
JAKARTA - Meski pertumbuhan kredit perbankan nasional terus menunjukkan tren positif, dinamika kondisi ekonomi global dan domestik mendorong sejumlah bank untuk menyesuaikan arah strategis mereka ke depan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mencermati langkah ini sebagai bagian dari kehati-hatian industri dalam menjaga kinerja tetap stabil di tengah ketidakpastian ekonomi.
Berdasarkan laporan terbaru OJK, penyaluran kredit perbankan hingga Mei 2025 tercatat mencapai Rp7.997,63 triliun. Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan sebesar 8,43 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Walau masih tumbuh, angka tersebut sedikit melambat dibandingkan bulan April 2025 yang mencatat pertumbuhan kredit sebesar 8,8 persen (yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa sebagian besar perbankan di Indonesia pada tahun ini telah menyampaikan revisi terhadap Rencana Bisnis Bank (RBB).
Baca Juga
Menurut Dian, revisi tersebut merupakan bentuk adaptasi lembaga perbankan terhadap perkembangan ekonomi terkini, baik dari sisi global maupun domestik. Dia menekankan bahwa kondisi ekonomi dunia yang terus bergejolak serta tantangan dalam negeri mendorong bank untuk lebih realistis dalam menyusun rencana ke depan.
“Secara umum, terdapat penyesuaian target menjadi lebih konservatif ke bawah target dalam RBB hasil revisi,” ujar Dian.
Ia menjelaskan bahwa tingkat revisi sangat bergantung pada faktor-faktor penting seperti stabilitas ekonomi, ekspektasi pasar, suku bunga acuan, permintaan kredit, ketersediaan likuiditas, serta kinerja aktual bank sampai dengan pertengahan tahun.
Dian menambahkan, saat ini OJK sedang melakukan asesmen menyeluruh terhadap industri perbankan nasional untuk semester I tahun 2025. Penilaian ini mencakup analisis terhadap realisasi kinerja yang telah dicapai oleh masing-masing bank, serta sejauh mana mereka berhasil mendekati atau memenuhi target yang sebelumnya ditetapkan dalam RBB.
“Penilaian tersebut juga mencakup aspek stabilitas sektor keuangan, proyeksi ekonomi makro serta kemampuan bank dalam menjaga risiko, likuiditas, dan permodalan,” katanya.
Proses asesmen ini dilakukan untuk memastikan bahwa langkah-langkah strategis yang diambil oleh perbankan tetap berada dalam koridor yang sehat dan selaras dengan tujuan utama menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Di tengah berbagai tantangan yang masih terus berlangsung, OJK menginginkan agar bank-bank tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, serta memperkuat fondasi permodalan mereka.
“Perkiraan kita sebagian besar bank masih dalam trajektori yang wajar, dengan basis asumsi terkini,” pungkasnya.
Rencana Bisnis Bank sendiri merupakan dokumen strategis yang wajib disusun oleh setiap bank sebagai panduan pelaksanaan kegiatan usaha selama periode tertentu, umumnya dalam satu tahun. Di dalamnya tercantum berbagai target kinerja, rencana pengembangan bisnis, serta langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi potensi risiko yang mungkin terjadi.
Dengan adanya revisi yang lebih konservatif, bukan berarti perbankan melemah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Sebaliknya, pendekatan yang lebih hati-hati justru mencerminkan kesiapan perbankan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global, termasuk potensi tekanan dari perubahan suku bunga global serta dinamika ekonomi domestik.
Penyesuaian ini juga menjadi cerminan dari semakin matangnya sektor perbankan Indonesia dalam mengantisipasi berbagai risiko. OJK pun terus mendorong agar seluruh bank tidak hanya fokus pada pencapaian target semata, tetapi juga tetap menjaga integritas tata kelola, manajemen risiko, serta kecukupan modal dan likuiditas.
Dalam jangka menengah, pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang lebih luas, terutama dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan, serta memastikan sistem keuangan Indonesia tetap tangguh menghadapi dinamika ekonomi global.
Dari sisi industri, revisi terhadap RBB juga memberikan ruang bagi perbankan untuk lebih fleksibel menyesuaikan strategi dengan kondisi pasar aktual. Hal ini memungkinkan bank untuk mengefektifkan alokasi sumber daya dan memfokuskan pembiayaan pada sektor-sektor prioritas yang dinilai memiliki prospek kuat di tengah perlambatan global.
Meskipun terdapat perlambatan pertumbuhan kredit dibanding bulan sebelumnya, kondisi perbankan nasional secara umum masih dinilai sehat dan dalam jalur pemulihan yang stabil. Ini terlihat dari masih tingginya angka penyaluran kredit, serta kemampuan bank dalam menjaga indikator kesehatan lainnya tetap dalam batas aman.
Langkah OJK yang kini tengah fokus menilai kembali capaian kinerja semester I 2025 menjadi bagian penting dalam penguatan pengawasan sektor keuangan. Penilaian ini sekaligus menjadi refleksi bahwa dinamika perbankan tidak hanya diukur dari angka pertumbuhan, tetapi juga dari kualitas strategi dan resiliensi lembaga dalam menghadapi tantangan jangka panjang.
Dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dan pendekatan adaptif, OJK berharap seluruh pelaku industri dapat terus menjaga kontribusi positif terhadap pemulihan dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Sindi
navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Legenda Sepak Bola Dunia Paling Berpengaruh Sepanjang Masa
- 01 Agustus 2025
2.
Jadwal dan Tarif Penyeberangan Feri Terbaru TAA Bangka Belitung
- 01 Agustus 2025
3.
Kereta Api Pasundan Baru, Nyaman dan Ramah Penumpang
- 01 Agustus 2025
4.
Oppo Find X9 Pro Usung Kamera 200MP dan Baterai Jumbo
- 01 Agustus 2025
5.
Kuliner Soto Lamongan: Jejak Tradisi dan Perantauan
- 01 Agustus 2025