JAKARTA - Upaya memperkuat posisi Indonesia dalam peta industri halal global terus diakselerasi oleh Kementerian Perindustrian. Melalui pendekatan sistematis dan terintegrasi, Kemenperin menyiapkan berbagai strategi untuk membangun ekosistem industri halal yang tangguh, dari hulu ke hilir. Tujuan utamanya adalah menjadikan industri halal Indonesia berdaya saing tinggi baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kepala Pusat Industri Halal Kemenperin, Kris Sasono Ngudi Wibowo, menjelaskan bahwa percepatan pengembangan industri halal dilakukan dengan menyusun strategi menyeluruh yang mencakup penguatan regulasi, pengembangan infrastruktur, fasilitasi sertifikasi halal, inovasi produk, promosi dan ekspor, hingga kerja sama global. Hal ini disampaikan dalam agenda Media Gathering Halal Indonesia International Industry Expo 2025 (Halal Indo 2025) yang digelar di Jakarta.
Menurut Kris, landasan pengembangan industri halal telah dirancang melalui peta jalan yang mengacu pada RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029. “Harapannya peta jalan ini dapat menjadi pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dalam pengembangan industri halal,” tegasnya.
Langkah-langkah inovatif pun mulai dirancang dan dijalankan. Kemenperin tengah mengembangkan pusat inovasi halal atau Halal Innovation Hub, serta mendorong integrasi kurikulum halal dalam pendidikan vokasi. Inisiatif ini ditopang dengan riset bersama antara kalangan industri dan perguruan tinggi, pembangunan inkubator dan akselerator halal di Kawasan Industri Halal (KIH), serta penyusunan dashboard data halal nasional yang menjadi pusat informasi strategis.
Lebih dari 20 unit kerja Kemenperin saat ini telah terakreditasi sebagai bagian dari infrastruktur industri halal nasional. Peran mereka mencakup fungsi sebagai Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), Lembaga Penjamin Proses Produk Halal (PL3H), pelaksana pelatihan halal, hingga lembaga sertifikasi profesi. Keberadaan infrastruktur ini dianggap penting untuk mendorong percepatan jumlah sertifikasi halal di sektor industri.
Data hingga semester I tahun 2025 mencatat sebanyak 162.109 sertifikat halal telah diterbitkan. Tiga sektor industri pengolahan mendominasi, yakni makanan (130.111 industri), minuman (10.383 industri), serta farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (1.633 industri). Target pemberian fasilitasi sertifikasi halal untuk 2.925 industri pada tahun 2025 terus diupayakan, baik melalui skema reguler maupun self-declare.
Kemenperin tidak hanya memfasilitasi proses sertifikasi, tetapi juga pelatihan penyelia halal agar implementasi halal di sektor industri berjalan dengan baik. “Program fasilitasi sertifikasi halal regular yang diberikan Kemenperin juga disertai dengan fasilitasi pelatihan penyelia halal, agar penerapan halal di sektor industri bisa berjalan dengan konsisten,” ungkap Kris.
Langkah strategis lainnya adalah mendorong daya saing produk halal Indonesia di pasar global. Promosi dan kolaborasi internasional dilakukan secara aktif, termasuk melalui penyelenggaraan Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) dan Halal Indonesia International Industry Expo (Halal Indo) 2025, yang dijadwalkan berlangsung pada 25–28 September 2025 di ICE BSD, Tangerang.
“Halal Indo 2025 bukan sekedar menjadi pameran industri halal terbesar di tanah air saat ini, namun juga telah menjadi bagian dari siklus agenda pameran halal internasional, sehingga diharapkan dapat menjadi platform yang optimal bagi para pelaku industri halal Indonesia untuk unjuk gigi dan memperluas akses pasar di kancah global,” jelasnya.
Dalam pandangan Kris, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan pengembangan industri halal. Kerja sama antara kementerian, pelaku industri, serta pemangku kepentingan lainnya perlu diperkuat secara berkelanjutan. “Industri halal akan makin berkembang ketika pasar mulai membuka diri. Pasar global sudah luar biasa besar, kita perlu terus bersinergi dan berkolaborasi untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah global sebagai pemimpin industri halal,” tambahnya.
Indikasi bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat juga ditunjukkan oleh data dari Dinar Standar. Indonesia mempertahankan posisi ketiga dalam Top 15 Global Islamic Economy Indicator Score 2024/25. Prestasi ini dicapai berkat kekuatan sektor industri halal di bidang modest fashion, farmasi dan kosmetik, serta makanan. SGIER 2024/25 juga mencatat konsumsi umat muslim global pada enam sektor ekonomi syariah mencapai USD 2,43 triliun pada 2023. Angka tersebut menggambarkan potensi besar pasar produk halal dunia.
Dukungan terhadap penguatan ekosistem halal juga datang dari pelaku industri, salah satunya ParagonCorp. Senior Head of Stakeholders Relations ParagonCorp, M. Adi Yasir, menegaskan bahwa prinsip halal telah menjadi gaya hidup dan standar operasional perusahaan. “Yang terpenting juga adalah value halal itu sudah mendarah daging di seluruh lini manajamen kami. Maka itu, Wardah telah menjadi pionir dalam memproduksi produk kosmetik halal di Indonesia,” jelasnya.
ParagonCorp juga mengambil peran aktif dalam mendukung UMKM dengan memberikan sertifikasi halal secara gratis. Inisiatif ini diharapkan mampu memperkuat posisi UMKM halal sebagai bagian dari rantai pasok industri halal nasional yang berdaya saing dan berkelanjutan.