JAKARTA - Seiring dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat pada 4 Maret 2025, reksadana yang diperdagangkan melalui super app investasi Bareksa menunjukkan tren yang beragam. Berdasarkan laporan yang dirilis per 4 Maret 2025, sebagian besar kategori reksadana, terutama yang berbasis saham, mengalami penurunan, sementara sektor reksadana pasar uang mencatatkan hasil positif dalam periode yang sama.
Sebagai platform investasi yang terkenal di Indonesia, Bareksa memberikan transparansi melalui aplikasi reksadana terbaik untuk memudahkan investor dalam melacak kinerja produk investasi yang mereka pilih. Pada 4 Maret 2025, data terkini mengenai imbal hasil reksadana menunjukkan bahwa beberapa kategori mengalami penurunan signifikan, sementara ada pula sektor yang menunjukkan hasil positif, khususnya reksadana pasar uang.
Kinerja Reksadana Saham
Sektor reksadana saham secara umum tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan. Indeks Reksadana Saham tercatat turun sekitar -7%. Hal ini berbanding lurus dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga mengalami penurunan pada hari yang sama, yaitu -9,8%.
Beberapa produk unggulan reksadana saham pun turut menunjukkan kinerja yang tidak memuaskan. Sebagai contoh, TRIM Kapital Plus mencatatkan penurunan yang cukup besar, yaitu -12,79% dalam sebulan terakhir. Adapun kategori reksadana saham syariah juga tidak jauh berbeda, dengan TRIM Syariah Saham yang turun sebanyak -14,39%.
Menurut Reynaldi Gumay, analis pasar dari Bareksa, penurunan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal yang memengaruhi pasar saham domestik, seperti ketidakpastian global yang terus berlanjut, termasuk isu geopolitik dan kebijakan moneter negara-negara besar. “Fluktuasi pasar saham global berdampak langsung pada kinerja saham di Indonesia, yang menyebabkan kinerja reksadana saham mengalami penurunan signifikan. Meskipun demikian, bagi investor jangka panjang, ini bisa menjadi kesempatan untuk membeli saham dengan harga yang lebih rendah,” ungkap Gumay.
Kinerja Reksadana Campuran dan Campuran Syariah
Pada sektor reksadana campuran, yang menggabungkan saham dan obligasi, kinerjanya juga tercatat mengalami penurunan, meskipun tidak sebesar pada kategori saham murni. Indeks Reksadana Campuran turun -3,42% dan Setiabudi Dana Campuran mengalami penurunan sebesar -5,47%. Di sisi lain, Indeks Reksadana Campuran Syariah mengalami penurunan yang lebih kecil, yaitu -3,52%, namun Sucorinvest Sharia Balanced Fund justru berhasil mencatatkan kenaikan kecil sebesar 0,64% dalam periode yang sama.
“Reksadana campuran masih menjadi pilihan yang cukup menarik bagi investor yang menginginkan diversifikasi portofolio dengan risiko yang lebih terkendali. Penurunan yang terjadi di kategori ini masih terbilang wajar mengingat ketidakpastian pasar,” tambah Gumay.
Reksadana Pendapatan Tetap: Stabil dengan Imbal Hasil Positif
Sektor reksadana pendapatan tetap menunjukkan performa yang lebih stabil. Indeks Reksadana Pendapatan Tetap berhasil mencatatkan 0,77% dalam sebulan terakhir. Salah satu produk reksadana yang mencatatkan hasil positif adalah Trimegah Dana Obligasi Nusantara, dengan 0,61% imbal hasil dalam periode yang sama.
Begitu pula untuk Reksadana Pendapatan Tetap Syariah, yang mencatatkan sedikit penurunan pada Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A, dengan 0,53% imbal hasil. Namun, secara keseluruhan, reksadana pendapatan tetap masih menjadi pilihan menarik bagi investor yang lebih konservatif, mengingat tingkat risiko yang lebih rendah dibandingkan reksadana saham.
“Reksadana pendapatan tetap adalah pilihan yang tepat bagi investor yang menginginkan aliran pendapatan yang stabil, meskipun di tengah ketidakpastian pasar saham yang terjadi akhir-akhir ini,” jelas Gumay.
Reksadana Pasar Uang: Imbal Hasil Positif
Di tengah kondisi pasar yang kurang bersahabat, Reksadana Pasar Uang justru mencatatkan hasil positif yang lebih menarik bagi investor yang mencari investasi jangka pendek. Indeks Reksadana Pasar Uang berhasil mencatatkan 0,35% dalam sebulan terakhir, sementara Capital Money Market Fund menunjukkan hasil yang lebih tinggi, yaitu 0,46%. Begitu pula dengan STAR Sharia Money Market yang mencatatkan hasil yang serupa, yaitu 0,46%.
Sebagai perbandingan, bunga deposito bank yang ditawarkan oleh beberapa bank besar di Indonesia, seperti Bank BCA (0,258% per bulan), Bank Mandiri (0,292% per bulan), dan Bank BNI (0,354% per bulan), menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari reksadana pasar uang jauh lebih menarik.
“Reksadana pasar uang tetap menjadi pilihan yang baik bagi mereka yang mencari investasi dengan risiko rendah namun imbal hasil yang lebih baik dibandingkan deposito bank. Selain itu, likuiditasnya yang tinggi memberikan keuntungan tambahan bagi investor yang memerlukan akses cepat terhadap dana mereka,” ujar Gumay.
Reksadana Indeks: Menurun di Beberapa Produk
Sementara itu, kinerja Reksadana Indeks juga mencatatkan penurunan, meskipun tidak sebesar kategori saham. STAR Infobank 15 Kelas Utama tercatat turun -11,44%, dan BRI Indeks Syariah turun -9,65%.
Meskipun kinerja reksadana indeks menunjukkan penurunan, produk ini tetap menarik bagi investor yang berfokus pada portofolio jangka panjang. Reksadana indeks biasanya mengikuti pergerakan pasar secara keseluruhan, yang berarti produk ini lebih pas untuk investor yang tidak ingin terlibat dalam pemilihan saham individu.
Berdasarkan data terkini, meskipun beberapa sektor reksadana seperti saham dan campuran mengalami penurunan, reksadana pasar uang tetap menunjukkan imbal hasil yang stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan bunga deposito. Hal ini menunjukkan bahwa reksadana pasar uang dapat menjadi pilihan tepat bagi investor yang mencari hasil positif dalam jangka pendek dengan risiko yang lebih rendah.
Namun, bagi investor yang bersedia mengambil risiko lebih tinggi, reksadana saham dan campuran mungkin masih memiliki potensi jangka panjang yang menarik, terutama setelah pasar pulih dari kondisi ketidakpastian yang sedang berlangsung.
“Setiap investor perlu mengevaluasi tujuan investasi mereka, apakah mereka menginginkan hasil yang lebih stabil atau siap untuk mengambil risiko yang lebih besar. Reksadana pasar uang bisa menjadi pilihan cerdas di tengah ketidakpastian pasar,” tutup Gumay.
Dengan berbagai pilihan reksadana yang tersedia, investor dapat menyesuaikan pilihan investasi mereka sesuai dengan profil risiko dan tujuan finansial masing-masing.