Proyek Tol Semarang Demak Sekaligus Tanggul Laut Cegah Banjir Rob

Kamis, 24 Juli 2025 | 16:18:17 WIB
Proyek Tol Semarang Demak Sekaligus Tanggul Laut Cegah Banjir Rob

JAKARTA - Kawasan pesisir utara Jawa Tengah, khususnya wilayah Kaligawe hingga Sayung, dikenal sebagai langganan banjir rob. Tahun demi tahun, masyarakat di wilayah tersebut menghadapi kerugian akibat limpasan air laut yang sulit dikendalikan. Dalam upaya menuntaskan masalah tersebut secara sistemik, pemerintah tidak hanya membangun tanggul atau jalan tol, tetapi menggabungkannya menjadi satu solusi terintegrasi: jalan tol Semarang–Demak Seksi 1.

Pembangunan infrastruktur ini tidak lagi sekadar menjawab kebutuhan konektivitas antarwilayah. Lebih dari itu, ia hadir dengan visi perlindungan wilayah melalui fungsi ganda sebagai jalan tol dan tanggul laut. Sebuah pendekatan yang tidak hanya strategis secara teknis, tetapi juga adaptif terhadap tantangan lingkungan masa kini.

PROYEK TOL SEMARANG DEMAK USUNG FUNGSI GANDA

Jalan tol Semarang–Demak Seksi 1 membentang sepanjang 10,63 km. Namun, panjang lintasannya bukan satu-satunya hal menarik dari proyek ini. Lebih penting, inilah proyek infrastruktur pertama yang secara eksplisit mengusung konsep ganda: infrastruktur mobilitas sekaligus pelindung dari bencana banjir rob.

Dengan desain yang melintasi wilayah pesisir, tol ini menjadi dinding penghalang air laut sekaligus jalan bebas hambatan. Fungsi ganda ini dinilai sangat krusial karena kawasan yang dilalui merupakan titik rawan limpasan air laut yang kerap menggenangi jalan nasional dan permukiman warga.

Progres Fisik dan Nilai Investasi

Tol Semarang–Demak Seksi 1 dibagi dalam tiga paket pengerjaan: 1A, 1B, dan 1C. Hingga pertengahan 2025, progres fisik masing-masing paket adalah: 1A sebesar 63,75%, 1B mencapai 41,55%, dan 1C berada di angka 26,79%. Total progres kumulatif untuk seluruh Seksi 1 telah mencapai 42,81%.

Paket 1B yang dibangun di atas laut menjadi bagian yang paling kompleks. Sepanjang 6,7 km konstruksi berada di atas perairan, yang sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut. Proyek ini ditargetkan selesai seluruhnya pada 2027, sesuai kontrak multiyears yang berjalan sejak 2022.

Total nilai investasi proyek untuk Seksi 1 mencapai sekitar Rp10,9 triliun (termasuk PPN), dengan nilai konstruksi murni ditaksir mencapai Rp10,05 triliun. Sebuah angka besar yang merefleksikan skala dan kompleksitas dari proyek yang diusung.

Perlindungan Lingkungan Melalui Inovasi

Aspek lingkungan mendapat perhatian khusus dalam pembangunan ini. Salah satu inovasi yang digunakan adalah pemancangan cerucuk bambu menggunakan mal template, yang membuat proses konstruksi lebih presisi sekaligus mengurangi dampak lingkungan.

Penggunaan teknologi ramah lingkungan ini juga berkontribusi pada pencapaian penting: proyek mencatat lebih dari 1,5 juta jam kerja tanpa kecelakaan. Atas pencapaian tersebut, proyek ini diganjar penghargaan Zero Accident, sebagai pengakuan terhadap penerapan standar keselamatan kerja yang ketat.

Sistem Drainase dan Kolam Retensi

Untuk mengantisipasi potensi banjir dari curah hujan yang tinggi, proyek tol ini turut mengintegrasikan dua kolam retensi utama: Kolam Terboyo dan Kolam Sriwulan. Kolam Terboyo memiliki luas 189 hektare dan mampu menampung air hingga 6,7 juta meter kubik. Sedangkan Kolam Sriwulan mencakup area 28 hektare, dengan kapasitas tampung sebesar 1,2 juta meter kubik.

Kolam-kolam ini terhubung dengan 10 unit pompa berkapasitas 5 meter kubik per detik. Sistem tersebut didesain agar tidak hanya mampu menahan limpasan air laut, tetapi juga dapat mengalirkan air hujan dari dalam kota ke laut secara terkendali.

Dengan pendekatan ini, ancaman banjir yang berasal dari dua arah—laut dan hujan—bisa ditangani dalam satu sistem terpadu.

Komitmen Pemerintah dan BUMN

Pembangunan jalan tol ini tidak berdiri sendiri. Proyek dilaksanakan atas kolaborasi erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan perusahaan BUMN konstruksi. Tujuan utamanya bukan sekadar membangun jalan, tetapi menciptakan infrastruktur yang mampu memberikan manfaat jangka panjang, baik secara ekonomi maupun sosial.

Jalur ini diproyeksikan akan menjadi tulang punggung konektivitas di pesisir utara Jawa Tengah, sekaligus menekan kerugian finansial akibat gangguan banjir rob tahunan. Selain itu, proyek ini juga menjadi representasi nyata bagaimana pembangunan infrastruktur bisa menjadi alat untuk mengatasi masalah perubahan iklim dan ketahanan kawasan pesisir.

Pihak pengembang menyebut tol Semarang–Demak Seksi 1B sebagai wujud sinergi nasional dalam menjawab tantangan zaman. Sedangkan pejabat pemerintah menekankan bahwa proyek ini adalah bukti bahwa infrastruktur dapat menjadi jawaban atas kebutuhan transportasi sekaligus solusi atas permasalahan lingkungan.

Progres Paket Konstruksi

Seperti disebutkan sebelumnya, proyek Seksi 1 terdiri dari tiga paket: 1A, 1B, dan 1C. Adapun perkembangannya hingga pertengahan 2025 adalah:

Paket 1A: 63,75%

Paket 1B: 41,55%

Paket 1C: 26,79%

Dengan progres kumulatif mencapai 42,81%, target penyelesaian pada 2027 dinilai masih realistis, apalagi jika faktor cuaca dan percepatan pekerjaan dapat terus dikendalikan.

Paket 1B ditangani oleh konsorsium yang dipimpin oleh BUMN konstruksi besar, yang saat ini memegang 75% saham. Namun, tengah dirancang pengurangan kepemilikan menjadi 40% sebagai strategi pengelolaan risiko keuangan dan portofolio investasi jangka panjang.

Infrastruktur Adaptif untuk Masa Depan

Jalan tol Semarang–Demak Seksi 1 bukan sekadar proyek penghubung antarwilayah. Ia merupakan model baru infrastruktur adaptif yang merespons tantangan urbanisasi, perubahan iklim, dan kebutuhan mobilitas sekaligus.

Dengan menggabungkan mobilitas dan perlindungan pesisir dalam satu rancangan, proyek ini menjadi pionir yang membuka jalan bagi pembangunan serupa di wilayah pesisir lain di Indonesia.

Bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, keberadaan tol ini memberi harapan akan kehidupan yang lebih aman dari rob dan genangan. Di sisi lain, para pelaku usaha, khususnya di sektor logistik, mendapatkan jalur transportasi baru yang andal dan bebas hambatan.

Dengan semua dampak positif tersebut, jelas bahwa jalan tol ini bukan hanya tentang kendaraan dan jalan raya. Ini adalah langkah besar menuju transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan secara berkelanjutan.

Terkini