
JAKARTA - Tren belanja daring terus meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Dari segi penetrasi e-commerce, sejumlah negara menunjukkan kecenderungan warganya lebih memilih belanja online dibandingkan mengunjungi toko fisik. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan kemajuan teknologi, tetapi juga perubahan perilaku konsumen global yang semakin nyaman memanfaatkan platform digital.
Amerika Serikat menjadi negara dengan tingkat belanja daring tertinggi di dunia, mencatat 33,7 persen dari total belanja ritel dilakukan secara online. Tiongkok berada tepat di belakangnya dengan 31,2 persen, mencerminkan ekosistem e-commerce yang terintegrasi, mulai dari infrastruktur logistik hingga sistem pembayaran digital yang sudah mapan di kedua pasar raksasa tersebut.
Persentase ini hampir dua kali lipat dari yang dilaporkan banyak negara maju lainnya. Dominasi AS dan Tiongkok dalam kebiasaan belanja digital tidak lepas dari kombinasi penetrasi internet yang tinggi, kebiasaan konsumen yang semakin nyaman bertransaksi online, serta dukungan platform e-commerce besar seperti Amazon, eBay, dan Walmart di AS, serta Alibaba, JD.com, dan Pinduoduo di Tiongkok.
Baca Juga
Rata-Rata Global Masih Rendah
Secara global, tingkat belanja online rata-rata berada di 17,3 persen, menandakan sebagian besar negara masih bergantung pada ritel konvensional. Di pasar besar seperti Uni Eropa dan sebagian wilayah Asia, penetrasi belanja daring umumnya berkisar 10–25 persen. Meski menunjukkan adanya peningkatan adopsi digital, angka tersebut belum cukup untuk menjadikannya perilaku belanja universal.
Menurut pengamat industri, rendahnya angka ini di beberapa wilayah dipengaruhi oleh faktor seperti preferensi berbelanja langsung di toko, kekhawatiran terhadap keamanan transaksi daring, dan belum meratanya layanan logistik yang cepat serta andal. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan e-commerce tidak bisa dipisahkan dari infrastruktur, edukasi konsumen, dan regulasi yang mendukung.
Potensi Besar di Negara Berkembang
Negara berkembang masih berada di bawah rata-rata global akibat hambatan logistik, kesenjangan infrastruktur, dan penetrasi internet yang terbatas. Di beberapa kawasan, kecepatan internet yang rendah, biaya data yang tinggi, dan distribusi jaringan yang belum merata menjadi penghalang utama bagi masyarakat untuk beralih ke belanja online.
Meski begitu, wilayah-wilayah ini memiliki potensi pertumbuhan signifikan. Seiring meningkatnya ketersediaan jaringan 4G dan 5G, harga smartphone yang semakin terjangkau, serta kemajuan layanan pembayaran digital seperti dompet elektronik dan transfer instan, peluang untuk memacu pertumbuhan e-commerce semakin besar.
Tantangan dan Langkah yang Dibutuhkan
Para pelaku industri menilai diperlukan upaya bersama antara pemerintah, perusahaan logistik, dan platform e-commerce untuk mempersempit kesenjangan ini. Peningkatan infrastruktur transportasi, penguatan jaringan internet, serta edukasi konsumen mengenai keamanan bertransaksi daring menjadi langkah penting.
“Negara berkembang bisa menjadi pasar e-commerce yang sangat besar di masa depan, tetapi hanya jika hambatan-hambatan fundamental ini diatasi,” ujar seorang analis pasar digital.
Dengan semakin luasnya akses internet dan perangkat seluler, serta meningkatnya kepercayaan terhadap pembayaran online, perdagangan elektronik di negara-negara berkembang diprediksi dapat melonjak pesat dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini diperkirakan akan mengubah peta persaingan global dan membuka peluang bisnis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Peringkat 10 Negara dengan Penetrasi Belanja Online Tertinggi
Berdasarkan data terbaru, daftar negara yang memimpin dalam penetrasi belanja ritel secara daring adalah:
Amerika Serikat: 33,7 persen
Tiongkok: 31,2 persen
Inggris Raya: 23,2 persen
Korea Selatan: 22,0 persen
Belanda: 20,9 persen
Kanada: 17,9 persen
Jepang: 16,2 persen
Italia: 14,9 persen
Jerman: 14,6 persen
Norwegia: 14,5 persen
Data ini menunjukkan bahwa e-commerce masih sangat terkonsentrasi di sejumlah negara tertentu, sementara banyak wilayah lain masih memiliki potensi pertumbuhan besar. Indonesia termasuk di antara negara-negara yang sedang mengalami peningkatan tren belanja online, didorong oleh penetrasi internet yang meningkat, pertumbuhan platform digital, serta adaptasi masyarakat terhadap layanan pembayaran elektronik.
Seiring waktu, dengan strategi yang tepat dan dukungan infrastruktur, perilaku belanja online diyakini akan semakin merata di berbagai belahan dunia, termasuk di negara-negara berkembang. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi sektor ritel, tetapi juga membuka peluang bagi inovasi logistik, teknologi pembayaran, dan strategi pemasaran digital yang lebih kreatif.
Fenomena belanja daring global ini memperlihatkan bahwa transformasi digital bukan sekadar tren sementara, melainkan menjadi bagian penting dari cara hidup masyarakat modern. Dengan penetrasi internet yang semakin merata dan platform e-commerce yang terus berkembang, masyarakat dari berbagai negara memiliki kesempatan untuk menikmati kemudahan berbelanja tanpa harus meninggalkan rumah.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
2.
PT KAI Hadirkan KA Tambahan Antisipasi Libur
- 14 Agustus 2025
3.
Garuda Indonesia Dukung Distribusi Perdana Produk Radiofarmaka
- 14 Agustus 2025
4.
Pelni Umumkan Jadwal Kapal Pelabuhan Murhum Agustus 2025
- 14 Agustus 2025
5.
PTPP Perkuat Posisi Lewat Lonjakan Kontrak Baru
- 14 Agustus 2025