JAKARTA - Pertarungan dramatis antara Max Holloway dan Dustin Poirier di octagon berakhir dengan kemenangan untuk Holloway, tetapi cerita tak berhenti di sana. Dalam bayang-bayang duel keras tersebut, muncul dukungan menarik dari Poirier untuk Holloway: ia mendukung penuh mantan lawannya itu untuk menghadapi Ilia Topuria dalam perebutan sabuk kelas ringan UFC.
Meski baru saja menelan kekalahan dalam lima ronde pertarungan yang melelahkan, Dustin Poirier tetap memberikan penilaian objektif dan matang. Dalam pandangannya, Max Holloway masih memiliki kekuatan dan kapasitas yang sama seperti dirinya dan Justin Gaethje, dua petarung tangguh lainnya di divisi lightweight.
“Saya punya banyak penyelesaian, Gaethje juga punya banyak penyelesaian, jelas Ilia mengalahkan semua lawannya secara beruntun,” ujar Poirier, menyoroti dominasi Topuria dalam divisi tersebut. Pernyataan itu bukan sekadar pujian kosong. Ia menunjukkan bahwa Holloway, jika mampu menemukan kembali performa terbaiknya, masih punya peluang besar untuk menyaingi dominasi Topuria yang dijuluki La Leyenda.
Meski sebelumnya Holloway mengalami kekalahan dari Topuria lewat KO di UFC 308, Poirier tetap yakin bahwa masih ada potensi besar yang bisa dikembangkan oleh petarung asal Hawaii tersebut. Ia bahkan menyebut ini mungkin saat yang tepat bagi Holloway untuk bangkit dan kembali mengejar ketertinggalan.
“Mungkin ini hanya performa buruknya, mungkin ini saatnya mengejar ketertinggalan. Kita lihat saja nanti bagaimana perkembangannya,” lanjut Poirier. Ucapan itu terasa sebagai bentuk penghormatan sekaligus kepercayaan dari seorang rival yang pernah berbagi pertarungan sengit di atas oktagon.
Namun Poirier juga menyadari bahwa setiap petarung memiliki kondisi fisik dan genetika yang berbeda, sehingga perkembangan performa Holloway tetap menjadi misteri. Ia pun menyampaikan pandangannya dengan hati-hati.
“Sulit untuk memastikannya karena setiap orang memiliki genetika yang berbeda. Sulit untuk memastikannya, tetapi jika dia mulai cedera akibat pukulan yang kita tahu tidak akan pernah menyakitinya tiga tahun lalu, maka kita bisa menyimpulkannya. Saya pikir masih terlalu dini. Kita perlu melihatnya dalam beberapa pertarungan lagi,” jelasnya.
Sebagai mantan juara interim kelas ringan, Poirier tentu memahami betul tekanan dan dinamika yang ada dalam divisi ini. Oleh karena itu, ia juga menyarankan agar Holloway mulai melakukan penyesuaian terhadap gaya bertarungnya. Terutama dalam menghadapi sosok seperti Ilia Topuria yang dikenal eksplosif dan agresif.
“Saya rasa Max harus mengubah pendekatannya terhadap pertarungan,” ujar Poirier memberi saran. Ia menekankan pentingnya footwork dan jarak dalam menghadapi petarung seperti Topuria. “Begini, gunakan footwork lateralnya seperti yang dia lakukan terhadap saya, tetap di atas motor, gunakan jangkauannya.”
Poirier menilai bahwa bila Topuria berhasil mendaratkan pukulan bersih, tidak banyak petarung yang bisa bertahan, termasuk di kelas featherweight hingga ke welterweight.
“Tetapi, bung, jika Ilia mendarat di atas siapa pun dari kelas 145 hingga 170 jika dia mendarat dengan bersih, saya rasa dia akan melumpuhkan lawan,” katanya lugas. Ia lalu menambahkan bahwa Max mungkin punya sedikit keunggulan dalam daya tahan di kelas featherweight karena kondisi tubuh yang lebih segar dan hidrasi yang lebih baik.
“Mungkin Max memiliki daya tahan yang sedikit lebih baik di kelas 145, datang dengan sedikit lebih sehat, sedikit lebih terhidrasi pada malam pertarungan. Mungkin itu bisa sedikit memengaruhi kemampuannya untuk menyerap pukulan, tetapi kita lihat saja nanti,” pungkas Poirier.
Meski demikian, Topuria bukan hanya menjadi incaran Max Holloway. Nama-nama lain seperti Paddy Pimblett, Justin Gaethje, dan Arman Tsarukyan juga turut mengantri untuk mendapat kesempatan menghadapi El Matador di perebutan sabuk lightweight.
Ketegangan semakin meningkat setelah insiden face-off mendadak antara Topuria dan Paddy Pimblett usai pertarungan di T-Mobile Arena. Insiden dorong-mendorong antara keduanya pun membuat publik dan media mulai berspekulasi soal pertarungan mereka selanjutnya.
Perebutan sabuk lightweight kini menjadi arena penuh persaingan. Dengan Islam Makhachev yang telah melepaskan gelarnya, Ilia Topuria tampil sebagai penguasa baru divisi ini usai menang KO atas Charles Oliveira. Namun, tahta tersebut belum tentu bertahan lama jika melihat betapa banyaknya penantang yang siap merebut posisi puncak.
Dukungan Poirier kepada Holloway tidak hanya menambah semangat, tetapi juga menjadi penanda bahwa persaingan di divisi lightweight masih sangat terbuka. Meski Holloway sempat tumbang oleh Topuria, ia masih dianggap layak dan mampu kembali bersaing di level tertinggi.
Seperti yang dikatakan Poirier, waktulah yang akan menjawab. Apakah Holloway mampu membalas dendam dan merebut kembali kejayaannya? Ataukah dominasi Topuria akan semakin tak terbendung dengan datangnya tantangan baru dari nama-nama lain?
Satu hal yang pasti, UFC kelas ringan akan terus memanas dalam waktu dekat, dan dukungan dari para mantan rival seperti Dustin Poirier bisa menjadi modal mental yang sangat berarti bagi Max Holloway.