JAKARTA - Krisis air untuk lahan pertanian di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, memasuki fase krusial pada masa tanam kedua tahun ini. Namun, secercah harapan datang dari kolaborasi lintas sektor. PT Hutama Karya (HK), perusahaan konstruksi nasional, hadir memberi dukungan konkret berupa bantuan alat berat untuk normalisasi irigasi jalur pipa yang oleh warga dikenal sebagai saluran “cacing-cacing” di Desa Muntur dan Desa Santing.
Dukungan ini menjadi langkah strategis dalam menjaga produktivitas pertanian, khususnya di Blok Cibuaya, yang merupakan area pertanian penting di wilayah tersebut. Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Losarang, Casyanto, menyambut baik bantuan tersebut dan menyampaikan apresiasinya terhadap respons cepat dari PT HK terhadap keluhan petani.
"Alhamdulillah, usulan kami direspon oleh PT HK yang sedang memperbaiki pintu air ABC. Irigasi cacing-cacing jalur pipa ke sungai pembuang Cibuaya ini adalah solusi menyelamatkan areal sawah sekitar 500 hektar yang sebagian supply airnya dari Kali Saradan melalui irigasi RG," kata Casyanto.
Ia menekankan bahwa situasi ini bersifat darurat, terutama karena kawasan Blok Cibuaya berada dalam masa tanam Sadon (masa tanam kedua) yang sangat bergantung pada pasokan air irigasi.
"Perbaikan irigasi jalur pipa ke Cibuaya ini kami anggap darurat karena memang wilayah sawah Blok Cibuaya sungguh membutuhkan air saat masa tanam Sadon," tegasnya.
Tidak hanya mendukung normalisasi irigasi, PT Hutama Karya juga sedang mengerjakan proyek perbaikan pintu air ABC di sungai Kali Saradan. Proyek ini memiliki peran penting dalam pengendalian aliran air untuk pertanian. Casyanto berharap proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai jadwal yang sudah disampaikan kepada para petani, yakni pada Oktober 2025.
"Kami berharap, PT HK bisa merampungkan perbaikan pintu ABC sesuai jadwal yang disampaikan pada petani, yaitu sekitar bulan Oktober sudah bisa dioperasikan," ujar Casyanto.
Respon positif juga datang dari para petani yang merasakan dampak langsung bantuan tersebut. Yudi, seorang petani asal Desa Muntur, menyebut bahwa normalisasi irigasi menjadi harapan besar agar mereka dapat memanen sesuai rencana.
"Ini yang kami harapkan bagi petani yang ada di wilayah sawah Blok Cibuaya. Mudah-mudahan setelah irigasi ini dikuras, pengairan bisa menjadi maksimal dan kami bisa panen sesuai harapan," ucap Yudi.
Sebagai pelaksana proyek perbaikan pintu air ABC, PT Hutama Karya bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimancis. Keduanya sempat menggelar audiensi lapangan dengan para petani sekitar Desa Muntur. Forum dialog ini menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan petani, yakni komitmen PT HK untuk membantu mempercepat normalisasi irigasi dan membendung Sungai Kali Saradan agar bisa dimanfaatkan sebagai embung sementara.
Embung tersebut menjadi solusi jangka pendek selama proses perbaikan pintu air berlangsung, terutama untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau dan menjelang masa panen.
Langkah-langkah yang diambil PT Hutama Karya membuktikan bahwa kepedulian terhadap pertanian tidak selalu harus datang dari institusi agrikultur. Ketika sektor konstruksi turut berperan, sinergi yang terbentuk bisa menjadi solusi efektif bagi masalah klasik pertanian, seperti kekurangan air irigasi.
Dengan bantuan alat berat dan rencana pembendungan sungai, petani memiliki peluang lebih besar untuk menjaga siklus tanam dan memastikan hasil panen. Tak hanya soal ketersediaan air, tetapi juga soal rasa aman dan keberlanjutan aktivitas pertanian.
Kolaborasi ini juga menunjukkan bahwa pendekatan lintas sektor bisa mempercepat penanganan masalah pertanian. Melalui sinergi antara perusahaan, pemerintah, dan kelompok petani, solusi jangka pendek dan jangka panjang bisa dirancang serta dijalankan secara efisien.
Petani di Blok Cibuaya dan sekitarnya kini menjalani masa tanam kedua dengan lebih optimistis. Mereka tidak hanya berharap pada hujan musiman, tetapi juga melihat langsung dampak bantuan infrastruktur yang memperlancar sistem pengairan mereka.
Inisiatif PT Hutama Karya bisa menjadi model kolaborasi pembangunan yang memberdayakan masyarakat secara langsung. Tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga berperan dalam ketahanan pangan lokal. Ini menjadi salah satu contoh bagaimana perusahaan dapat berkontribusi secara sosial dalam pembangunan daerah.
Dengan luas areal sawah yang mencapai ratusan hektar, upaya normalisasi ini akan sangat menentukan kelangsungan produksi pangan di Kecamatan Losarang. Jika perbaikan pintu air dan jalur pipa irigasi dapat selesai tepat waktu, maka ketergantungan terhadap cuaca ekstrem dapat dikurangi.
Harapan ke depan, kolaborasi serupa bisa diperluas ke wilayah lain yang menghadapi permasalahan irigasi atau infrastruktur pertanian. Ketika sektor non-pertanian turut serta dalam memecahkan tantangan pertanian, maka ketahanan pangan nasional pun bisa menjadi lebih kuat dan tangguh menghadapi berbagai tantangan.