JAKARTA - Pemerataan akses energi di pelosok Indonesia kembali menjadi sorotan, terutama dengan masih banyaknya desa yang belum teraliri listrik. Di tengah kondisi tersebut, respons cepat dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendapat apresiasi luas. Salah satunya datang dari Analis Politik dan Pemerhati Sosial, Nasky Putra Tandjung, yang menilai langkah ini sebagai cerminan keberpihakan nyata pemerintah terhadap rakyat kecil.
Dalam keterangannya, Nasky menyoroti pentingnya percepatan penyediaan listrik sebagai bagian dari upaya mengangkat kesejahteraan masyarakat desa. Ia mengungkapkan bahwa berdasarkan data per tahun 2024, terdapat sekitar 10.020 desa tertinggal dan sangat tertinggal di seluruh Indonesia. Dari jumlah itu, sekitar 6.700 desa belum memiliki akses listrik, mencakup sekitar 1,3 juta rumah tangga.
“Oleh karena nya, sebagai bagian dari elemen masyarakat sipil civil society, Kami sangat senang, bangga dan mengapresiasi komitmen Menteri ESDM Bahlil yang begitu visioner, responsif dan totalitas dalam membangun bangsa dan negara dengan kepedulian tingginya terhadap masyarakat kecil, terutama dalam hal mempercepat penyediaan listrik di desa-desa yang masuk dalam kategori belum teraliri listrik,” ujar Nasky.
Menurutnya, saat ini adalah momentum yang tepat untuk menjadikan desa sebagai prioritas utama pembangunan, termasuk dalam hal akses energi. Masih banyak desa sangat tertinggal yang hanya mendapatkan pasokan listrik beberapa jam dalam sehari, dan kondisi ini berdampak langsung pada kualitas hidup masyarakat di sana.
“Tanpa listrik, anak-anak generasi masa depan bangsa di pelosok desa-desa tak bisa belajar di malam hari. Puskesmas kesulitan beroperasi, ekonomi desa terseok-seok. Ini bukan hanya soal pembangun fisik semata, tapi sesuai amanat Undang-undang dasar (UUD) 1945, Pancasila dan soal keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegas Nasky.
Ia menambahkan, kehadiran listrik di desa bukan sekadar infrastruktur, melainkan simbol nyata dari keberadaan negara yang hadir dan peduli terhadap semua warga tanpa terkecuali. Ini merupakan bentuk konkret dari janji konstitusional bahwa negara harus menjamin kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Langkah yang diambil Menteri Bahlil pun dinilai sebagai gerakan yang harus didukung oleh seluruh elemen bangsa. Menurut Nasky, ini bukan proyek biasa, melainkan bagian dari gerakan moral dan kebijakan jangka panjang dalam mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan merata.
“Ini bukan sekadar proyek pembangunan fisik semata. Ini merupakan wujud gerakan moral moral force pemerintah demi mewujudkan Indonesia adil makmur serta memutus mata rantai ketertinggalan desa. Listrik bukan cuma sebatas cahaya, tetapi harapan masa depan generasi muda di pelosok negri,” lanjutnya.
Sebagai Founder Nasky Milenial Center, ia menyatakan bahwa semangat perubahan yang dibawa Menteri Bahlil sangat sejalan dengan arah besar pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dalam visi Presiden, pembangunan dimulai dari desa, dari pinggiran, dan menyasar pada penguatan ekonomi lokal.
Ia menyampaikan bahwa transformasi energi yang dimulai dari desa menjadi pondasi penting untuk menciptakan kemandirian nasional. Desa harus menjadi subjek utama, bukan hanya objek pembangunan. Dengan demikian, tercipta sistem energi yang berdaulat, tidak bergantung penuh pada pusat, dan memberi ruang tumbuh bagi potensi lokal.
“Menurutnya, sudah saatnya desa harus menjadi subjek utama dalam agenda kemandirian energi nasional serta pusat kemandirian ekonomi,” imbuhnya.
Ia juga menilai bahwa strategi ini merupakan kelanjutan dari cita-cita besar Presiden untuk membangun desa yang maju, mandiri, dan berkeadilan. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat menjadi mutlak dibutuhkan agar implementasi di lapangan benar-benar dirasakan manfaatnya.
“Oleh sebab itu, Ia mengajak dan mendorong seluruh elemen masyarakat mendukung serta mensukseskan langkah strategis Menteri ESDM, Bahlil dalam mewujudkan swasembada energi nasional di mulai dari desa selaras dengan cita-cita besar Presiden Prabowo untuk mengentaskan kemiskinan, pengangguran dan mensejahterakan kehidupan masyarakat di pelosok negri,” jelasnya.
Nasky pun menyebut bahwa kebijakan ini mencerminkan keberpihakan negara terhadap masyarakat lapisan bawah atau "wong cilik". Ia mengapresiasi semangat kerja keras Menteri ESDM yang terus bergerak tanpa mengenal waktu, termasuk hari libur, demi mempercepat pembangunan.
“Kebijakan strategis ini sebagai bentuk keberpihakan nyata Pemerintah pada nasib wong cilik. Sekali lagi, sebagai bagian dari elemen Pemuda Indonesia, Kami apresiasi komitmen Menteri ESDM, Bahlil yang begitu totalilas siang-malam, serta hari libur pun masih bekerja demi rakyat dalam membangun negeri,” tandasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto juga telah menegaskan komitmennya untuk mencapai swasembada energi nasional. Targetnya, dalam waktu maksimal enam tahun ke depan, seluruh wilayah Indonesia, termasuk pelosok desa, akan memiliki akses energi yang merata dan berkelanjutan.
Dengan semangat yang sama, kebijakan percepatan aliran listrik ke desa-desa ini menjadi salah satu langkah nyata yang merepresentasikan visi besar pemerintah dalam menciptakan keadilan sosial melalui ketersediaan energi untuk semua.