Tantangan Finansial Generasi Muda di Era Disrupsi Digital: Ancaman Judi dan Pinjaman Online Menjulang

Selasa, 18 Februari 2025 | 23:50:54 WIB
Tantangan Finansial Generasi Muda di Era Disrupsi Digital: Ancaman Judi dan Pinjaman Online Menjulang

JAKARTA - Dengan makin pesatnya perkembangan teknologi, generasi muda di Indonesia menghadapi tantangan finansial yang semakin kompleks di era disrupsi digital. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disrupsi mengacu pada perubahan besar yang tercabut dari akarnya, sedangkan dalam konteks finansial dan sosial, hal ini merujuk pada transformasi mendasar akibat teknologi digital. Clayton M. Christensen, seorang Profesor Harvard, dalam bukunya *Innovator’s Dilemma* yang diterbitkan pada tahun 1997, menjelaskan bahwa disrupsi adalah perubahan yang memaksa perusahaan untuk beradaptasi dengan cara baru berbasis teknologi.

Fenomena disrupsi digital ini dapat kita lihat dalam aktivitas sehari-hari, seperti transaksi finansial yang mayoritas dilakukan secara digital, mulai dari pembayaran tagihan hingga penggunaan E-Wallet dan QRIS. Terlebih, selama pandemi Covid-19, semua sektor semakin mengandalkan digitalisasi untuk beroperasi.

Akan tetapi, disrupsi digital ini juga menghadirkan tantangan, terutama bagi generasi muda. Salah satu dampak negatif yang mencolok adalah meningkatnya iklan judi online dan kemudahan akses pinjaman online. Media sosial memainkan peran signifikan dalam penyebaran informasi mengenai judi dan pinjaman online, yang meningkatkan risiko finansial bagi generasi muda.

Media Sosial sebagai Wadah Penyebaran Judi dan Pinjaman Online

Menurut survei yang dilakukan oleh Populix pada tahun 2023, 84% responden mengaku pernah melihat iklan judi online dalam enam bulan terakhir. Dari responden yang mengakses internet, 48% melaporkan melihat iklan di Instagram, 45% di YouTube, dan 45% di Facebook. Penetrasi iklan ini menunjukkan seberapa besar pengaruh media sosial dalam menyebarkan informasi berisiko di kalangan pengguna internet, termasuk generasi muda.

Tidak hanya judi online, pinjaman online juga menjadi fenomena yang meresahkan. Kemudahan akses serta persyaratan yang minimal membuat banyak orang tergoda untuk mengambil pinjaman tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang. "Kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, dan proses yang tidak berbelit-belit menjadi daya tarik utama pinjaman online," sebut Ucy Sugiarti dalam artikelnya.

Kemunculan platform pinjaman online sebagai bagian dari kemajuan finansial teknologi (fintech) memang menawarkan solusi berbeda dari lembaga keuangan konvensional. Namun, kecerobohan dalam penggunaan layanan ini dapat menjerat pengguna dalam siklus utang yang sulit diatasi. Generasi muda, yang seringkali masih dalam tahap memulai karier atau baru memasuki kehidupan dewasa, menjadi target ideal karena mereka sering kali kurang berpengalaman dalam mengelola keuangan.

Generasi Muda dalam Pusaran Risiko

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 79,5 persen, dengan kelompok generasi Z menyumbang 87,02 persen pengguna internet. Tingginya keterpaparan pada teknologi digital membuat generasi muda rentan terhadap iklan-iklan berisiko seperti judi dan pinjaman online.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menunjukkan bahwa pengguna pinjaman online terbesar adalah mereka berusia 19-34 tahun, dengan jumlah penerima mencapai 10.91 juta orang. Sedangkan, akses judi online di Indonesia mencapai 8.8 juta pengguna, dengan mayoritas adalah kelompok muda.

Ulrich Beck, yang memperkenalkan konsep "masyarakat risiko," menyatakan bahwa dalam era modern, ketidakpastian dan risiko adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Generasi muda di Indonesia kini menghadapi tantangan berupa keputusan-keputusan impulsif yang dapat berujung pada masalah finansial serius. Pengambilan keputusan yang sembrono untuk berjudi atau mengambil pinjaman online tanpa mempertimbangkan risiko merupakan cerminan dari masyarakat risiko.

Menghadapi Tantangan Finansial dengan Bijak

Peningkatan kemudahan akses dan penetrasi teknologi digital layaknya pisau bermata dua bagi generasi muda. Di satu sisi, teknologi memberikan kemudahan dan efisiensi, namun di sisi lain, hal ini bisa menjerumuskan jika tidak digunakan dengan bijak. Generasi muda perlu dibekali dengan literasi keuangan yang baik untuk menghindari jebakan digital, sebaiknya memahami pentingnya menabung, investasi yang bijak, dan mengelola utang dengan hati-hati.

"Kita hidup dalam era yang serba instan di mana keputusan finansial harus diambil dengan sangat hati-hati," ujar Ucy Sugiarti. Tantangan disrupsi digital ini dapat diatasi dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan mengenai literasi digital dan keuangan bagi generasi muda.

Untuk memastikan masa depan finansial yang lebih aman bagi generasi muda, pemangku kebijakan dan institusi pendidikan perlu bekerja sama dalam memberikan edukasi memadai tentang risiko dan manfaat dari teknologi finansial. Dengan pengetahuan yang lebih baik, generasi muda diharapkan mampu membuat keputusan keuangan yang lebih bijaksana.

Hanya dengan pemahaman yang baik dan sikap yang bertanggung jawab, generasi muda dapat menghadapi era disrupsi digital tanpa terjebak dalam risiko finansial yang merugikan. Sebagai bangsa yang terus bergerak menuju modernitas, tantangan ini harus dihadapi dengan kesiapan dan kesadaran penuh demi mencapai Indonesia yang lebih kuat secara ekonomi di masa depan.

Terkini

KPR Aman Dengan Cicilan Maksimal 35 Persen Gaji

Senin, 08 September 2025 | 17:27:30 WIB

Gen Z Indonesia Didorong Cerdas Atur Finansial

Senin, 08 September 2025 | 17:27:27 WIB

Mudah Menukarkan Uang Rusak di Bank Indonesia

Senin, 08 September 2025 | 17:27:24 WIB

Investasi Mudah dan Aman Bagi Perintis Pemula

Senin, 08 September 2025 | 17:27:21 WIB

Pertumbuhan Investor Pasar Modal RI Meningkat Pesat

Senin, 08 September 2025 | 17:27:17 WIB