim riset dalam ulasannya.
Hingga Kamis, tercatat sudah empat saham baru masuk ke lantai bursa hanya dalam satu hari. Sebelumnya, dua emiten baru tercatat pada hari Selasa dan dua lainnya menyusul pada Rabu. Jumlah ini menciptakan lonjakan aktivitas pasar dan memperkuat ekspektasi investor terhadap potensi capital gain dari saham-saham perdana.
Menariknya, sebagian besar saham IPO tersebut langsung melesat ke batas atas pergerakan harga atau Auto Reject Atas (ARA), yang semakin memperkuat optimisme pelaku pasar.
Risiko Global Masih Membayangi Pasar
Meskipun faktor domestik mendorong penguatan, pasar keuangan Indonesia tidak sepenuhnya bebas dari tekanan eksternal. Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan tarif tersebut kerap berubah-ubah dan menimbulkan ketidakpastian baru, khususnya bagi negara-negara mitra dagang.
Pada Rabu, Trump mengirimkan surat penetapan tarif baru atas barang dari sedikitnya enam negara tambahan, termasuk Filipina dan Irak. Surat tersebut menyusul serangkaian kebijakan serupa yang telah dikirim sebelumnya kepada 14 negara lain, termasuk Korea Selatan dan Jepang. Langkah ini dinilai dapat menekan arus perdagangan global dan menambah sentimen negatif terhadap pasar.
Fokus Pasar Juga Tertuju pada The Fed
Selain isu tarif, pelaku pasar juga mengarahkan perhatiannya pada kebijakan moneter Amerika Serikat. Bank Sentral AS (The Fed) merilis risalah hasil sidang Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung sebelumnya. Dalam pertemuan tersebut, The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 4,25-4,50 persen.
Keputusan ini dinilai pasar sebagai sinyal kehati-hatian dalam merespons dinamika ekonomi AS, termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Pelaku pasar masih menanti kejelasan arah kebijakan selanjutnya, terutama apakah akan ada pelonggaran moneter dalam waktu dekat atau tidak.
Data Ekonomi Asia Campuran, China Jadi Sorotan
Dari kawasan Asia, perhatian tertuju pada data inflasi dan harga produsen di China. Indeks Harga Konsumen (IHK) China tercatat mengalami inflasi sebesar 0,1 persen secara tahunan (year-on-year) pada Juni. Namun, pada saat yang sama, Indeks Harga Produsen (PPI) justru mengalami deflasi cukup dalam, yaitu sebesar 3,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat secara bulanan (month-to-month), PPI turun 0,4 persen pada Juni, sementara sepanjang Januari hingga Juni PPI mencatatkan deflasi sebesar 2,8 persen secara tahunan.
Data ini memberi sinyal campuran mengenai kondisi perekonomian China. Di satu sisi, inflasi konsumen yang masih rendah menandakan permintaan yang belum kuat, sementara deflasi produsen menunjukkan tekanan harga dari sisi penawaran. Kedua kondisi ini menjadi perhatian utama karena China merupakan mitra dagang utama bagi banyak negara di kawasan, termasuk Indonesia.
Bursa Global Bergerak Positif, Kecuali Dow Jones
Sementara itu, bursa saham di kawasan Eropa menutup perdagangan dengan penguatan mayoritas. Indeks Euro Stoxx 50 naik 1,34 persen, indeks FTSE Inggris menguat 0,15 persen, indeks DAX Jerman naik 1,42 persen, dan indeks CAC 40 Prancis turut menguat 1,44 persen. Sentimen positif di Eropa mencerminkan pandangan investor bahwa kondisi ekonomi masih dalam jalur pemulihan.
Di Amerika Serikat, indeks S&P 500 menguat 0,61 persen dan ditutup di level 6.263,52. Nasdaq Composite juga menunjukkan performa solid dengan kenaikan 0,95 persen menjadi 20.611,46. Namun, Dow Jones Industrial Average justru melemah 0,49 persen dan berakhir di posisi 44.458,30. Perbedaan arah ini menunjukkan masih adanya kehati-hatian dalam membaca arah perekonomian AS.
Bursa Asia Bergerak Variatif
Di bursa Asia, pergerakan indeks regional pagi ini menunjukkan arah yang bervariasi. Indeks Nikkei Jepang mengalami penurunan 24,46 poin atau 0,57 persen ke posisi 39.725,69. Sebaliknya, indeks Shanghai mencatatkan kenaikan 4,54 poin atau 0,40 persen ke level 3.450,87. Indeks Hang Seng Hong Kong juga naik signifikan sebesar 257,30 poin atau 1,24 persen ke angka 23.965,55. Sementara itu, indeks Strait Times Singapura turut menguat 0,11 poin atau 0,44 persen menuju 4.010.
Euforia IPO Bantu Kuatkan Sentimen Domestik
Dengan sentimen global yang bergerak dinamis, pasar modal Indonesia menunjukkan ketahanan melalui dukungan kuat dari dalam negeri. Euforia atas pencatatan saham-saham IPO memberikan dorongan likuiditas dan optimisme yang nyata. Fenomena ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi pertumbuhan emiten-emiten baru yang masuk ke bursa.
Meskipun pasar tetap harus mencermati risiko eksternal seperti kebijakan tarif AS dan arah suku bunga The Fed, untuk saat ini, pergerakan IHSG masih sangat dipengaruhi oleh sentimen domestik yang positif.
Jika tren pencatatan saham baru ini terus berlanjut dan didukung dengan kinerja positif dari emiten, maka bukan tidak mungkin IHSG akan semakin kuat bertahan di zona hijau dalam waktu dekat.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
WhatsApp Windows Kini Berbasis Web
- 25 Juli 2025
2.
Harga BYD Atto 1 di Berbagai Daerah 2025
- 25 Juli 2025
3.
Kecantikan Alami Lewat Inovasi Bio Galvera
- 25 Juli 2025
4.
Pesan Dokter: Nyeri Gigi Jangan Dianggap Remeh
- 25 Juli 2025
5.
Whale Crypto Serbu Ethereum Hari Ini
- 25 Juli 2025