Tren Positif Penghimpunan Dana Pasar Modal

Jumat, 08 Agustus 2025 | 15:04:51 WIB
Tren Positif Penghimpunan Dana Pasar Modal

JAKARTA - Pasar modal Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang menggembirakan di tahun 2025, dengan tren penghimpunan dana yang positif meskipun menghadapi berbagai tantangan global. Pada semester pertama tahun ini, nilai penawaran umum yang berhasil dihimpun mencapai angka signifikan, yakni Rp144,78 triliun. Dari total tersebut, Rp8,49 triliun berasal dari dana yang diperoleh melalui 16 emiten baru yang berhasil memasuki pasar modal. Selain itu, terdapat juga 11 pipeline penawaran umum dengan nilai indikatif mencapai Rp12,95 triliun yang tengah dalam proses persiapan.

Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, menyampaikan data ini dalam siaran pers yang diterima melalui Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara pada Jumat, 8 Agustus 2025. Meskipun pada akhir Juni 2025 indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat mengalami pelemahan sebesar 2,15 persen year-to-date (ytd) di level 6.927,68, kondisi pasar berhasil bangkit pada Juli 2025 dengan IHSG menguat hingga 7.484,34 atau naik 5,71 persen ytd.

Kinerja positif ini tercermin pula dari indeks sektoral yang seluruhnya menunjukkan peningkatan sepanjang Juli 2025. Sektor teknologi, infrastruktur, dan industri menjadi pendorong utama penguatan indeks sektoral tersebut. Performa pasar saham yang solid juga ditandai dengan nilai kapitalisasi pasar yang menyentuh rekor tertinggi selama tiga hari berturut-turut, dengan puncak kapitalisasi sebesar Rp13.701 triliun pada 29 Juli 2025. Pada akhir bulan, nilai kapitalisasi pasar tercatat sedikit menurun menjadi Rp13.492 triliun.

Namun, aktivitas investor asing menunjukkan dinamika yang cukup tinggi. Pada Juli 2025, investor non-residen membukukan net sell sebesar Rp8,34 triliun secara bulanan, sehingga secara kumulatif tahun berjalan mereka mengalami net sell sebesar Rp61,91 triliun. Di sisi lain, likuiditas pasar saham pun terus meningkat dengan rata-rata nilai transaksi harian yang mencapai Rp13,42 triliun pada Juli 2025, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir Juni sebesar Rp13,29 triliun dan rata-rata tahun 2024 yang sebesar Rp12,85 triliun.

Tidak hanya pasar saham, pasar obligasi juga mencatatkan hasil positif dengan indeks pasar obligasi ICBI naik 1,17 persen month-to-date (mtd) ke level 418,84. Yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata mengalami penurunan sebesar 10,82 basis poin mtd dan turun 41,10 basis poin ytd. Investor asing di pasar obligasi mencatatkan net buy sebesar Rp13,28 triliun mtd dan Rp55,32 triliun ytd, sementara untuk obligasi korporasi, mereka mencatatkan net buy sebesar Rp0,32 triliun mtd meskipun secara ytd masih mengalami net sell sebesar Rp1,08 triliun.

Industri pengelolaan investasi juga menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Pada akhir Juli 2025, nilai Asset Under Management (AUM) mencapai Rp856,62 triliun, naik 1,95 persen mtd dan 2,30 persen ytd. Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana pun bertambah menjadi Rp526,53 triliun atau meningkat 3,21 persen mtd dan 5,46 persen ytd. Tercatat juga net subscription sebesar Rp14,43 triliun secara bulanan dan Rp12,40 triliun sepanjang tahun berjalan.

Sektor Securities Crowdfunding (SCF) pun mulai menunjukkan pertumbuhan, dengan 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK hingga 31 Juli 2025. SCF berhasil menerbitkan 876 efek dari 534 penerbit dengan jumlah pemodal sebanyak 184.504. Total dana yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI dari SCF mencapai Rp1,64 triliun.

Di pasar derivatif keuangan, sejak awal tahun hingga 31 Juli 2025, 96 pelaku dan 19 penyelenggara telah memperoleh persetujuan prinsip dari OJK. Nilai transaksi derivatif di bulan Juli tercatat sebesar Rp3.191,01 triliun dengan rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp138,74 triliun, meningkat signifikan dibandingkan rata-rata harian tahun sebelumnya yang sebesar Rp29,80 triliun. Volume transaksi derivatif dengan aset dasar berupa efek sepanjang periode 2 Januari hingga 31 Juli 2025 mencapai 655.632 lot dengan nilai akumulatif Rp4.500,10 triliun.

Perkembangan Bursa Karbon yang diluncurkan sejak 26 September 2023 hingga 31 Juli 2025 juga mencatatkan kemajuan. Tercatat sebanyak 116 pengguna jasa telah mendapatkan izin dengan volume total mencapai 1.599.357 tCO2e dan nilai akumulasi Rp77,95 miliar.

Indonesia juga menunjukkan kemajuan dalam tata kelola perusahaan. Dalam ASEAN Corporate Governance Conference & Awards 2025 yang digelar di Malaysia pada Juli 2025, Indonesia mencatatkan peningkatan skor rata-rata nasional sebesar 9 persen pada ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS), yang merupakan kenaikan tertinggi di kawasan ASEAN. Empat emiten Indonesia masuk dalam daftar Top 50 ASEAN, termasuk dua emiten perbankan yang menempati posisi 10 besar terbaik. Jumlah perusahaan Indonesia dalam ASEAN Asset Class pun meningkat dari 9 menjadi 23, menandakan keberhasilan berbagai inisiatif pembinaan dan pengawasan yang dilakukan OJK dalam meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan di pasar modal.

Dalam periode 20 Maret hingga 31 Juli 2025, terdapat 45 emiten yang mengajukan keterbukaan informasi untuk melakukan buyback tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dengan alokasi dana buyback mencapai Rp26,52 triliun. Dari jumlah tersebut, 36 emiten telah melaksanakan buyback dengan nilai realisasi Rp3,7 triliun atau sekitar 13,8 persen. Empat emiten telah memperpanjang periode buyback sementara 30 emiten lainnya telah menyelesaikan pelaksanaan buyback-nya per akhir Juli.

Dalam rangka penegakan ketentuan di bidang pasar modal, derivatif keuangan, dan bursa karbon, OJK telah melakukan tindakan tegas dengan memberikan sanksi administratif pada Juli 2025. Sanksi berupa denda senilai Rp8,627 miliar dijatuhkan kepada 19 pihak, termasuk 6 peringatan tertulis dan 1 perintah tertulis. Selain itu, pencabutan izin usaha juga diberlakukan pada dua perusahaan efek, PT Pratama Capital Sekuritas dan PT Masindo Artha Sekuritas.

Sepanjang tahun 2025, OJK telah menjatuhkan sanksi administratif senilai Rp19,407 miliar kepada 33 pihak, termasuk pencabutan izin perseorangan dan izin usaha perusahaan efek, serta peringatan tertulis dan perintah tertulis kepada berbagai pelaku usaha di pasar modal. Selain itu, terdapat denda sebesar Rp19,121.220.000 kepada 304 pelaku usaha jasa keuangan di pasar modal dan 90 peringatan tertulis terkait keterlambatan pelaporan serta sanksi lain terkait keterlambatan non kasus.

Data ini menegaskan bahwa meski pasar modal Indonesia menghadapi tantangan global dan dinamika investor asing, penghimpunan dana dan kinerja pasar secara keseluruhan tetap positif. Inovasi produk, tata kelola yang baik, serta pengawasan ketat OJK menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan pasar modal nasional ke depan.

Terkini

KPR Aman Dengan Cicilan Maksimal 35 Persen Gaji

Senin, 08 September 2025 | 17:27:30 WIB

Gen Z Indonesia Didorong Cerdas Atur Finansial

Senin, 08 September 2025 | 17:27:27 WIB

Mudah Menukarkan Uang Rusak di Bank Indonesia

Senin, 08 September 2025 | 17:27:24 WIB

Investasi Mudah dan Aman Bagi Perintis Pemula

Senin, 08 September 2025 | 17:27:21 WIB

Pertumbuhan Investor Pasar Modal RI Meningkat Pesat

Senin, 08 September 2025 | 17:27:17 WIB