Industri Plastik Indonesia Optimis Tumbuh Lewat Inovasi

Industri Plastik Indonesia Optimis Tumbuh Lewat Inovasi
Industri Plastik Indonesia Optimis Tumbuh Lewat Inovasi

JAKARTA - Industri plastik di Indonesia menghadapi dinamika yang cukup kompleks di tahun 2025. Di satu sisi, regulasi yang ketat dan isu lingkungan menjadi tantangan utama. Namun, di sisi lain, optimisme tetap menyala terang berkat dorongan inovasi dan peluang bahan baku berbasis bio yang semakin berkembang. Proyeksi menunjukkan industri plastik nasional masih punya ruang tumbuh positif meskipun tidak mudah.

Konsumsi plastik per kapita di Indonesia saat ini tercatat sekitar 28 kilogram per tahun. Angka ini terbilang rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Filipina yang mengonsumsi 35 kilogram, Vietnam 40 sampai 50 kilogram, Malaysia 70 kilogram, dan Singapura yang mencapai 100 kilogram. Data ini mengindikasikan bahwa potensi pasar plastik domestik masih sangat besar, terutama mengingat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.

Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas), menyampaikan bahwa kebutuhan plastik di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kebutuhan kemasan dan distribusi produk makanan dan minuman. “Kita negara kepulauan dengan kebutuhan packaging dan distribusi yang besar untuk mendukung aktivitas makanan-minuman dari Sabang sampai Merauke,” ujar Fajar.

Baca Juga

Pemerintah Umumkan Program Diskon HUT Kemerdekaan

Pandangan negatif terhadap industri plastik yang sering dianggap tidak ramah lingkungan, menurut Fajar, sebenarnya bukan pada plastik itu sendiri, melainkan pada pengelolaan sampah yang masih kurang optimal. Indonesia tengah mengadopsi standar ekonomi sirkular yang mengedepankan prinsip keberlanjutan. Inovasi dalam pengelolaan limbah plastik menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan nilai tambah dan sekaligus memperbaiki citra industri ini di mata masyarakat.

Dalam konteks bahan baku, industri plastik nasional tengah membuka lembaran baru dengan fokus pada bioplastik. Pengembangan bahan baku berbasis bio ini berpotensi mengurangi ketergantungan pada bahan baku fosil dan menciptakan plastik yang lebih ramah lingkungan. Konversi produk bio menjadi monomer yang selanjutnya diolah menjadi polimer plastik menjadi teknologi penting yang sedang digarap.

Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang dapat dimanfaatkan untuk produksi bahan baku bio. Di antaranya adalah produk dari kelapa sawit, tebu, karet, hingga limbah pertanian seperti jerami yang selama ini kurang dimanfaatkan secara optimal. Salah satu produk turunan yang berperan penting adalah bio nafta dari biosolar sawit yang dapat menjadi bahan baku plastik ramah lingkungan.

Pemanfaatan bahan baku berbasis bio ini juga memiliki kaitan erat dengan pengembangan sektor petrokimia nasional serta mendukung target global dalam penggunaan bahan nabati, khususnya di sektor penerbangan melalui program Sustainable Aviation Fuel (SAF). Dengan demikian, inovasi bahan baku berbasis bio tidak hanya menjadi solusi industri plastik, tetapi juga berkontribusi pada agenda nasional dan internasional dalam pengurangan emisi karbon.

Dari sisi permintaan, konsumsi plastik di sektor makanan dan minuman merupakan kontributor terbesar, mencapai 45 persen dari total konsumsi nasional. Disusul sektor otomotif dan konstruksi bangunan yang masing-masing menyumbang sekitar 15 persen, sedangkan sisanya berasal dari industri tekstil dan medis. Pada semester kedua tahun 2025, tren positif mulai terlihat dengan adanya peningkatan penjualan sepeda motor dan kenaikan permintaan di sektor makanan-minuman.

Fajar memproyeksikan bahwa jika tren ini berlanjut, industri plastik dapat tumbuh sekitar 4,5 persen sepanjang tahun 2025. Sektor makanan dan minuman sendiri diperkirakan tumbuh hingga 6 persen, menjadikannya pendorong utama konsumsi plastik nasional di tengah berbagai tantangan.

Meski optimisme tumbuh, tantangan regulasi tetap menjadi hambatan yang perlu mendapat perhatian serius. Koordinasi antar kementerian yang kurang optimal pernah memicu banjir impor plastik dan menyebabkan beberapa pabrik harus menghentikan produksinya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perumusan kebijakan yang tepat dan terintegrasi menjadi faktor penentu kelangsungan pertumbuhan industri.

Pelaku industri yakin bahwa dengan kebijakan yang terarah dan koordinasi yang lebih baik, pertumbuhan industri plastik bisa meningkat hingga lebih dari 5 persen per tahun. Optimisme juga didukung oleh perbaikan daya beli masyarakat, yang merupakan faktor penting dalam mendorong konsumsi plastik di berbagai sektor.

Musim panen yang baik serta kenaikan harga komoditas non-tambang seperti sawit dan karet juga menjadi faktor pendorong positif. Kedua komoditas ini merupakan bahan baku penting dalam industri bioplastik dan petrokimia yang akan mendukung pengembangan industri plastik ramah lingkungan di masa mendatang.

“Tren positif juga terlihat di sektor otomotif roda dua, tekstil, dan konsumsi rumah tangga. Selama inovasi berjalan dan pemerintah memberikan dukungan kebijakan yang tepat, kami yakin industri plastik Indonesia akan terus bertumbuh,” tutup Fajar dengan penuh keyakinan.

Dengan segala potensi yang dimiliki serta tantangan yang dihadapi, industri plastik Indonesia pada tahun 2025 tetap berada di jalur optimistis. Kombinasi antara inovasi, bahan baku bio, dan dukungan kebijakan yang kuat diharapkan mampu mengantarkan industri ini menjadi pilar penting dalam perekonomian nasional, sekaligus berkontribusi pada upaya keberlanjutan lingkungan hidup.

Sindi

Sindi

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Kolaborasi BSI Prudential Syariah Perkuat Ekosistem Syariah

Kolaborasi BSI Prudential Syariah Perkuat Ekosistem Syariah

Update Harga Emas Perhiasan Hari Ini, Jumat 1 Agustus 2025 Naik

Update Harga Emas Perhiasan Hari Ini, Jumat 1 Agustus 2025 Naik

Pajak Emas Disesuaikan, Mendorong Iklim Positif Bisnis

Pajak Emas Disesuaikan, Mendorong Iklim Positif Bisnis

Cara Mudah Aktifkan Rekening BNI yang Diblokir

Cara Mudah Aktifkan Rekening BNI yang Diblokir

ESG Jadi Pilar Bisnis, OJK Dorong Komitmen

ESG Jadi Pilar Bisnis, OJK Dorong Komitmen