Tarif Impor AS Naik 50 Persen, Bursa Asia Variatif

Tarif Impor AS Naik 50 Persen, Bursa Asia Variatif
Tarif Impor AS Naik 50 Persen, Bursa Asia Variatif

JAKARTA - Pasar saham Asia-Pasifik menunjukkan pergerakan yang bervariasi pada awal perdagangan Kamis, 10 Juli 2025 pagi. Hal ini menyusul kebijakan baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terkait kenaikan tarif impor produk asal Brasil menjadi 50 persen, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus 2025.

Kebijakan ini merupakan peningkatan tajam dari tarif sebelumnya yang sebesar 10 persen dan diresmikan pada bulan April lalu. Trump menyatakan bahwa kenaikan tarif tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan hubungan dagang antara AS dan Brasil yang dianggapnya “sangat tidak adil”.

Selain itu, keputusan Trump juga dipicu oleh faktor politik, yakni sebagai respons terhadap proses hukum yang tengah menimpa mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Kebijakan ini kemudian berdampak langsung pada dinamika pasar saham di kawasan Asia-Pasifik.

Baca Juga

Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim: Bebas Denda dan Progresif

Reaksi Pasar Saham Asia-Pasifik Terhadap Tarif Impor

Setelah pengumuman kebijakan tersebut, indeks-indeks utama di kawasan Asia bergerak dengan arah yang berbeda-beda. Di Jepang, indeks Nikkei 225 mengalami penurunan sebesar 0,45 persen pada pembukaan perdagangan. Begitu juga dengan indeks Topix yang melemah 0,54 persen.

Sebaliknya, pasar saham Korea Selatan menunjukkan sinyal positif. Indeks Kospi menguat 0,24 persen, sementara indeks Kosdaq naik 0,44 persen. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan reaksi di antara pelaku pasar terkait dampak kebijakan baru AS tersebut.

Australia pun mencatatkan kenaikan pada indeks S&P/ASX 200 yang bertambah 0,51 persen, mencerminkan optimisme pasar regional meskipun ada sentimen negatif dari kebijakan tarif.

Latar Belakang Kenaikan Tarif AS dan Dampaknya

Donald Trump dalam pernyataannya menjelaskan bahwa kenaikan tarif dari 10 persen menjadi 50 persen ini merupakan langkah yang diperlukan untuk memperbaiki keseimbangan perdagangan antara AS dan Brasil. Trump menilai bahwa hubungan dagang saat ini tidak adil dan merugikan pihak Amerika Serikat.

Selain alasan ekonomi, kebijakan ini juga berakar dari aspek politik, terkait proses hukum yang menjerat mantan Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. Kenaikan tarif ini menjadi salah satu bentuk tekanan diplomatik yang dilakukan AS dalam konteks hubungan bilateral.

Kebijakan ini dipastikan akan mulai berlaku pada tanggal 1 Agustus 2025, sehingga pelaku pasar dan importir di Brasil harus mempersiapkan diri menghadapi dampak dari perubahan regulasi tersebut.

Situasi di Wall Street Sebelum Pembukaan Pasar Asia

Sebelum pasar Asia-Pasifik dibuka, Wall Street mencatatkan kinerja yang cukup positif pada sesi sebelumnya. Indeks Nasdaq Composite berhasil mencetak rekor tertinggi baru dengan kenaikan 0,94 persen ke level 20.611,34.

Indeks S&P 500 juga mengalami penguatan sebesar 0,61 persen, naik ke posisi 6.263,26, sementara Dow Jones Industrial Average bertambah 217,54 poin atau 0,49 persen ke level 44.458,30.

Kinerja positif ini menunjukkan bahwa meski ada ketegangan dagang, pasar saham Amerika masih menunjukkan sentimen optimistis yang bisa memengaruhi arah perdagangan di wilayah lain, termasuk Asia.

Prospek dan Tantangan Pasar Asia-Pasifik

Dengan kondisi saat ini, pasar saham Asia-Pasifik menghadapi tekanan dari kebijakan tarif AS yang dinilai cukup signifikan. Kebijakan ini berpotensi menimbulkan ketidakpastian dan risiko tambahan bagi perusahaan yang bergantung pada perdagangan dengan Brasil dan Amerika Serikat.

Namun, meskipun ada tekanan tersebut, tidak semua pasar bereaksi negatif. Seperti yang terlihat di Korea Selatan dan Australia, masih ada sentimen positif yang berasal dari faktor domestik dan global lainnya yang mendukung penguatan indeks saham.

Para investor dan pelaku pasar di kawasan Asia perlu terus memantau perkembangan kebijakan perdagangan internasional dan dampaknya terhadap ekonomi global. Ketegangan dagang dan perubahan tarif seperti yang dilakukan oleh AS bisa memicu volatilitas pasar dan mempengaruhi keputusan investasi.

Kebijakan Presiden Donald Trump yang menaikkan tarif impor produk Brasil menjadi 50 persen mulai Agustus 2025 membawa dinamika baru di pasar saham Asia-Pasifik. Reaksi pasar menunjukkan variasi, dengan beberapa indeks melemah sementara yang lain menguat, mencerminkan ketidakpastian yang sedang berlangsung.

Selain faktor ekonomi, latar belakang politik dalam kebijakan ini juga memperkuat kompleksitas hubungan dagang kedua negara. Sementara itu, pasar saham AS menunjukkan performa positif sebelum pembukaan pasar Asia.

Para pelaku pasar perlu tetap waspada dan adaptif terhadap perubahan regulasi dan sentimen global yang dapat mempengaruhi arah pasar di masa mendatang.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PGN Kembangkan Infrastruktur Gas Nasional

PGN Kembangkan Infrastruktur Gas Nasional

Tambah Daya Listrik Rumah, Ini Tarifnya

Tambah Daya Listrik Rumah, Ini Tarifnya

Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun

Harga Batu Bara Naik Tiga Hari Beruntun

PGE Targetkan Tambahan 1,1 GW Panas Bumi

PGE Targetkan Tambahan 1,1 GW Panas Bumi

IMIP Jadi Sentra Hilirisasi Nikel Nasional

IMIP Jadi Sentra Hilirisasi Nikel Nasional