JAKARTA - Pasar otomotif Indonesia sempat terpukul pada paruh pertama 2025, terlebih dengan penurunan signifikan pada penjualan mobil. Antusiasme yang sempat menguap kini diharapkan kembali bangkit lewat ajang otomotif terbesar di Tanah Air, Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025. Pameran yang dijadwalkan berlangsung di ICE BSD City, Tangerang, pada 24 Juli hingga 3 Agustus 2025 ini hadir sebagai titik balik untuk memulihkan momentum penjualan mobil.
Berdasarkan data wholesales Januari–Juni 2025, enam bulan pertama tahun ini mencatat penurunan 8,6% dibanding tahun sebelumnya: dari 410.020 unit menjadi 374.740 unit. Pada sisi ritel, koreksi juga cukup dalam minus 9,7%, dari 432.453 unit menjadi 390.467 unit. Angka ini mencerminkan perlambatan kepercayaan konsumen dan situasi ekonomi yang kurang kondusif.
Namun, keyakinan kembali tumbuh menjelang gelaran GIIAS. Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus Pasaribu, melihat ini sebagai momentum strategis untuk menarik kembali minat membeli. Selain event utama, rangkaian roadshow GIIAS di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung, dan Makassar diyakini mampu memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan penjualan.
“Rangkaian GIIAS 2025 secara keseluruhan berpotensi menggenjot peningkatan sales di atas 10% dinilai cukup realistis. Karena rangkaian event ini berlangsung dengan ekspansi ke kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, Bandung, dan Makassar juga memperluas jangkauan pasar,” ucap Yannes.
Ekspansi ini menyasar sentra konsumen dengan daya beli mayoritas diperkirakan mencapai 60% dari total pasar otomotif nasional—yang umumnya berada di segmen harga Rp200 juta hingga Rp400 jutaan. GIIAS diharapkan bukan hanya menghadirkan pilihan produk baru, tetapi juga menawarkan paket pembiayaan dan promosi menarik yang dapat mendorong keputusan konsumen.
Tak mengherankan, sektor pembiayaan menjadi fokus utama dalam memaksimalkan efek pameran. Strategi promosi seperti bunga ringan, DP rendah, pameran cicilan ringan, dan bonus service diprediksi mampu mengangkat gairah pembelian, khususnya pada masa ekonomi yang belum stabil.
Selain itu, GIIAS 2025 juga jadi panggung peluncuran produk baru dari sekitar 40 model kendaraan. Kehadiran brand mapan seperti Toyota, Honda, Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi, dan Hyundai menambah kredibilitas pameran ini. Tak kalah menarik, beberapa merek asal China seperti BYD, AION, Aletra, BAIC, dan Geely akan meramaikan arena dan menawarkan pilihan harga kompetitif.
Beberapa Agen Pemegang Merek (APM) bahkan telah menjadwalkan peluncuran dunia atau regional di ajang ini, termasuk Honda dengan model Step WGN Hybrid. Hyundai, BYD, Chery, dan Citroen juga dikabarkan akan memperkenalkan model terbaru mereka. Model-model ini menjadi magnet penting untuk menarik pengunjung sekaligus mencetak transaksi.
Di sisi industri, Gaikindo akan menetapkan target moderat. Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, mengungkapkan bahwa target pada GIIAS 2025 akan menyamai capaian tahun sebelumnya, yakni total transaksi Rp20 triliun dan penjualan 40.000 unit kendaraan.
“Jadi, kita tidak terlalu muluk-muluk sebetulnya. Kalau kita bisa mengulangi kesuksesan tahun 2024 saja, itu sudah luar biasa. Karena terus terang, market-nya agak sedikit berat, dolar AS juga sudah mulai semakin tinggi,” ungkap Nangoi.
Kondisi nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS jelas memberi tekanan tambahan pada harga mobil, karena sebagian besar komponen masih diimpor. Namun hadirnya produk baru dengan harga lebih terjangkau membuat harapan tumbuh untuk menutup gap penjualan.
“Nah, yang menguntungkan adalah bahwa masih banyak sekali model-model baru datang dengan harga yang lebih terjangkau. Mudah-mudahan [penurunan] ini bisa ditutup oleh produk tersebut,” imbuh Nangoi.
Pameran otomotif juga menjadi sarana bagi produsen untuk meluncurkan inovasi teknologi seperti kendaraan listrik, hybrid, dan fitur keselamatan terbaru. Konsumen modern saat ini tidak hanya membeli mobil, tetapi juga gaya hidup dan kepraktisan. GIIAS menyajikan kesempatan untuk memperkenalkan mobil listrik, model SUV crossover, dan desain urban city car yang mulai menyasar konsumen milenial.
Dampak pameran juga dirasakan di sektor industri pendukung, termasuk jasa logistik, katering, interior dan desain stan, promotor event, hingga sektor perhotelan dan transportasi lokal. Ekonomi kreatif yang ikut tergiat juga menambah nilai tambah bagi GIIAS sebagai penggerak ekonomi lokal.
Tak kalah penting, pameran GIIAS menjadi ajang benchmarking bagi pelaku industri otomotif. Produsen memanfaatkan feedback konsumen langsung, tren pasar saat ini, dan tingkat penerimaan produk baru sebagai bahan evaluasi strategi mendatang. Hal ini membuka kesempatan untuk lebih memahami preferensi lokal dan menyesuaikan line-up produk selanjutnya.
Dengan kondisi ekonomi yang belum stabil dan tekanan eksternal seperti kenaikan dolar AS, prospek GIIAS 2025 tetap mendapat pijakan positif. Para pelaku industri melihat ini sebagai jalan keluar untuk melewati masa lesu, dengan harapan bisa menciptakan momentum baru.
Mengulang capaian GIIAS 2024 bukan hanya soal penjualan, tetapi menjaga semangat inovasi, kolaborasi, dan optimisme di tengah situasi menantang. Jika sukses, pameran ini akan membuktikan bahwa otomotif Indonesia mampu bangkit lewat inovasi dan strategi pasar yang tepat bukan sekadar keajaiban angka, namun hasil kerja konsisten dari berbagai pihak.