
JAKARTA - Memasuki puncak musim kemarau, banyak orang mengira langit Indonesia akan lebih bersahabat. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) justru mengingatkan bahwa kondisi ini tidak sepenuhnya aman. Cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan petir masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah dalam sepekan ke depan.
Data BMKG mencatat curah hujan ekstrem yang signifikan di beberapa daerah. Bogor dilaporkan mengalami 129 mm/hari, Jambi 122,7 mm/hari, Riau 122,3 mm/hari, Papua Barat 121 mm/hari, dan Kepulauan Riau 99,6 mm/hari. Fenomena ini menunjukkan adanya dinamika atmosfer aktif yang memicu pembentukan awan hujan meski musim kemarau belum berakhir.
“Dinamika atmosfer yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berskala regional hingga global, termasuk aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) secara spasial, gelombang tropis seperti Gelombang Kelvin, Mixed Rossby-Gravity dan Low-Frequency,” tulis BMKG.
Baca Juga
Pengaruh Siklon dan Gelombang Tropis
BMKG menjelaskan, keberadaan sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Indonesia turut memperkuat proses konveksi dan mendukung pertumbuhan awan hujan secara signifikan. Kombinasi dari berbagai dinamika atmosfer ini menjadi alasan meningkatnya curah hujan di sejumlah daerah dalam beberapa hari terakhir.
Aktivitas cuaca basah ini juga dipengaruhi indeks Dipole Mode yang saat ini berada pada angka -0.6, yang meningkatkan suplai uap air dari Samudra Hindia bagian barat Sumatra. Gelombang tropis aktif seperti Gelombang Kelvin dan Ekuatorial Rossby yang terpantau di barat Aceh ikut berperan mendukung pembentukan awan.
Sirkulasi siklonik yang berada di Samudra Hindia barat Bengkulu hingga perairan barat Kalimantan Barat membentuk zona konvergensi angin. Zona ini menjadi jalur pembentukan hujan di wilayah yang dilewati, sehingga hujan bisa turun mendadak meski sebelumnya cerah.
Prakiraan Cuaca Jumat, 8 Agustus 2025 –10 Agustus 2025
Dalam periode Jumat, 8 Agustus 2025 –10 Agustus 2025, BMKG memprakirakan kondisi cuaca di Indonesia didominasi awan hingga hujan ringan. Meski demikian, potensi hujan sedang hingga lebat tetap mengancam banyak wilayah.
Wilayah terdampak antara lain:
Sumatera: Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Lampung
Jawa: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur
Kalimantan dan Sulawesi: Seluruh provinsi
Wilayah timur: NTT, Maluku, Papua, dan Papua Barat
BMKG juga mengeluarkan peringatan dini untuk dua kategori utama:
Siaga hujan lebat: Maluku Utara dan Maluku
Angin kencang: NTT, Maluku, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Papua Selatan
Prakiraan Cuaca 11–14 Agustus 2025
Pada periode lanjutan, kondisi cuaca diperkirakan tetap labil. Mayoritas wilayah akan mengalami cuaca cerah berawan hingga hujan ringan, namun hujan sedang hingga lebat tetap mungkin terjadi.
Daerah yang masuk status Siaga hujan lebat pada periode ini meliputi:
Sumatera Selatan
Jawa Tengah
Maluku
Papua Barat
Papua Pegunungan
Papua Selatan
Sementara itu, potensi angin kencang diperkirakan mengancam wilayah Sulawesi, NTT, NTB, dan Papua Selatan.
Ancaman Bencana Hidrometeorologi
BMKG mengingatkan, potensi hujan lebat di musim kemarau dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor, terutama di wilayah rawan. Masyarakat diminta untuk selalu memperhatikan kondisi langit dan tanda-tanda cuaca memburuk.
“Jangan mengabaikan tanda-tanda hujan lebat atau petir. Segera ambil langkah pencegahan untuk menghindari risiko bencana,” imbau BMKG.
Langkah sederhana seperti memastikan saluran air bersih dari sampah, mengamankan barang-barang di luar rumah, hingga menyiapkan perlengkapan darurat dapat membantu meminimalisasi dampak.
Faktor Global dan Lokal yang Bekerja Bersamaan
Fenomena cuaca yang tidak biasa di puncak kemarau ini adalah hasil interaksi kompleks faktor global dan lokal. MJO yang aktif, indeks Dipole Mode negatif, gelombang tropis, dan sirkulasi siklonik bekerja bersamaan membentuk sistem cuaca yang dinamis.
Keadaan ini menjadi pengingat bahwa musim kemarau di Indonesia tidak selalu berarti bebas hujan. Variabilitas iklim tropis membuat perubahan cuaca dapat terjadi cepat dan tak terduga.
Waspada dan Perbarui Informasi
BMKG menekankan pentingnya akses informasi terkini. Masyarakat disarankan untuk memantau situs resmi www.bmkg.go.id, aplikasi infoBMKG, dan media sosial resmi @infoBMKG. Informasi real-time membantu masyarakat mengantisipasi dampak cuaca ekstrem dan merencanakan aktivitas harian dengan lebih aman.
Kesiapan menghadapi perubahan cuaca menjadi kunci, terlebih bagi wilayah dengan aktivitas tinggi seperti pertanian, perikanan, transportasi laut, dan penerbangan. Dengan kewaspadaan kolektif, risiko kerugian akibat cuaca ekstrem dapat ditekan.
Musim kemarau 2025 membuktikan bahwa cuaca Indonesia tetap penuh kejutan. Hujan lebat, angin kencang, dan petir bisa saja hadir di tengah langit cerah. Kombinasi faktor atmosfer skala global hingga lokal menjadi penyebab utama fenomena ini.
Imbauan BMKG untuk tetap waspada harus menjadi perhatian serius. Masyarakat diharapkan terus memantau perkembangan cuaca, memahami tanda-tanda perubahan langit, dan mengambil langkah pencegahan sejak dini.
Dengan kesiapan, informasi yang akurat, dan tindakan tepat, cuaca ekstrem bisa dihadapi tanpa harus menimbulkan dampak besar bagi kehidupan sehari-hari.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Bansos 2025 Lancar dengan Update Data DTKS
- 08 Agustus 2025
2.
Transportasi Umum Gratis Warnai Perayaan HUT RI Tangerang
- 08 Agustus 2025
3.
Stiker dan Kuota Tiket Atur Penyeberangan Ketapang
- 08 Agustus 2025
4.
Kereta Api Banyuwangi Alami Lonjakan, Layanan Diperluas
- 08 Agustus 2025
5.
Prabowo Subianto Fokus Kembangkan Akses Udara untuk Pariwisata
- 08 Agustus 2025