JAKARTA - Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kembali menunjukkan taringnya di pasar ekspor. Dalam enam bulan pertama tahun ini, performa ekspor produk UMKM Indonesia mencatatkan capaian yang sangat menggembirakan. Strategi business matching yang dijalankan pemerintah berhasil membuka pintu besar ke pasar internasional, sekaligus membawa nilai transaksi yang tidak sedikit.
Kementerian Perdagangan mencatat, total transaksi hasil penjajakan ekspor produk UMKM mencapai 87,04 juta dollar AS atau sekitar Rp1,4 triliun. Angka tersebut terdiri dari pesanan pembelian langsung (purchase order/PO) senilai 52,70 juta dollar AS, dan potensi transaksi lanjutan sebesar 34,34 juta dollar AS.
“Selama Januari sampai Juni, business matching telah mencatatkan total transaksi sebesar 87,04 juta dollar AS,” ujar Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam keterangan pers resmi.
Program business matching sendiri menjadi salah satu strategi prioritas pemerintah untuk mempertemukan pelaku UMKM dengan calon pembeli dari luar negeri. Tujuannya tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi juga memperluas jejaring internasional, membuka peluang pasar baru, dan menciptakan pertumbuhan bisnis berkelanjutan.
Dorong UMKM Naik Kelas
Selama paruh pertama tahun ini, total terdapat 356 kegiatan business matching yang telah digelar oleh pemerintah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 241 di antaranya berupa sesi presentasi bisnis atau pitching yang dilakukan langsung oleh pelaku UMKM. Sisanya, 115 kegiatan berupa pertemuan tatap muka antara UMKM dan calon pembeli dari mancanegara.
Melalui mekanisme ini, UMKM Indonesia difasilitasi agar tidak lagi sekadar menjadi pemain lokal, melainkan mampu bersaing dan memperluas bisnisnya ke tingkat global. Fasilitasi ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan, bekerja sama dengan 46 perwakilan perdagangan di 33 negara mitra dagang strategis.
Menurut Budi Santoso, program ini menjadi upaya konkret pemerintah dalam membentuk ekosistem ekspor yang lebih inklusif. "Tujuan utamanya adalah untuk menyiapkan UMKM agar mampu bersaing di pasar global," katanya.
Pertumbuhan Transaksi Signifikan
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Fajarini Puntodewi, turut menegaskan pentingnya keberlanjutan dari capaian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa total transaksi sepanjang Januari hingga Juni ini mengalami pertumbuhan sebesar 26,78 persen jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada periode Januari hingga Mei yang hanya mencapai 68,65 juta dollar AS.
“Kami terus berupaya menjadi penghubung strategis antara UMKM dan pasar internasional. Melalui business matching, UMKM tidak hanya menembus pasar, tetapi juga berkembang secara berkelanjutan,” ujar Fajarini.
Khusus untuk bulan Juni saja, total nilai transaksi yang tercatat mencapai 18,39 juta dollar AS. Transaksi ini diperoleh dari partisipasi 140 UMKM dalam 60 kegiatan business matching, dengan melibatkan 16 pembeli dari delapan negara mitra dagang.
Sektor Produk Ekspor yang Mendominasi
Ragam produk yang ditawarkan oleh UMKM dalam kegiatan ekspor ini pun sangat beragam. Sejumlah sektor yang mendominasi mencakup produk fesyen, kopi, cokelat bubuk, dekorasi rumah, batik, furnitur, papan serat (fiber board), jeli, serta produk obat-obatan dan makanan-minuman olahan.
Keragaman produk yang ditawarkan menunjukkan daya saing UMKM Indonesia yang kian kuat di pasar internasional. Tidak hanya mengandalkan komoditas tradisional, UMKM juga mulai berinovasi dan menyesuaikan produknya dengan selera serta kebutuhan pasar global.
Selain itu, dukungan terhadap sertifikasi, pengemasan, dan peningkatan kualitas produk terus diberikan agar standar yang ditawarkan dapat diterima di berbagai negara.
Komitmen Pemerintah dalam Ekspor UMKM
Fajarini juga menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat ekosistem ekspor nasional, khususnya di sektor UMKM. Salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan program prioritas bertajuk "UMKM Bisa Ekspor."
Lewat program tersebut, pelaku usaha kecil diberikan pelatihan, pendampingan, serta akses pasar melalui berbagai kegiatan promosi dan penjajakan kerja sama dagang secara terstruktur.
“Kami ingin memastikan UMKM tidak hanya mampu menembus pasar internasional, tetapi menjadi eksportir yang berkelanjutan dan tumbuh menjadi pemain global,” kata Fajarini.
Dengan peran aktif dari perwakilan perdagangan di luar negeri, pemerintah berupaya untuk menjembatani pelaku usaha kecil dengan potensi pembeli yang tepat. Business matching menjadi jembatan penting untuk mengenalkan potensi lokal Indonesia ke dunia internasional secara lebih efektif dan terukur.
Peran Strategis Business Matching
Lebih dari sekadar mempertemukan penjual dan pembeli, business matching dalam konteks ekspor UMKM merupakan bentuk inovasi diplomasi ekonomi. Proses ini menjadi sarana yang efisien untuk menjawab tantangan klasik ekspor UMKM, seperti keterbatasan akses pasar, minimnya jaringan dagang, hingga kesulitan memenuhi standar teknis negara tujuan ekspor.
Ke depan, pola business matching akan terus diperluas dan diperkuat. Dengan pendekatan berbasis data dan kolaborasi lintas sektor, pemerintah berharap UMKM semakin siap menembus pasar global secara lebih kompetitif dan berkelanjutan.