Hutama Karya Garap Jalur Baru Tingkatkan Akses Kalibaru

Kamis, 24 Juli 2025 | 14:00:02 WIB
Hutama Karya Garap Jalur Baru Tingkatkan Akses Kalibaru

JAKARTA - alah satu proyek vital dalam upaya ini adalah pembangunan jalur akses menuju Pelabuhan Tanjung Priok Timur Baru atau New Priok Eastern Access (NPEA) Seksi 1. Proyek ini akan memperkuat konektivitas pelabuhan Kalibaru dengan jaringan tol nasional, sekaligus mendukung kelancaran arus barang dari dan menuju pusat industri nasional.

PT Hutama Karya (Persero), sebagai salah satu BUMN konstruksi terkemuka, dipercaya untuk menangani pembangunan proyek strategis ini. Pengerjaan difokuskan pada jalur sepanjang 2,78 kilometer dari STA. 0+000 (IC NPEA) hingga STA. 2+777 (P38), yang akan menjadi penghubung antara Terminal Kalibaru dengan Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC), serta Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Utara di Jakarta Utara.

Hutama Karya Bangun Akses Baru ke Pelabuhan Kalibaru

Pembangunan NPEA Seksi 1 resmi dimulai setelah penyerahan kontrak proyek dilakukan pada Kamis, 17 Juli. Dalam seremoni penyerahan tersebut, Pimpinan Proyek Kalibaru dan NPEA, Arwin, secara simbolis menyerahkan dokumen kontrak kepada Executive Vice President (EVP) Divisi Sipil Umum Hutama Karya, Rizky Agung. Acara tersebut turut disaksikan oleh Direktur Investasi PT Pelabuhan Indonesia (Persero), Boy Robyanto, dan Direktur Operasi I Hutama Karya, Agung Fajarwanto.

Menurut EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, proyek ini masuk dalam kategori Proyek Strategis Nasional (PSN). “Proyek NPEA Seksi 1 dibangun untuk mengurai kemacetan dan memperlancar distribusi logistik di kawasan pelabuhan tersibuk di Indonesia,” tegasnya.

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa arus logistik di Pelabuhan Tanjung Priok masih sangat bergantung pada satu jalur utama. Oleh sebab itu, kehadiran akses alternatif yang menghubungkan Terminal Kalibaru dengan JTCC akan menjadi pengurai beban lalu lintas dan mendukung efisiensi pengiriman barang dari pelabuhan ke berbagai wilayah industri strategis.

Spesifikasi Proyek dan Skema Pelaksanaan

Pekerjaan proyek dilaksanakan melalui skema kerja sama operasi (KSO) antara PT Hutama Karya (Persero) dan PT Brantas Abipraya. Total panjang jalur yang dibangun mencapai 2,78 kilometer, terdiri atas pembangunan jalan utama, empat ramp di Interchange NPEA, serta empat ramp tambahan di Simpang Marunda. Ramp-ramp tersebut terbagi atas ramp on dan off, baik sisi utara maupun selatan.

Porsi pekerjaan Hutama Karya mencapai 55 persen dari keseluruhan proyek. Jalan yang dibangun memiliki lebar sekitar 29,8 meter, terdiri dari dua jalur dengan masing-masing tiga lajur untuk dua arah berlawanan. Dari sisi struktur, proyek ini mencakup beragam jenis jembatan, mulai dari Balance Cantilever, Gelagar Beton, Gelagar Baja, hingga Pile Slab sebagai konstruksi utama jalan layang.

Teknologi mutakhir turut diterapkan dalam proyek ini untuk menjamin ketepatan waktu dan mutu pekerjaan. Di antaranya adalah penggunaan alat uji kekuatan beton secara langsung di lapangan, penerapan bahan ringan untuk tanah lunak, pemetaan area proyek dengan drone berbasis LiDAR, serta integrasi sistem manajemen digital untuk pengawasan real-time.

Penerapan Prinsip Keberlanjutan Lingkungan

Selain fokus pada kemajuan teknis, proyek ini juga berorientasi pada keberlanjutan. Penggunaan material ramah lingkungan seperti beton campuran fly ash, slag, dan bahan daur ulang lainnya menjadi strategi untuk menekan emisi karbon. Manajemen limbah konstruksi pun dirancang secara sistematis agar dampaknya terhadap lingkungan dapat diminimalkan.

Dengan pendekatan ini, proyek tidak hanya menghadirkan solusi infrastruktur, tetapi juga berkontribusi terhadap tujuan pembangunan rendah karbon yang semakin relevan dalam konteks global saat ini.

Dampak Ekonomi dan Sosial Langsung

Pembangunan akses baru menuju Kalibaru ini diperkirakan akan memberikan dampak luas terhadap sektor ekonomi. Selain mengurangi kemacetan dan waktu tempuh, proyek ini juga akan menekan biaya logistik yang selama ini menjadi tantangan utama bagi pelaku usaha.

Ketika rampung, jalur ini akan memudahkan mobilitas kendaraan logistik menuju pusat industri, pelabuhan, hingga ke berbagai wilayah pemerintahan. Hal ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan efisiensi distribusi dan daya saing pelabuhan Kalibaru sebagai simpul logistik nasional.

Dari sisi sosial, proyek ini menyerap ribuan tenaga kerja lokal selama masa pembangunan. Hal ini menjadi peluang besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi mikro serta menurunkan angka pengangguran di kawasan sekitar proyek.

Koordinasi di Wilayah Strategis

Perlu dicatat bahwa proyek ini berada di wilayah dengan sensitivitas tinggi. Lokasi pembangunan bersinggungan langsung dengan Kawasan Berikat Nusantara (KBN), wilayah operasional TNI AL, dan jaringan Jalan Tol Cibitung–Cilincing yang merupakan bagian dari sistem Jakarta Outer Ring Road 2. Oleh karena itu, Hutama Karya memastikan bahwa seluruh proses dilakukan dengan analisis teknis menyeluruh dan koordinasi intensif bersama para pemangku kepentingan.

Komitmen untuk menyelesaikan proyek sesuai target waktu dan mutu tetap menjadi prioritas. Proyek ini juga bagian dari misi PT Pelindo untuk mewujudkan ekosistem logistik pelabuhan yang efisien, modern, dan saling terintegrasi.

Langkah Nyata BUMN dalam Transformasi Logistik

Pembangunan NPEA Seksi 1 bukan sekadar proyek jalan tol baru. Ini adalah simbol transformasi logistik nasional yang dirancang agar lebih kuat, efisien, dan tangguh menghadapi tantangan masa depan. Peran aktif BUMN seperti Hutama Karya dan Brantas Abipraya membuktikan bahwa sinergi antara institusi negara dan dunia usaha mampu menghasilkan solusi nyata untuk kebutuhan infrastruktur bangsa.

Jalur ini akan menjadi bagian dari perubahan besar yang menyatukan pelabuhan, kawasan industri, dan jalur distribusi dalam satu sistem transportasi nasional yang lebih berdaya saing global.

Terkini