PTPP Tanam Terumbu Karang Pulihkan Ekosistem Laut
JAKARTA - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan menanam 2.500 bibit terumbu karang di perairan Grand Watu Dodol, Pantai Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur. Langkah ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur dan upaya pelestarian alam dapat berjalan seiring, memberikan manfaat ekologis sekaligus sosial bagi masyarakat pesisir.
Program konservasi laut ini dilaksanakan bersama tujuh perusahaan BUMN lainnya, yakni PT Adhi Karya, PT Hutama Karya, PERURI, PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, BNI, dan Brantas Abipraya. Dukungan juga datang dari Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, BP3 Banyuwangi, Forkopimda Kecamatan Wongsorejo, serta kelompok masyarakat pesisir setempat. Sinergi ini menunjukkan bahwa pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya peran pemerintah atau perusahaan secara individu.
Bibit terumbu karang yang ditanam terdiri dari Acropora Tenuis dan Montipora, dua jenis yang memiliki peran penting dalam memulihkan keanekaragaman hayati laut. Kehadiran terumbu karang yang sehat diharapkan mampu memperkuat ekosistem laut, menjaga keseimbangan ekologi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui produktivitas perikanan yang lebih tinggi.
Baca Juga
“Keberlanjutan bisnis hanya bisa berjalan apabila seiring dengan keberlanjutan lingkungan. Melalui program konservasi ini, kami berupaya mengembalikan fungsi ekosistem laut yang rusak sekaligus menghadirkan manfaat langsung bagi nelayan dan masyarakat sekitar,” ujar Corporate Secretary PTPP, Joko Raharjo, dalam keterangan resmi, Sabtu siang.
Program ini juga sejalan dengan komitmen PTPP terhadap Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya terkait Quality Education, No Poverty, dan Partnership for the Goals. Dengan demikian, aksi penanaman terumbu karang tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga memperkuat aspek sosial dan ekonomi masyarakat lokal.
Joko menambahkan, penanaman terumbu karang menjadi langkah preventif untuk mengurangi dampak negatif praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. “Penanaman terumbu karang diharapkan menjadi solusi berkelanjutan untuk menjaga kekayaan laut Indonesia dan mencegah kerusakan yang pernah terjadi akibat praktik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan,” jelasnya.
Selain aspek ekologis, kegiatan ini menegaskan konsistensi PTPP dalam menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Perusahaan menyadari bahwa pembangunan fisik tidak bisa dipisahkan dari tanggung jawab terhadap alam dan masyarakat. Dengan ESG, setiap proyek mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan secara seimbang.
Keberhasilan program ini menjadi bukti nyata bahwa perusahaan konstruksi besar tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga memprioritaskan kelestarian alam. Aksi seperti penanaman terumbu karang membuktikan bahwa PTPP mampu mengintegrasikan tanggung jawab sosial dan lingkungan ke dalam strategi bisnisnya.
Partisipasi masyarakat lokal menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Warga pesisir dilibatkan langsung dalam proses penanaman, perawatan, dan monitoring pertumbuhan karang. Pendekatan ini memungkinkan transfer pengetahuan dan keterampilan sehingga konservasi laut bisa berlangsung secara berkelanjutan, dengan dukungan komunitas setempat yang memahami pentingnya menjaga ekosistem laut.
Langkah ini menegaskan filosofi PTPP bahwa sustainability harus diwujudkan melalui tindakan nyata, bukan hanya sekadar retorika. Setiap proyek, baik di darat maupun di laut, menekankan prinsip keberlanjutan yang sejalan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan demikian, masyarakat, lingkungan, dan bisnis dapat saling mendukung dan berkesinambungan.
Penanaman terumbu karang di Banyuwangi juga memiliki nilai tambah ekonomi. Terumbu karang yang sehat dapat menjadi destinasi ekowisata seperti snorkeling dan diving, membuka peluang usaha baru bagi warga lokal, serta meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Hal ini sekaligus memberikan contoh bahwa konservasi alam dapat bersinergi dengan pembangunan ekonomi lokal.
PTPP memandang bahwa keberlanjutan bisnis sangat bergantung pada kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Program konservasi seperti ini memperkuat ketahanan sosial-ekonomi komunitas pesisir dan menjadi model bagi upaya serupa di wilayah lain.
Kolaborasi antara BUMN, pemerintah, dan masyarakat lokal juga menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan dapat dilakukan secara efektif. Sinergi ini memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak mengorbankan kelestarian alam, melainkan mendorong terciptanya harmoni antara manusia dan lingkungan.
“Tidak hanya membangun infrastruktur nasional, upaya ini juga menjadi bentuk nyata PTPP dalam menjaga keseimbangan alam dan sosial sebagai bagian dari tanggung jawab perusahaan terhadap generasi mendatang (sustainability) dan menjalankan program keberlanjutan secara merata di berbagai wilayah pesisir tanah air,” tutup Joko Raharjo.
Dengan prinsip keberlanjutan sebagai landasan, PTPP berkomitmen untuk melanjutkan program yang mendukung SDGs, ESG, dan kesejahteraan masyarakat. Penanaman 2.500 bibit terumbu karang di Banyuwangi menjadi bukti nyata bahwa pembangunan yang berkelanjutan dapat berjalan beriringan dengan pelestarian alam, pemberdayaan masyarakat, dan perlindungan warisan laut Indonesia untuk generasi mendatang.
Rekomendasi
